Kamis, 31 Januari 2013

Renungan harian: Senin, 04 Februari 2013

Renungan harian: Senin, 04  Februari 2013

Ibr : 11 : 32-40; Mrk : 5 : 1 – 20

Sembuh karena Iman

Dalam Kita Suci ada tokoh iman, pria dan wanita yang sudah menghadapi beraneka tantangan dengan keberanian sehingga mereka perlu ditiru. Mereka tidak berjumpa dengan Yesus sehingga tidak menerima rahmat seperti kita melalui sakramen Baptis. Inilah yang ditulis oleh pengarang Surat kepada kaum kristiani keturunan Yahudi, diaspora. Maka, iman memiliki peranan penting dalam hidup manusia. Demikian juga dalam peristiwa Injil hari ini, karena iman, orang yang kerasukan setan dapat disembuhkan.

                Kita bersyukur diberi kesempatan merayakan Tahun Iman. Salah satu tantangan dari evangelisasi baru ini adalah "sekularisme", di mana manusia tidak lagi berhubungan dengan dunia yang di atas (saeculum = dunia yang melawan kebenaran, nilai injili). Manusia menjadi buta karena materialisme, hedonisme, dan sejenis. Sekularisme ini melebar ke mana-mana, menyentuh segala segi kehidupan manusia. Maka sekularisme ini benar-benar suatu ancaman bagi kita orang beriman tanpa terkecuali. Bahkan hal ini mulai nampak dalam Gereja, dengan menawarkan model, citra hidup yang bertentangan dengan nilai Injil.

                Manusia sekarang cenderung mengurus dunia dengan segala problemnya, secara sendiri-sendiri. Mereka tidak mempunyai alat pengukur diri sendiri serta nilai hidup bersama sebagai orang beriman. Semoga Tahun Iman ini mengembalikan kekuatan iman dan kehadiran Tuhan di tengah segala seluk-beluk hidup kita (SS).

 

Pelita Hati: Manusia menjadi buta karena materialisme, hedonisme, dan sejenis

Renungan harian: Minggu, 03 Februari 2013

Renungan harian: Minggu, 03 Februari 2013

Yer : 1 : 4-5.17-19; 1Kor : 12 : 31-13 ; 13; Luk : 4 : 21-30 – MB IV

 

Tugas Kenabian

            Kata "Nabi" tertera pada bacaan pertama dan Injil hari ini untuk menyatakan tugas Yeremia dan Yesus. Nabi adalah manusia yang dipilih Allah, "sebelum lahir, dalam kandungan". Yeremia dan  Yesus  diutus untuk menggemakan suara Allah, yaitu  menyampaikan pesan, Firman ilahi. Jadi, nabi merupakan  "suara hati" yang berasal dari  Firman ilahi dan dialamatkan bagi pribadi-pribadi dan seluruh umat.

                Tugas kenabian Gereja terdapat dalam sakramen Baptis. Lewat sakramen ini kita ambil bagian dalam tugas kenabian yaitu untuk mewartakan Yesus. Atas  karunia-tugas ini,  Gereja seluruhnya disebut  "comunitas profetorum"  jemaat kenabian. Tugas kenabian merupakan karya cintakasih terhadap Allah dan sesama. Tugas kenabian ini menunjukkan, bagaimana rencana ilahi bagi diri dan sesama yang diwujudkan dengan kesanggupan membaca tanda zaman.

Semua ini terwujud dalam diri nabi Yeremia dan lebih-lebih pada Diri Yesus Kristus. Untuk melaksanakan tugas kenabian ini, Allah menuntut keberanian kepada nabi dan Yesus pun mengecam kalangan Yahudi  di kota Nazareth yang meremehkan pewartaan-Nya: 'bukankah Dia anak Yusuf"? Kekuatan para nabi terjamin karena Allah besertanya.

Dalam surat Paulus kepada Jemaat di Korintus kedekatan, kekuatan ini disebut  "agape", kasih ilahi beda dari "eros", wujud nafsu dan egoisme; bukan juga filia, kasih dalam hubungan keluarga dan persahabatan. Dalam Tahun iman diingatkan bahwa banyak segi dari kehidupan manusia terasa asing bagi iman. Tetapi karunia Kenabian yang kita miliki akan mencari gaya dan cara untuk menyentuh dunia yang hidup di luar cahaya iman (SS).

 

Pelita Hati: Tugas kenabian merupakan karya cintakasih terhadap Allah dan sesama.

Renungan harian: Sabtu, 02 Februari 2013

Renungan harian: Sabtu, 02 Februari 2013

Mal 3:1-4; Luk 2:22-40  

Kemuliaan dan Kerendahan

 

Masa kanak-kanak Yesus digambarkan Lukas sebagai masa pendahuluan akan kedatangan Allah. Hal ini menjadi jelas dari hubungan cerita ini dengan Perjanjian Lama.

Dalam kisah mengenai persembahan Yesus dalam Bait Allah, Simeon, sesuai dengan pola pemikiran Lukas, berkata, bahwa "kemuliaan" telah nampak, tetapi penampakannya akan disertai derita dan penghinaan. Gagasan tentang "terang bangsa-bangsa" dipungut Lukas dari nubuat mengenai Hamba bersengsara (bdk. Yes 49:6). Mesias akan menimbulkan pemisahan dan perbantahan. Karena Mesias, suatu pedang akan menembus Maria. Lukas dengan setia berpegang pada nubuat dari kitab Yesaya tadi. Sebab nubuat itu dengan amat tepat menggambarkan nasib Yesus. Oleh karena itu, ia mengakhiri ceritanya dengan catatan tentang kerendahan hati yang menjiwai kehidupan keluarga Yesus. Semangat kerendahan hati itu sungguh tepat untuk menyambut kedatangan Allah.

Kesaksian Hana memperkuat ucapan Simeon. Sebagai jaminan tentang benarnya suatu peristiwa. Hukum Yahudi menuntut adanya dua orang saksi. Hana memenuhi semua syarat seorang saksi yang dapat dipercaya. Ia mewakili semua orang 'miskin' Tuhan, yang memandang Yesus sebagai perwujudan pengharapan-nya (HN).

 

Pelita Hati: Mesias akan menimbulkan pemisahan dan perbantahan. Dia akan memisahkan yang baik dari yang jahat.

Renungan harian: Jumat, 01 Februari 2013

Renungan harian: Jumat, 01 Februari 2013

Ibr 10:32-39; Mrk 4:26-34

Ukuran Kebebasan Kerajaan Allah

 

Yesus telah memproklamirkan Kerajaan Allah, tetapi kian hari kian sering amanat-Nya tidak dipahami orang Yahudi. Mereka mengharapkan sesuatu yang sama sekali lain. Justru pada saat semacam ini Yesus coba menggambarkan ciri-ciri karya kemesiasan-Nya.

Perumpamaan tentang petani yang sabar menegaskan lambatnya pertumbuhan Kerajaan Allah. Ibarat benih yang secara misterius berkembang di dalam tanah, tanpa diketahui orang, demikian pun Kerajaan Allah tumbuh dalam kesunyian Allah dan tanpa gejala gejala yang menyolok. Perumpamaan mengenai biji sesawi secara kontras menggambarkan, betapa sederhanalah awal mula Kerajaan Allah dan betapa menakjubkan perkembangannya di kemudian hari.

Keberdayagunaan Gereja bukanlah sesuatu yang dapat diukur menurut patokan-patokan yang biasanya diterapkan pada hal-hal hebat di dunia ini. Allah tidak menjalankan rencana-Nya secara hebat-hebat, dengan banyak ribut. Inilah peringatan bagi Gereja, supaya ia pun lebih memperhatikan sarana-sarana yang biasa-biasa dan sederhana saja (HN).

 

Pelihat Hati: Karya Allah itu mempunyai dinamika tersendiri, tidak bergantung dari usaha manusia. 

Renungan harian: Kamis, 31 Januari 2013

Renungan harian: Kamis, 31 Januari  2013

Ibr 10:19-25; Mrk 4:21-25 – Pw Santo Yohanes Bosco, Imam

 

Menggunakan Berkat

Banyak orang mempunyai berbagai macam bakat. Sayang mereka tidak tahu memanfaatkannya, demi perkembangan diri, demi sesama, dan terutama demi pelayanan mengabdi Tuhan.

Pemberian Tuhan itu bakat dan juga berkat, dapat kita pancarkan dengan membagi atau dalam pengabdian. Kalau bakat atau kemampuan itu kusembunyikan, Tuhan tahu! Ia minta supaya pelita ditaruh atas kaki dian, hingga semua di rumah dapat menikmati terangnya. Rahasiamu bukan rahasia bagi Tuhan. Bukalah rahasiamu kepada-Nya, kurnia-kurnia besar kecil, yang diletakkan di dalam tanganmu. Biarlah Tuhan memberi, mengambil, mengatur, mengubah. Hendaklah semua pembinaan dan pengarahan diri kita lakukan di bawah bisikan Tuhan, agar kita mendengar suara-Nya, dan melakukan perintah-Nya. Talenta sepuluh, lima atau satu, harus kita pertanggungjawabkan, hendaklah kita jadi penukar uang, pengelola talenta yang bijaksana.

Memancarkan sinar terang itu wajah cerah dalam melayani dan membagi, pertanda kebaikan yang benar-benar asli, dari hati tanpa pamrih. Murah hati yang diberikan kepada orang lain, akan kembali diberikan oleh Tuhan, dengan ukuran yang masih dipadatkan sampai melimpah (HN).

 

Pelita Hati: Siapa menggunakan berkat dari Tuhan, kepadanya akan diberikan berkat lebih banyak.

Jumat, 25 Januari 2013

Renungan harian: Rabu, 30 Januari 2013

Renungan harian: Rabu, 30 Januari 2013

Ibr 10:11-18; Mrk 4:1-20

Lambat dan Dekat

 

Sejak awal kegiatan-Nya di hadapan umum, Yesus memaklumkan dekatnya Kerajaan Allah (bdk. Mrk 1:5). Tetapi Kerajaan itu tidak tampak dalam bentuk sedemikian menyolok seperti diharapkan oleh bangsa Yahudi. Melalui perumpamaan tentang penabur Yesus menjelaskan sebabnya.

Memang, Kerajaan Allah telah datang. Tetapi proses penaburannya di bumi serta masa pematangannya akan berlangsung lama. Mereka yang dengan saksama mengamati alasan-alasan, mengapa orang menerima agama Kristen dan menjadi anggota Gereja, mengerti pula, mengapa Kerajaan Allah tumbuh di bumi sangat lambat! Di sinilah lapangan kerja Gereja. Gereja harus menerima manusia sebagaimana adanya mereka. Mereka yang menjadi anggotanya, harus dibantu oleh Gereja serta dididik, supaya iman mereka semakin murni dan bebas dari motivasi yang kurang sesuai (HN).

 

Pelita Hati: Mari menaburkan kebaikan-kebaikan Tuhan di dunia ini, supaya dia menjadi taman yang indah dan menyenangkan.

Renungan harian: Selasa, 29 Januari 2013

Renungan harian: Selasa, 29 Januari  2013

Ibr 10:1-10; Mrk 3:31-35

Kebangsaan Sejati

 

Persaudaraan Yesus tidak didasarkan pada darah dan daging, yang akhirnya akan terbatas sekali, juga tidak pada keturunan sama dari satu bangsa, melainkan hanya atas dasar kesetiaan pada kehendak Allah, Bapa kita semua.

Kedudukan tidak menjamin sesuatu ikatan istimewa. Di jalan keselamatan, ibu, sanak saudara belum dibedakan di antara mereka yang duduk di sekeliling Yesus. Ia melihat-lihat di antara mereka, karena mungkin di antara mereka ada yang lebih tepat menyandang sebutan saudara-saudari Yesus, dipandang dalam hubungan dengan Bapa.

 

Beberapa orang merasa bangga, bisa menjalin persaudaraan karena pernikahan dengan keluarga bangsawan, pejabat tinggi? Hartawan juga bisa menambah kedudukan! Betapa mesranya diakui "masih saudara" oleh orang yang terpandang di mata kita. Yesus mengarahkan mata kita pada kebangsawanan sejati yang dari Bapa. Di situ jalannya bukan lewat darah dan keturunan, tetapi inilah suatu yang bisa diusahakan. Orang dapat menjadi saudara-saudari Yesus dengan berbagai semangat dan jiwa dengan-Nya, dengan mengenakan Roh-Nya, yang mengarahkan langkah-langkah pada pelaksanaan kehendak Bapa. Perbuatan lebih berarti daripada kata-kata mesra, kesatuan Roh dalam ikatan cinta dengan Bapa, lebih menentukan daripada suara darah dan daging, yang belum mengangkat jiwa manusia (HN).

 

Pelita Hati: Siapa melakukan kehendak Bapa, itulah anak Allah, saudara Yesus, Sang Putra.

Renungan harian: Senin, 28 Januari 2013

Renungan harian: Senin, 28 Januari 2013

Ibr 9:15.24-28; Mrk 3:22-30 – Pw Santo Thomas dari Aquino

 

Roh yang Membebaskan

 

Orang-orang zaman kuno berpendapat, bahwa dunia dikuasai oleh pelbagai 'roh'. Dengan mengusir roh-roh jahat Yesus membuktikan, bahwa kekuasaan mereka itu sudah berakhir. Manusia diberi Roh baru, supaya mereka sendiri dapat mengatur dunia. Habislah sudah riwayat roh-roh yang mengacau hubungan antara surga dan bumi. Kini mulailah zaman kesetiakawanan sejati, yang berlandaskan kasih dan dipimpin oleh Roh Kudus. Manusia dihadapkan pada pilihan. Hendaknya ia memilih dengan cermat dan secepatnya mengakhiri diskusi-diskusi yang tidak menghasilkan apa-apa, kecuali menghambat pengambilan keputusan.

Dewasa ini dunia tampaknya tidak dikuasai oleh roh-roh surgawi lagi, seperti di zaman dahulu. Namun tidak dapat disangkal, bahwa dunia tetap masih takluk pada kekuatan-kekuatan yang menghancurkan keutuhannya, seperti misalnya roh kekuasaan dengan kefoya-foyaan, roh egoisme dan kesombongan. Hanya dengan melekat pada Roh keputraan Allah saja, manusia dapat menjadi sungguh merdeka (HN).

 

Pelita Hati: Hanya Roh keputraan yang membebaskan kita dari segala yang jahat dan membawa kita kepada kebahagiaan.

Renungan harian: Minggu, 27 Januari 2013

Renungan harian: Minggu, 27 Januari  2013

Neh 8:3-5a.6-7.9-11; 1 Kor 12:12-30; Luk 1:1-4; 4:14-21 – MB III

Karya dan Ajaran Yesus Diteruskan

 

Sejak awal kitabnya, Lukas menekankan kesungguhan usahanya: Ia memiliki sejumlah besar sumber informasi, antara lain teks Injil Matius dan Markus. Banyak peristiwa diperiksanya secara pribadi.

Lukas memang tidak menyusun buku sejarah dalam arti modern kata ini. Namun ia berkeyakinan, bahwa iman Kristen tidak boleh tidak mempunyai dasar dalam 'peristiwa Yesus', yang memang historis. Untuk itu pula ia berusaha menentukan waktu Allah mulai menunjukkan kasih karunia-Nya dalam diri Yesus!

Seperti di gunung Sinai Musa mengundangkan Hukum baru, dalam Khotbah di bukit Yesus mendasari Ajaran Baru yang lebih lengkap, lebih sempurna. Mukjizat-mukjizat membuktikan, tak bedanya dulu di Laut Merah, di padang gurun, bahwa kuasa tangan Tuhan terentang masih tetap mengikuti Israel baru, yang akan dibangun oleh Yesus atas dasar kedua belas rasul-Nya. Yesus mengajar dan menyembuhkan banyak orang. Ajaran Yesus harus diajarkan kepada semua orang, dan semua bangsa akan menjadi murid-Nya, dan demikian akan disembuhkan dari segala penderitaan akibat dosa dan kelambanan budi untuk menangkap dan menghayati arti kabar gembira (HN).

 

Pelita Hati: Sampai hari ini Tuhan masih melakukan mukjizat-mukjizat-Nya. Apakah kita mengalami dan mewartakannya?

Renungan harian: Sabtu, 26 Januari 2013

Renungan harian: Sabtu, 26 Januari 2013

Ibr 9:2-3.11-14; Mrk 3:20-21

Yesus Dikatakan tidak Waras

 

Orang mudah akan memperhalus kata "tidak waras" bagi Yesus ini. Tetapi untuk keluarga orang sekampung, yang mau mengatur hidup saudaranya menurut nilai-nilai yang laku, Yesus yang tidak dari dunia ini, dikatakan tidak waras.

Yesus tidak menggunakan suksesnya untuk maju dalam tangga masyarakat, dengan mengikuti pendapat orang banyak. Mengapa Yesus sengaja menentang pendapat para penguasa umat, para Farisi, tentang hari Sabat? Ia memusuhi kaum kuasa, tidak bijaksana! Lagi-lagi ia menentang: "Bolehkah berbuat jahat atau berbuat baik pada hari Sabat" - Artinya: tidak menyembuhkan - meskipun menaati hukum Sabat - itu sudah berbuat jahat, karena tidak menolong sesama. Ia jadi dimusuhi orang Farisi dan kelompok pro Herodes, bersama-sama sepakat ingin membunuh-Nya. Sungguh tindakan tidak bijaksana! Dengan sukses-Nya ia hanya menolong, sampai masuk rumah diikuti terus, sampai tidak bisa makan. Kumpulannya orang pendosa, orang pemungut cukai. Sikap seperti itu hanya ada pada orang "tidak waras".

Paulus di muka pengadilan, karena tidak dapat diikuti lagi jalan pikirannya, pernah dikatakan tidak waras (Kis 26:24). Santo Fransiskus Asisi karena meninggalkan segala demi cinta Kristus, menjadi miskin dan pengemis, juga disangka tidak waras. Itu kenabian, yang berani mempertaruhkan nama, keamanan dan hidup, demi kebenaran (HN).

 

Pelita Hati: Kesaksian kenabian menuntut orang jadi "keranjingan", tidak waras karena Kristus hidup di dalamnya.

Senin, 21 Januari 2013

Renungan harian: Jumat, 25 Januari 2013

Renungan harian: Jumat, 25 Januari  2013

Kis 22:3-16; Mrk 16:15-18

Rahmat Tuhan tidak Sia-sia

 

"Aku inilah yang paling hina di antara semua rasul, sebab aku telah menganiaya jemaat Allah. Tetapi karena kasih karunia Allah, aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras daripada mereka semua; tetapi bukan aku, melainkan kasih karunia Allah menyertai aku" (1 Kor 15:9-10). Demikian kata-kata Paulus tentang dirinya sendiri.

Pada waktu Yesus menangkap Paulus dalam perjalanannya ke Damsyik, ia bertanya: "Tuhan apa yang Kaukehendaki aku perbuat?" Kata-kata ini meluncur dari sebuah hati yang dahulu keras bagai batu, namun telah lembut oleh karena rahmat Allah. Inilah kata-kata awal yang menghantar Paulus ke gerbang tugasnya sebagai Rasul kaum kafir. Ia tidak lagi menjadi penganiaya Yesus melainkan penyayang Yesus yang paling unggul. "... orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel..." Demikian kata Yesus kepada Ananias.

Paulus kemudian tampil sebagai seorang rasul yang besar pengaruhnya di kalangan bangsa kafir. Dialah pewarta Injil dan pendiri Gereja-gereja di antara kaum kafir (HN).

 

Pelita Hati: Patutlah kita mendoakan semua orang yang belum mengenal Yesus dan Injil-Nya agar mereka pun memperoleh keselamatan dalam Kristus Yesus.

Renungan harian: Kami, 24 Januari 2013

Renungan harian: Kami, 24 Januari  2013

Ibr 7:25-8:6; Mrk 3:7-12

Yesus yang Tidak Dikenal

 

Yesus didatangi dan diikuti banyak orang dari mana-mana. Yesus tahu, bahwa kebanyakan tujuannya mengharapkan pertolongan. Tetapi Ia tetap menguasai situasi, membatasi yang tidak Ia inginkan.

Kabar bahwa Yesus mengajar dengan kuasa, berbuat baik, menyembuhkan orang, melakukan mukjizat, itu menarik. Untuk itu, orang mau menempuh perjalanan jauh dari mana-mana datang berdesak-desakan, hingga Yesus harus menemukan cara menghadapi mereka: dengan menggunakan perahu, sedikit menjauh, agar Ia bebas dari himpitan orang banyak berjejal-jejal mau menyentuh Dia, karena Ia menyembuhkan banyak orang. Ia melayani, tetapi juga menjaga keterlibatan teratur dan pembebasan diri. Yesus tidak pernah tenggelam dalam luapan masa, hanyut dibawa oleh arus kejadian.

 

Dalam penyembuhan yang dilakukan oleh Yesus, roh jahat tidak bertahan di hadapan Yesus: mereka merebahkan diri, mengakui kekalahan dan berteriak, "Engkau ini anak Allah." Dengan pernyataan ini setan tidak bermaksud membawa pada pengakuan yang benar, tetapi menyebarkan rasa takut, anggapan sesat, harapan keliru yang bukan-bukan, terhadap Mesias, berlainan sekali dari citra Mesias seperti dilihat dan dengan nyata dihayati oleh Yesus, menurut kehendak Bapa (HN).

 

Pelita Hati: Banyak orang tidak mengenal Yesus karena mempunyai pemahaman yang keliru tentang Dia.

Renungan harian: Rabu, 23 Januari 2013

Renungan harian: Rabu, 23 Januari 2013

Ibr 7:1-3.15-17; Mrk 3:1-6

Yesus Harus Mati

 

Begitu cepat dalam Injil Markus kematian Yesus diputuskan, hingga seluruh sisanya lalu tinggal menjadi prolog kesengsaraan. Barangsiapa seperti Yesus menentang para penguasa, dicap membahayakan, dan harus mati. Masalah Yesus adalah masalah kebenaran, keselamatan, dan kehidupan.

Kebenaran, karena Yesus tidak mau orang diperbudak Hukum, yang ditafsir salah oleh pihak yang "vested" dan berkepentingan, untuk mempertahankan kedudukan dan prestise. Dengan usaha menegakkan prestise dan gengsi, perkara menjadi emosional, tidak adil lagi. Yesus berani mendobrak kemunafikan, membuka kedok kuasa ini. Dan karena menentang kuasa, Ia harus mati.

Keselamatan, karena Yesus mau membebaskan manusia tak bersalah dari cengkraman Hukum mati, ditunggangi oleh keketatan tradisi lama, sudah berumur tua, maka dianggap halal dan kebal, tak perlu ditinjau. Padahal tua yang buatan manusia, bisa ketinggalan zaman, lalu menekan sampai mencekik, apabila tidak diadakan perubahan dan penyesuaian.

Kehidupan, diinginkan oleh Yesus, kehidupan yang melimpah. Tekanan hukum Farisi membuat sempit dan menutup. Orang menyelamatkan tertib hukum dengan menekan, bahkan mengorbankan perkembangan dalam kebebasan berpikir, berbicara, berdialog, bertindak. Kehidupan yang diperjuangkan oleh Yesus menggariskan kematian-Nya, karena kuasa lebih cinta pada ketahanan hukum daripada kebebasan, kebenaran dan terang yang menyelamatkan dan membahagiakan semua (HN).

 

Pelita Hati: Yesus memperjuangkan masalah kebenaran, keselamatan, dan kehidupan. Bagaimana dengan aku?

Renungan harian: Selasa, 22 Januari 2013

Renungan harian: Selasa, 22 Januari  2013

Ibr 6:10-20; Mrk 2:23-28

Peraturan demi Manusia

 

Banyak pertentangan Yesus dengan orang Farisi mengenai hari Sabat. Oleh orang Farisi Hukum (hari Sabat) didewakan, dan semua yang lain harus menyingkir, dikalahkan oleh Hukum seperti ditafsirkan oleh mereka.

Yesus tidak ragu-ragu berkonfrontasi dengan para ahli Hukum Taurat. Ia tidak menghindari konflik dengan mereka. Yesus mewartakan, bahwa Sabat diadakan untuk manusia dan bukan sebaliknya. Lalu, pada hari yang sama, Yesus menyembuhkan seorang yang lumpuh tangannya.

Dengan menegaskan, bahwa suara hati lebih penting daripada peraturan hukum serta dengan menonjolkan keutamaan belaskasihan atas segala ketetapan peribadatan, tentu Yesus memperdalam gagasan para nabi mengenai Sabat sebagai hari kemerdekaan. Tetapi dengan demikian Ia sekaligus menjungkirbalikkan seluruh pemikiran para pemuka bangsa Yahudi mengenai perjanjian. Mereka itu tidak sadar, bahwa Allah memerdekakan manusia, supaya manusia sungguh-sungguh bebas di hadapan Allah. Mereka belum mengerti, bahwa kasih sejati menolak segala bentuk formalisme dan partikularisme. Memang benar, bahwa manusia yang tetap berdosa itu, lebih suka tidak menyadari segala sesuatu itu. Sebab dengan demikian ia tidak terdesak untuk membebaskan diri secara radikal dari egoismenya serta menyerahkan diri kepada belaskasihan Allah (HN).

 

Pelita Hati: Kata Yesus: "Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk Sabat".

Kamis, 17 Januari 2013

Renungan harian: Senin, 21 Januari 2013

Renungan harian: Senin, 21 Januari  2013

Ibr 5:1-10; Mrk 2:18-22

Pembaruan Nilai Puasa

 

Ajaran dan perbuatan puasa bagi orang Farisi tidak sama, bahkan bertentangan dengan pandangan Yesus dan praktik, yang diandaikan nanti akan dilakukan para murid-Nya. Maka Yesus membawa pembaruan.

Orang Farisi senang menjumlahkan doanya, puasanya, perbuatan-perbuatan baiknya untuk meninggikan diri di hadapan Tuhan sebagai orang beragama yang tertib dan rajin. Tuhan tentu harus berkenan kepadanya, dan akan 'jasa-jasanya". Puasa itu suatu ritual, upacara agama, di mana manusia dapat menguji kekuatannya, berlombap-lomba untuk memenangkan penghargaan dari Tuhan. Praktik seperti ini timbul dari latar belakang keagamaan, yang bersemboyan "do ut des": saya memberi sesuatu kepada Tuhan, hingga Ia harus juga memberikan sesuatu... yang kukehendaki! Inilah faham lama, yang justru ingin diakhiri oleh Yesus, yang menginginkan orang menyembah Tuhan dalam roh dan kebenaran, bukan prestasi tetapi penyembahan dalam kerendahan hatilah, yang berkenan kepada Tuhan.

Hidup orang kristiani diarahkan untuk ikut serta dengan kehidupan Yesus. Makna puasa hanya partisipasi dalam peristiwa Yesus. Berpuasa atau tidak bukan tujuan tersendiri, tetapi sarana untuk lebih erat menghayati hidup bersama Yesus. Yesus sebagai pusat hidup: itulah anggur baru dalam kantong yang baru (HN).

 

Pelita Hati: Puasa harus mengantar kita semakin dekat dengan Tuhan dan bukan menonjolkan prestasi diri   sendiri.

Renungan harian: Minggu, 20 Januari 2013

Renungan harian: Minggu, 20 Januari 2013

Yes 62:1-5; 1Kor 12:4-15; Yoh 2:1-11 – MB II

 

Peka terhadap Hidup Sesama

 

Seorang ibu memiliki kepekaan yang sangat tinggi dan tajam pada gerak hati anaknya. Ia sanggup membaca perasaan bahkan bahasa tubuh anaknya. Demikian pula dengan Maria, Ibu Yesus. Maria memiliki kepekaan yang tajam tentang kebutuhan pesta nikah yang sedang berlangsung dan memahami gerak hati Putranya Yesus yang hadir dalam pesta itu. Maria ingin membantu orang yang sedang mengalami kesulitan itu. Dia pun datang pada Yesus dengan membawa keluh kesah dan kesulitan orang yang berpesta itu. "Mereka kehabisan anggur!" kata Maria dengan penuh keyakinan bahwa Putranya akan segera bertindak dan tidak akan menolak permohonannya atas nama orang banyak itu. Setelah itu, dia mendekati para pelayan dan meyakinkan mereka, "Apa pun yang dikatakan kepadamu, lakukanlah itu!" Usaha Maria membuahkan hasil "air berubah menjadi anggur". Tuan pesta itu tidak dipermalukan, karena kebutuhan orang banyak terpenuhi.

Maria adalah model dan teladan dalam membangun relasi dengan sesama dan dengan Tuhan. Hati Maria yang selalu terbuka menerima Yesus dengan segala yang ada pada Yesus, membuat dia mampu mengenal dengan baik dan sempurna siapa Yesus itu. Yesus ialah Tuhan yang menjelma menjadi manusia demi keselamatan umat manusia.

Kita tentu tidak bisa mencapai tahapan seperti Maria. Akan tetapi, usaha membangun relasi yang intim dengan Tuhan mutlak perlu. Dan membangun relasi yang akrab dan harmonis dengan sesama harus menjadi prioritas. Mampukah kita mengamalkan hal itu? (Eriks)

 

Pelita Hati: Maria adalah model dan teladan dalam membangun relasi dengan sesama dan dengan Tuhan.

Renungan harian: Sabtu, 19 Januari 2013

Renungan harian: Sabtu, 19 Januari 2013

Ibr 4:12-16; Mrk 2:13-17- Pekan doa sedunia untuk persatuan umat X-en

 

Pilihan Terbaik

 

Seorang ibu mesti memilih salah satu dari anak kembar siamnya untuk dipertahankan hidup. Sebab bayi kembar siam itu hanya memiliki satu jantung. Sanak saudara pun berembuk untuk mengambil keputusan tentang bayi mana yang harus dipertahankan. Sementara dokter dan perawat memberi saran agar bayi yang paling kuatlah yang dipertahankan. Sebab kesempatan hidup bayi yang paling kuat lebih tinggi, merawatnya lebih mudah, kesehatannya lebih terjamin. Akhirnya, keluarga sepakat memilih yang terkuat dan mengatakan hal itu kepada ibu bayi. Tapi ibu bayi itu tidak setuju pada pendapat mereka. Si ibu lebih setuju untuk mempertahankan yang lemah katanya: "Karena bayi ini lemah maka aku menolongnya untuk hidup". Keluarga, dokter, perawat heran mendengar alasan si ibu.

Peristiwa serupa dengan ibu bayi kembar siam itu juga dialami oleh Yesus, saat bersama dengan orang Lewi. Yesus menghentak semua orang yang mendengarnya. Tidak ada yang menyangka jika orang sesuci dan sekudus Yesus mau makan dan tinggal bersama orang Lewi, sahabat orang-orang Romawi. Lewi ikut menikmati uang kotor yang dikutip dari rakyat Yahudi. Maka oleh orang banyak dia dianggap sebagai pendosa. Namun, bagi Yesus, anggapan orang Farisi atau siapa pun yang tidak setuju dengan-Nya, tidak masalah. Sebab setiap orang mesti diberi peluang untuk mendengar kabar baik dan diselamatkan. Yesus mengatakan: "Bukan orang sehat yang membutuhkan tabib, tetapi orang sakit".

Kita pun sering berperilaku seperti orang-orang Farisi. Kita enggan duduk bersama orang-orang terpinggirkan yang dicap pendosa oleh masyarakat. Kita lebih senang bergaul dengan orang-orang yang dapat menjamin hidup untuk mencari rasa aman, agar segala urusan menjadi aman. Orang lain nanti dulu apalagi bila tidak menguntungkan kita. Kiranya kita dapat memilih yang tepat untuk kita sebagaimana Yesus memilih kita. Semoga! (Eriks)

 

Pelita Hati:  "Bukan orang sehat yang membutuhkan tabib, tetapi orang sakit".

Senin, 14 Januari 2013

Renungan harian: Jumat, 18 Januari 2013

Renungan harian: Jumat, 18 Januari 2013

Ibr 4:1-5.11; Mrk 2:1-12      -  Pekan Doa Sedunia untuk Persatuan Umat X-en

 

Yesus Berkuasa Menyembuhkan

 

Suatu sore Rafli sakit. Orangtuanya pun membawa Rafli ke rumah sakit. Sudah seminggu di rumah sakit tapi penyakit Rafli belum juga sembuh. Akhirnya, dokter merujuk Rafli ke rumah sakit yang lebih lengkap peralatannya. Orangtua Rafli pun mengikuti saran dokter dan memindahkan Rafli ke rumah sakit yang dimaksud. Kendati berat orangtua Rafli tetap berusaha agar Rafli sembuh. Mereka mengorbankan banyak hal untuk kesembuhan anak mereka.

Dalam Injil hari ini dikisahkan tentang orang lumpuh yang disembuhkan oleh Yesus. Keempat orang yang menggotong orang lumpuh dalam tempat tidurnya mencari akal bagaimana agar orang lumpuh itu dapat sampai kepada Yesus. Secara mengejutkan, mereka membongkar sebagian atap rumah tepat di mana Yesus berada. Mereka tidak peduli rasa kesal pemilik rumah. Mereka mengimani jika Yesus mampu menyembuhkan sahabat mereka itu. Usaha luar biasa ini menunjukkan betapa besar kepercayaan mereka akan kuasa Yesus. Penyembuhan pertama yang dilakukan Yesus tidak lain dan tidak bukan adalah penyembuhan batin. "Dosamu sudah diampuni," kata Yesus. Setelah batinnya disembuhkan, menyusul penyembuhan badannya: "Bangunlah dan angkatlah tempat tidurmu".

Orang yang mencari pertolongan Tuhan harus percaya seutuhnya akan kuasa Tuhan. Apakah kita percaya seutuhnya kepada Tuhan? Jika kita percaya kepada-Nya maka kita harus berani datang pada-Nya agar segala penyakit kita disembuhkan (Eriks).  

 

Pelita Hati: Orang yang mencari pertolongan Tuhan harus percaya seutuhnya akan kuasa Tuhan.

Renungan harian: Kamis, 17 Januari 2013

Renungan harian: Kamis, 17 Januari 2013

Ibr 3:7-14; Mrk 1:40-45 – Pw Santo Antonius, Abas

 

Menjadi Saksi Atas Karya Yesus

 

Suatu ketika kami ditugaskan untuk melihat langsung para penderita kusta. Setiba di tempat pemukiman mereka yang khusus dan terpencil kesan pertama kami adalah perasaan ngeri bercampur kasihan. Sebab tubuh mereka masing-masing sedikit demi sedikit makin habis. Ada yang tangannya, kakinya, hidungnya dan lain sebagainya. Tetapi kesan demikian bukanlah menjadi penghalang bagi Yesus. Yesus menyembuhkan seorang penderita kusta terdorong oleh belas kasihan. Tak dapat dilukiskan sukacita dan rasa syukur yang memancar dari hati orang yang disembuhkan Yesus itu. Orang kusta itu baru saja sembuh bukan hanya dari sakit fisik tetapi sekaligus dari beban derita psikologis.

Yesus pun melarang orang yang baru sembuh itu menceritakan kesembuhannya kepada siapa pun selain kepada imam sebagai bukti. Hal ini dilakukan Yesus untuk menghindari dugaan orang kepada-Nya yaitu untuk mencari ketenaran dan kepopuleran. Sebab ketenaran dan popularitas bukan yang utama dalam karya Yesus.

Ternyata orang yang baru sembuh itu tidak melaksanakan pesan Yesus. Sebab ia tak kuasa menahan rasa gembira dan menjadi saksi atas karya Yesus itu. Karya Yesus itu ia wartakan ke mana-mana. Karya Yesus yang dia terima tak kuasa didiamkannya. Karya Yesus yang dilandasi oleh kasih membuat orang yang baru sembuh itu semakin kuat mewartakan kebenaran yang datang dari Yesus. Apakah kita juga seperti orang yang baru sembuh itu? Berani mewartakan kebaikan Tuhan dalam hidup kita kepada sesama sebagaimana dilakukan oleh Santo Antonius yang pestanya hari ini kita rayakan. Semoga! (Eriks)

 

Pelita Hati: Ketenaran dan popularitas bukan yang utama dalam karya Yesus.

Kamis, 10 Januari 2013

Renungan harian: Rabu, 16 Januari 2013

Renungan harian: Rabu, 16 Januari 2013

Ibr 2:14-18; Mrk 1:29-39

 

Bekerja dan Pendoa

 

Seorang katekis menceritakan karya yang telah dikerjakannya di salah satu paroki. Dengan bangga ia mengatakan bahwa ia sangat mencintai  pekerjaan yang dipercayakan kepadanya. Dia bekerja dengan giat dan tak pernah menolak orang yang datang minta bantuannya. Setiap hari dalam seminggu sudah terjadwal setiap pekerjaannya dan dia melakoninya dengan baik. Karena kesibukan melayani, waktu untuk istirahat pun kerap ia korbankan bahkan waktu untuk berdoa pun tidak ada lagi.

Yesus pun seorang pekerja yang giat. Hal itu nyata dalam Injil hari ini di mana diceritakan bahwa menjelang malam, orang banyak masih membawa kepada-Nya orang-orang yang menderita sakit dan kerasukan setan untuk disembuhkan. Yesus dengan ramah dan terbuka menerima mereka seluruhnya walaupun dari segi fisik Dia telah capek dan letih. Yesus tetap menyembuhkan mereka. Selesai Yesus bekerja, Dia pun istirahat untuk menimba kekuatan, kesegaran bagi diri-Nya. Ketika kondisi fisik-Nya telah pulih Dia pun pergi berdoa kepada Bapa-Nya. Hubungan yang erat dengan Bapa selalu diperbarui-Nya. Allah adalah sumber kekuatan, kesegaran sehingga hanya kepada-Nyalah kita harus memohon.

Kita pun tanpa terkecuali pasti mempunyai kesibukan dan tugas masing-masing. Di sela-sela setiap kesibukan kita, apakah kita masih sempat untuk berdoa? Yesus merupakan teladan bagi kita dalam bekerja di mana sesibuk apa pun pekerjaan-Nya doa tak pernah Ia tinggalkan (Eriks).  

 

Pelita Hati: Allah adalah sumber kekuatan, kesegaran sehingga hanya kepada-Nyalah kita harus memohon.

Renungan harian: Selasa, 15 Januari 2013

Renungan harian: Selasa, 15 Januari 2013

Ibr 2: 5-12; Mrk 1: 21b-28

Kagum dan Heran

 

Pada saat libur sekolah Tio dan ayahnya rekreasi ke taman hiburan. Di taman hiburan itu, Tio menyaksikan berbagai atraksi yang dibawakan oleh para pesulap. Kelihaian para pesulap dalam mengubah suatu benda menjadi benda jenis lain sungguh memukau para penonton. Tio sendiri terkagum-kagum dan heran menyaksikan atraksi itu. Tio tak menduga bahwa ada orang sehebat pesulap itu.

Perasaan heran dan kagum juga ditampakkan oleh orang-orang yang berkumpul di rumah ibadat di Kapernaum dalam Injil hari ini. Mereka kagum dan heran atas pengajaran Yesus. Dia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, bukan seperti para ahli Taurat. Yesus bukan cuma berbicara dengan kuasa tetapi juga bertindak dengan kuasa. Kuasa Yesus tampak ketika mengusir setan dari orang yang kerasukan setan. Setan merupakan wakil dari kekuasaan kegelapan yang berlawanan dengan kehendak Allah. Tindakan Yesus ini membuat orang-orang yang keheranan mengakui kewibawaan-Nya, meski mereka tetap bertanya-tanya: apa ini?

Dalam kehidupan harian kita, kuasa Yesus sering kita rasakan. Bentuknya seperti kita memperoleh keselamatan, kesehatan, dan kesuksesan. Kiranya apa yang kita alami ini semakin menumbuhkan iman kepercayaan dalam diri kita bahwa Yesus sungguh berkuasa (Eriks).  

 

Pelita Hati: Yesus bukan cuma berbicara dengan kuasa tetapi juga bertindak dengan kuasa.

Renungan harian: Senin, 14 Januari 2013

Renungan harian: Senin, 14 Januari 2013

Ibr 1:1-6; Mrk 1:14-20

Berkarya Bersama Kristus

 

Suatu hari raja memerintahkan menterinya untuk mencari barang paling berharga di luar kerajaan. Berbulan-bulan lamanya menteri dan pengawalnya tidak pulang ke kerajaan. Raja pun mulai cemas demikian pula dengan keluarga menteri dan pengawalnya. Setelah satu tahun, menteri dan pengawalnya pulang dengan kondisi yang memprihatinkan dan tidak membawa apa pun untuk raja. Raja bingung dan heran melihat keadaan menteri dan pengawalnya. Kemudian raja memanggil menteri untuk menanyakan hasil dari perjalanan mereka. Menteri itu pun memberitahukan hasilnya kepada raja. Tak lama kemudian raja pun mengadakan konfrensi pers untuk mengumumkan bahwa menteri menemukan di seberang sana ada sebuah daerah yang subur dan makmur.

Yesus diutus oleh Bapa untuk berkarya dalam penyelamatan manusia. Untuk melanjutkan perutusan-Nya, Yesus memanggil para murid. Setiap pribadi para murid dipandang sebagai seorang yang penting dalam karya penyelamatan-Nya. Maka, para murid harus bersedia meninggalkan segala sesuatu yang paling berharga, pekerjaan dan keluarga, untuk sepenuhnya ambil bagian dalam tugas perutusan Kristus. Tugas para murid ini tidak lain dan tidak bukan ialah untuk menyatakan kepada dunia bahwa di seberang sana ada daerah subur dan makmur. Untuk itu, seorang murid harus siap bertualang dan menghadapi setiap tantangan.

Kita telah dipilih menjadi murid Kristus. Sebagai murid Kristus kita harus terlibat langsung dalam karya Kristus dalam mewartakan Injil. Bersediakah kita melaksanakan tugas ini dengan baik? Sanggupkah kita menghadapi setiap tantangan? (Eriks)  

 

Pelita Hati: Seorang murid harus siap bertualang dan menghadapi setiap tantangan.

Selasa, 08 Januari 2013

Renungan harian: Minggu, 13 Januari 2013 - MB I

Renungan harian: Minggu, 13 Januari 2013 – MB I

Yes 40:1-5.9-11; Tit 2:11-14; 3:4-7; Luk 3:15-16.21-22 – Pesta Pembaptisan Tuhan

 

Baptisan = Pembersihan dari Dosa

 

Air merupakan sumber kebersihan, kesegaran, dan kehidupan. Maka kita yang "kotor" karena tidak setia kepada Tuhan, harus datang kepada-Nya untuk dibersihkan dengan "air kehidupan" melalui pembaptisan dan bertobat dengan menampakkan sikap tobat itu dalam hidup nyata. Sebagai orang berdosa tidak ada di antara kita yang layak menerima cinta kasih Tuhan. Cinta kasih Alla kepada manusia nyata dalam diri Kristus, yang telah menjelma menjadi manusia. Cinta kasih itu lewat air pembaptisan telah menjadikan kita manusia baru, yang terpanggil untuk menjadi keluarga Kristus dalam hidup yang kekal.

Dalam Injil hari ini, Yohanes Pembaptis telah datang dan membaptis banyak orang dengan air, bahkan dia sendiri memperoleh privilege untuk membaptis Yesus. Pembaptisan dengan air itu merupakan awal dari suatu hidup baru yang ditempuh dalam kekudusan. Pembaptisan menjadi dasar panggilan setiap orang untuk berkarya sebagai pengikut Kristus.

Ketika kita menerima baptisan berarti kita dibersihkan dari segala dosa karena Kristus telah tinggal dalam diri kita. Kita dikuatkan karena Roh Kudus telah menyelamatkan kita. Kita mendapat kehidupan baru karena kita memperoleh nama baru di dalam Tuhan. Maka, kata-kata yang didengar oleh orang banyak ketika mereka dan Yesus selesai dibaptis oleh Yohanes, juga dikenakan kepada kita: "Engkaulah anak yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan." Jika kita melaksanakan kehendak Allah maka Ia akan mengganjari kita dengan keselamatan (Eriks).

 

Pelita Hati: Jika kita melaksanakan kehendak Allah maka Ia akan mengganjari kita dengan keselamatan.

Renungan harian: Sabtu, 12 Januari 2013

Renungan harian: Sabtu, 12 Januari 2013

1Yoh 5:14-21; Yoh 3: 22-30

Memberi Kesaksian yang Benar

 

Akhir-akhir ini marak kasus korupsi di negeri kita ini. Para pelaku korupsi ini terdiri dari berbagai kalangan seperti pejabat, pengusaha, dan sebagainya. Ketika mereka ditetapkan menjadi tersangka mereka berusaha memberi aneka kesaksian. Beberapa saksi mulai membeberkan orang-orang yang terlibat. Tetapi kebanyakan memilih tidak memberi kesaksian alias diam.

Injil hari ini melukiskan kesaksian Yohanes Pemandi tentang diri Yesus. Ketika itu, Yohanes sudah populer karena membaptis banyak orang. Kepopulerannya ini membuat banyak orang menggabungkan diri dengannya dan menjadi murid-muridnya. Pada suatu kesempatan, Yohanes dihadapkan pada sebuah pertanyaan seputar pembaptisan yang dilakukannya. Yohanes sadar bahwa ia diutus untuk mempersiapkan jalan bagi kedatangan Yesus, Sang Mesias. Maka ia tidak terlena oleh kehormatan dan pujian. Ia pun memberikan kesaksian yang benar tentang diri Yesus. Dengan tulus dan rendah hati ia bersaksi: "Aku bukan Mesias, tapi aku diutus untuk mendahului-Nya."

Kita pun sebagai orang yang telah memperoleh rahmat pembaptisan, diminta untuk berani memberi kesaksian yang benar kepada siapa pun dan dalam situasi apa pun. Seperti kesaksian Yohanes yang tulus dan jujur kita pun hendaknya demikian tidak mengklaim sesuatu yang bukan hak kita. Sebab dengan kejadian di negeri kita, orang akan makin terbiasa memberi kesaksian palsu untuk mengklaim sesuatu yang bukan haknya (Eriks).  

 

Pelita Hati: "Aku bukan Mesias, tapi aku diutus untuk mendahului-Nya."