Senin, 31 Desember 2012

Renungan harian: Jumat, 04 Januari 2013

Renungan harian: Jumat, 04 Januari 2013

1Yoh 3:7-10; Yoh 1:35-42

Hidup dalam Tuhan

"Oh… hari, minggu, bulan terus berlalu dengan cepat tanpa terasa. Kehidupan semakin berat dan sulit." Keluhan dan kekhawatiran demikian sering terucap dalam diri banyak orang dewasa ini. Keluhan dan kekhawatiran ini muncul karena dipicu oleh berbagai faktor. Beberapa dari faktor itu bisa jadi akibat kesibukan atau kebingungan dalam menapaki hidup dan bisa juga akibat faktor keputusasaan.

Keluhan yang mirip juga terjadi pada murid-murid Yohanes. Para murid Yohanes merasa kurang menemukan makna hidup yang sesungguhnya dengan benar dan berarti sehingga mereka ingin menemukannya. Mereka tahu dan paham betul jika hal itu hanya ada dalam diri Yesus sehingga mereka mencari Yesus. Mereka pun menemukan makna hidup itu dalam diri Yesus Kristus dan hidup bersama-Nya. Hidup bersama Yesus membuat hidup mereka sungguh berarti dan bermakna sehingga jauh dari keluhan dan kekhawatiran.

Kita pun sering mengalami hal seperti yang dialami oleh murid-murid Yohanes dalam hidup harian kita. Apabila hal itu terjadi maka mari mencari Yesus dan hidup dalam Dia. Segala yang kita peroleh di dunia ini kiranya semakin membawa kita untuk hidup dalam Yesus. Karena bersama Yesus apa pun yang kita dapat dan perbuat akan semakin baik dan membawa kita kepada pemenuhan diri yang sejati. Maka, hiduplah dalam Tuhan! (Eriks)  

 

Pelita Hati: Segala yang kita peroleh di dunia ini kiranya semakin membawa kita untuk hidup dalam Yesus.

Renungan harian: Kamis, 03 Januari 2013

Renungan harian: Kamis, 03 Januari 2013

1Yoh 2:29-3:6; Yoh 1:29-34

Yesus Anak Allah

 

Sebelum pejabat datang berkunjung ke suatu daerah biasanya ada anggota atau anak buahnya yang meninjau tempat yang akan dikunjungi oleh pejabat itu. Sering terjadi bahwa anggota atau anak buah pejabat ini dianggap sebagai pejabat yang akan datang itu sehingga disambut dengan baik dan dihormati dengan layak. Walaupun ia sudah mengaku bahwa bukan dia pejabat yang akan datang tapi orang banyak sering tidak percaya.

Peristiwa hampir serupa terjadi dalam diri Yohanes pemandi. Oleh karena itu, dalam Injil hari ini Yohanes kembali memberi kesaksian tentang siapakah Yesus: "Dia inilah Anak Allah." Yohanes menyadari dirinya sebagai perintis jalan bagi Tuhan dan seutuhnya mendukung kehadiran Yesus sebagai Mesias, sangat bertolak belakang dengan keadaan orang pada zaman sekarang.

Pada zaman sekarang sulit ditemukan orang yang mau mendukung sesama apalagi bila posisinya di bawah orang yang didukungnya. Kita tidak terima dengan kedudukan yang lebih rendah. Kita lebih suka disebut pejabat, orang hebat, orang penting agar dihargai dan disegani oleh orang banyak. Padahal Tuhan tidak senang pada orang yang demikian. Tuhan lebih senang pada orang yang rendah hati, yang tulus mendukung sesama (Eriks).

 

Pelita Hati: Menjadi orang berharga bukan harus orang penting tetapi memberi kesaksian tentang Yesus.

Renungan harian: Rabu, 02 Januari 2013

Renungan harian: Rabu, 02 Januari 2013

1Yoh 2:22-28; Yoh 1:19-28 – Pw Santo Basilius Agung & Gregorius dari Nazianae

 

GPS (Global Positioning System)

 

Sekelompok orang desa heran melihat serombongan mobil beriringan ke desa mereka. Mereka bertanya dalam hati, bagaimana rombongan itu berani datang ke desa ini. Apakah mereka tidak takut tersesat? Mereka tidak tahu kalau rombongan itu membawa peta tempat yang mau mereka kunjungi. Peta itu bagi mereka ibarat GPS (Global Positioning System) yang mengantarnya ke tujuan.

Penginjil melukiskan kedudukan dan peranan Yohanes Pemandi sebagai saksi yang memberi arah dan petunjuk bagaikan GPS. Yohanes tampil sebagai utusan Allah untuk menjadi saksi bagi terang. Banyak orang datang dan bertanya kepadanya apakah dia Mesias. Yohanes menegaskan bahwa dia bukan Mesias, bukan Elia, dan bukan nabi. Dengan tegas ia menyatakan dirinya tak pantas melepas tali sandal Dia yang akan datang itu, sekaligus tidak layak menjalankan urusan yang menjadi hak-Nya. Ia adalah suara yang berseru-seru agar jalan Tuhan diluruskan. Ia membaptis orang agar pantas menyongsong Dia yang akan datang.

Dia yang dimaksud Yohanes ialah tentang Terang, yaitu Yesus Kristus. Ia bersaksi dengan berbagi hidup dengan terang itu. Kita pun dipanggil untuk bersaksi bahwa terang itu ada di tengah-tengah kita dan sedang mengusir kegelapan agar kita tidak lagi di bawah bayang-bayang kegelapan tapi menjadi anak-anak terang. Kita dipanggil menjadi GPS penunjuk arah dalam peziarahan hidup manusia (Eriks).  

 

Pelita Hati:   Jadilah saksi bagi terang.

Renungan harian: Selasa, 01 Januari 2013

Renungan harian: Selasa, 01 Januari 2013

Bil 6:22-27; Gal 4:4-7; Luk 2:16-21 – HR Santa Maria Bunda Allah

 

Pengikut Sejati

 

Pengikut sejati bukanlah pengikut yang selalu meniru kata-kata tuannya tanpa kesalahan. Pengikut sejati merupakan pengikut yang selalu berusaha memahami dan senantiasa siap belajar dan menerima keputusan dengan baik.

Maria merupakan sosok pengikut Tuhan yang sejati. Kesejatiannya terletak pada kesanggupannya menyimpan segala perkara dalam hati dan merenungkannya. Maria telah memelihara dalam hatinya segala kata dan peristiwa di sekitar kelahiran Yesus dan berusaha menafsirkannya dengan bantuan ilahi. Sesungguhnya Maria belum memahami apa yang terjadi, tetapi dia membiarkan kata-kata yang didengarnya dan setiap kejadian itu meresap dalam hatinya serta berusaha memahami maknanya yang terdalam.

Sikap kesejatian Maria, menyimpan dan merenungkan segala perkara dalam hati sungguh merupakan inspirasi bagi kita untuk menapaki Tahun Baru ini. Kita hendaknya belajar dari Maria untuk menjadi pengikut Tuhan yang sejati. Tantangan, rintangan telah menanti kita. Peristiwa yang tak terselami juga akan menemani perjalanan hidup kita. Maka, mari meneladan Maria dengan meresapkan segala peristiwa yang akan terjadi dan merenungkannya (Eriks).

 

Pelita Hati: Pengikut sejati bukanlah pengikut yang selalu meniru kata-kata tuannya tanpa kesalahan.   

Renungan Harian: Senin 31 Desember 2012

Renungan Harian: Senin 31 Desember 2012

Yoh 1:1-18

Pada awal mula adalah Firman. Firman itu ada bersama-sama dengan Allah, dan Firman itu adalah Allah. Firman itu pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia, dan tanpa Dia tidak ada satupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Dalam Dia ada hidup, dan hidup itu adalah terang bagi manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan, tetapi kegelapan tidak menguasainya.

Datanglah seorang yang diutus Allah, namanya Yohanes. Ia datang sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang terang itu, supaya oleh dia semua orang menjadi percaya. Ia sendiri bukan terang itu, tetapi ia harus memberi kesaksian tentang terang itu. Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia. Terang itu telah ada di dalam dunia, dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya. Tetapi semua orang yang menerima Dia diberi-Nya kuasa menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya, orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah. Firman itu telah....

 

BERSYUKUR ATAS ANUGERAH TUHAN

Kitab Suci melukiskan Allah sebagai pribadi yang setia, sementara umat pilihan-Nya tidak. Kesetiaan bukanlah perkara yang mudah. Bahkan orang-orang yang sudah menerima baptisan sekalipun, belum tentu hidup sesuai dengan tuntutan baptisan itu sendiri. Apalagi mereka yang tidak setia kepada Yesus tidak heran bila akhirnya meninggalkan saudara seimannya. Mereka inilah yang dilukiskan sebagai antikristus.

Pada akhir tahun kalender ini, kita diajak merenungkan awal sejarah keselamatan kita yang dimulai dengan sapaan kasih. Kasih Allah itu terutama ditampakkan dalam dan dengan mengutus Putra-Nya menjadi manusia. Dalam diri Putra-Nya, Allah menyatakan penyertaan-Nya dalam perjuangan hidup kita. Hidup kita semakin berarti karena Allah sendiri bersama dengan kita. Berkat penjelmaan Putra Allah, kita diajak menata hidup yang pantas dan berkenan pada Allah.

Patutlah kita bersyukur kepada Tuhan yang telah menganugerahkan satu masa yang begitu berarti dan tak akan pernah terulang kembali dalam perjalanan hidup kita. Kita diajak untuk merenungkan betapa kasih Allah sungguh besar dengan melindungi kita sepanjang tahun yang akan berlalu. Serentak dengan itu, kita hendaknya memohon penyertaan Tuhan untuk masa yang akan datang. Dalam optimisme, kita dapat berharap akan masa depan yang lebih baik, sebab Allah beserta kita (FS).

 

Pelita Hati: Kasih Allah ditampakkan dalam dan dengan mengutus Putra-Nya menjadi manusia.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Rabu, 26 Desember 2012

Renungan Harian: Minggu 30 Desember 2012

Renungan Harian: Minggu 30 Desember 2012

Luk 2:41-52

Tiap-tiap tahun, pada hari Raya Paskah, orangtua Yesus pergi  ke Yerusalem. Ketika Yesus telah berumur dua belas tahun pergilah mereka ke Yerusalem seperti lazimnya pada hari itu. Selesai hari-hari perayaan itu, ketika mereka berjalan pulang, tinggallah Yesus di Yerusalem tanpa diketahui orangtua-Nya. Karena mereka menyangka bahwa Yesus ada di antara orang-orang seperjalanan mereka, berjalanlah mereka sehari perjalanan jauhnya, lalu baru mencari Dia di antara kaum keluarga dan kenalan. Karena tidak menemukan Dia, kembalilah mereka ke Yerusalem sambil terus mencari Dia. Sesudah tiga hari mereka menemukan Yesus dalam Bait Allah; Ia sedang duduk di tengah-tengah alim ulama, sambil mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka. Semua orang yang mendengar Dia sangat heran akan kecerdasan dan segala jawab yang diberikan-Nya. Ketika Maria dan Yusuf melihat  Dia, tercenganglah mereka.Lalu kata ibu-Nya kepada-Nya, "Nak mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau." Jawab Yesus kepada....

KELUARGA KUDUS

Pada pesta keluarga kudus, kita diingatkan bahwa kekudusan merupakan salah satu ciri fundamental setiap keluarga dan komunitas Kristen. Bila kita menyimak pengalaman keluarga kudus: Yesus, Maria dan Yosef, dari sudut pandang manusiawi, bukanlah suatu kisah yang menggembirakan, tapi penuh dengan liku-liku dan tantangan. Bagi Yosef, bukanlah perkara sederhana untuk menerima kenyataan bahwa Maria sudah mengandung ketika mereka masih bertunangan. Tapi ketulusan hatinya membuat Yosef menerima rencana Tuhan.

Hal serupa dialami oleh Maria. Ia dikejutkan oleh malaikat Tuhan yang menyampaikan rencana Allah atas dirinya. Injil mengisahkan riwayat sebuah keluarga yang bisa dikatakan terlunta-lunta. Namun, keluarga ini senantiasa taat pada kehendak dan rencana Tuhan. Yosef dan Maria membangun keluarga mereka bukan berdasarkan pertimbangan dan rencana manusia, tapi rencana Allah.

Dewasa ini, makin banyak keluarga yang mengalami krisis. Selingkuh tidak dianggap tabu. Perceraian menjadi pilihan bila ada persoalan. Krisis utama yang melanda rumah tangga dan komunitas Kristen bukanlah krisis ekonomi, tapi krisis cinta kasih dan kesetiaan. Padahal kisah keluarga kudus telah menunjukkan kepada kita bahwa bahtera hidup berumah tangga kerap dihadapkan pada aneka kesulitan. Tapi, tantangan itu tidak menjadikan keluarga itu berantakan. Kekuatan keluarga Nazaret tidak terletak pada harta, kuasa, dan kedudukan, tapi pada cinta Allah. Kasih Allah yang menaungi keluarga mereka memungkinkan keluarga ini menjadi keluarga yang kudus (FS).

 

Pelita Hati: Krisis utama yang melanda rumah tangga dan komunitas Kristen bukanlah krisis ekonomi, tapi krisis cinta kasih dan kesetiaan

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Sabtu 29 Desember 2012

Renungan Harian: Sabtu 29 Desember 2012

Luk 2:22-35

Ketika genap waktu pentahiran menurut hukum Taurat, Maria dan Yusuf membawa kanak-kanak Yesus ke Yerusalem untuk menyerahkan Dia kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: "Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah." Juga mereka datang untuk mempersembahkan kurban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor burung merpati.

Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh hidupnya, yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus bahwa ia tidak akan mati sebelum melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. Atas dorongan Roh Kudus, Simeon datang ke Bait Allah. Ketika...

 

PERSEMBAHAN DIRI

Setiap suku bangsa di dunia ini mengenal tradisi persembahan. Persembahan itu disampaikan kepada ilahi, yang diyakini sebagai pengatur hidup manusia, yang mendatangkan berkat atau malapetaka. Masyarakat animis, membawa persembahan mereka ke tempat-tempat yang keramat, yang diyakini memiliki kekuatan magis. Ritus mesti diikuti dengan teliti. Persembahan yang dibuat secara asal-asalan akan membawa bala. Persembahan kadang diyakini sebagai upaya menenteramkan penguasa alam. Upacara itu biasanya dilakukan oleh tokoh tertentu yang mempunyai karisma untuk mengantarai dunia fana dan dunia baka.

Bangsa Israel juga mempunyai tradisi mempersembahkan buah-buah pertama dari hasil bumi. Bahkan setiap anak sulung mereka mesti dipersembahkan kepada Tuhan. Bangsa itu yakin bahwa segala sesuatu berasal dari Tuhan dan mesti dikembalikan kepada-Nya. Lukas menceritakan perihal Yesus yang dipersembahkan di kenisah untuk menegaskan kedudukan dan peranan Yesus sebagai pembaru kehidupan religius. Simeon melihat dalam diri Yesus Kristus terang bagi bangsa-bangsa dan kebangkitan bagi seluruh umat Israel. Tapi, Yesus juga sekaligus akan menjadi tanda perbantahan. Berhadapan dengan Yesus, orang mesti menentukan sikapnya: menerima atau menolak, dan keselamatan bergantung dari keputusan yang diambilnya.

Pada masa muda-Nya, Yesus dipersembahkan di kenisah. Pada akhir hidup-Nya, Ia akan mempersembahkan diri di kayu salib sebagai kurban pelunas atas dosa manusia. Persembahan diri Kristus senantiasa dihadirkan dalam Ekaristi, kurban keselamatan kita. Bersama dengan kurban Kristus kita juga mempersatukan kurban kita sebagai tanda dan kepercayaan akan kepemilikan dan pemeliharaan Allah atas diri kita. Sejauh mana persembahan diri kita merupakan buah persatuan kita dengan Tuhan? (FS).

 

Pelita Hati: Keselamatan kita bergantung dari keputusan yang kita ambil masing-masing

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Jumat 28 Desember 2012

Renungan Harian: Jumat 28 Desember 2012

Mat 2:13-18

Setelah orang-orang majus yang mengunjungi Bayi Yesus di Betlehem itu pulang, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi. Malaikat itu berkata, "Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya! Larilah ke Mesir, dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Raja Herodes akan mencari Anak itu untuk dibunuh." Maka Yusuf pun bangunlah. Malam itu juga diambilnya Anak itu serta ibu-Nya, lalu menyingkir ke Mesir, dan tinggal di sana sampai Herodes mati. Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan lewat nabi-Nya: "Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku." Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah dipedayakan oleh orang-orang majus itu,sangat marahlah ia. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang majus itu. Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh Nabi Yeremia: Terdengarlah suara di Rama, tangis dan ratap yang amat memilukan; Rahel menangisi anak-anaknya, dan ia tidak mau dihibur, sebab mereka tidak ada lagi.

 

HATI HERODES

Mass media mengisahkan nasib pahit yang dialami sejumlah pemimpin dunia yang telah berkuasa selama puluhan tahun. Mereka telah mengakibatkan penderitaan bagi banyak orang dengan menggunakan kesempatan selama berkuasa untuk memperkaya diri dan keluarganya serta membangun dinasti yang sulit digoyang. Masyarakat yang menjadi korban kelaliman para penguasa itu tidak ingin memperpanjang nasib malang. Mereka mengadakan perlawanan, demonstrasi, dan pemberontakan. Injil mengisahkan kegelisahan dan kegeraman hati Herodes. Berita tentang kelahiran Yesus membuatnya gelisah, cemas, dan terancam. Herodes ingin segera menyingkirkan dan menghabisi calon yang dianggap bakal jadi saingan yang merusak dinastinya. Ia sama sekali tidak mengerti kerajaan apa yang diperjuangkan oleh Yesus. Herodes menumpas siapa saja yang dianggap sebagai lawan termasuk anak-anak di bawah usia dua tahun. Baginya, nyawa manusia tak ada bandingannya dengan takhtanya.

Hati gelap Herodes kerap juga mewarnai hidup kita. Kita bukan membela kebaikan bersama, tetapi keinginan pribadi. Kita kerap kalap dan gelisah karena kehadiran orang lain. Andaikan kita tergolong pejuang kebenaran dan kebaikan, kita tidak akan terusik oleh kehadiran orang lain (FS).

 

Pelita Hati: Kita kerap kalap dan gelisah karena kehadiran orang lain.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Minggu, 23 Desember 2012

Renungan Harian: Kamis 27 Desember 2012

Renungan Harian: Kamis 27 Desember 2012

Yoh 20:2-8

Pada hari Minggu Paskah, setelah mendapati makam Yesus kosong, Maria Magdalena berlari-lari mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain yang dikasihi Yesus. Ia berkata kepada mereka, "Tuhan telah diambil orang dari kuburnya, dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan." Maka berangkatlah Petrus dan murid yang lain itu ke kubur. Keduanya berlari bersama-sama, tetapi murid yang lain itu berlari lebih cepat daripada Petrus, sehingga ia lebih dahulu sampai di kubur. Ia menjenguk ke dalam, dan melihat kain kapan terletak di tanah; tetapi ia tidak masuk ke dalam maka tibalah Simon menyusul dia, dan masuk ke dalam kubur itu. Ia melihat kain kapan terletak di tanah, sedang kain peluh yang tadinya ada di kepala  Yesus tidak terletak dekat kain kapan itu, tetapi agak di samping di tempat yang lain, dan sudah tergulung. Maka  masuklah juga murid yang lain, yang lebih dahulu sampai di kubur itu; ia melihatnya dan percaya.

 

MELIHAT DENGAN MATA IMAN

Pada hari Paskah, bersama Simon Petrus, Yohanes berlari ke kubur. Mereka mau membuktikan kebenaran laporan Maria Magdalena mengenai raibnya mayat Yesus. Murid yang dikasihi itu lebih dulu sampai di makam. Ia menjenguk ke dalam dan melihat kain kafan terletak di tanah. Akan tetapi, ia tidak masuk ke dalam. Setelah Petrus masuk ke dalam kubur itu, ia pun menyusul masuk. Yohanes langsung yakin bahwa jenazah tak mungkin dicuri, sebab para pencuri itu akan mengambil jenazah itu seadanya, lengkap dengan pakaiannya. Murid itu melihat dan percaya. Dengan melihat kain kafan dan kain peluh yang satu terletak di tanah dan yang lain terlipat dengan rapi, ia yakin bahwa Yesus telah bangkit.

Kendati dalam suasana Natal, kita membaca dan merenungkan kisah kebangkitan Yesus dan bagaimana iman Yohanes terhadap Kristus yang bangkit mulia. Dengan membaca peristiwa kebangkitan, kita diingatkan bahwa hidup manusia dimulai dengan kelahiran, melewati kematian, dan tertuju kepada kebangkitan dan hidup kekal sebagaimana telah dialami oleh Yesus sendiri.

Yohanes dipanggil menjadi rasul dan pengarang Injil. Injil yang dia tulis dilambangkan dengan burung rajawali yang terbang tinggi dan memiliki ketajaman untuk melihat. Yohanes mengajak kita untuk merenungkan iman dengan dalam. Buah kedekatan dan pengalamannya dengan Yesus membuat Yohanes sampai pada pengenalan terdalam akan Allah sebagai kasih. Yohanes mengajak kita untuk memancarkan kasih itu lewat kehidupan kita (FS).

 

Pelita Hati: Allah adalah kasih dengan memancarkan kasih itu lewat kehidupan kita.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Rabu 26 Desember 2012

Renungan Harian: Rabu 26 Desember 2012

Mat 10:17-22

Pada waktu mengutus murid-murid-Nya, Yesus berkata, "Waspadalah terhadap semua orang! Sebab ada yang akan menyerahkan kamu kepada majelis agama; dan mereka akan menyesah kamu di rumah ibadatnya. Karena Aku, kamu akan digiring ke muka para penguasa dan raja-raja sebagai kesaksian bagi mereka dan bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah. Apabila mereka menyerahkan kamu, janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan akan apa yang harus kamu katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga. Karena bukan kamu yang berbicara, melainkan Roh Bapamu; Dialah yang akan berbicara dalam dirimu. Orang akan menyerahkan saudaranya untuk dibunuh; demikian juga seorang ayah akan menyerahkan anaknya. Anak-anak akan memberontak terhadap orang tuanya dan akan membunuh mereka. Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya, akan selamat."

 

KESAKSIAN SEJATI

Orang baik, jujur, benar, dan pejuang kebenaran sering dianggap musuh dan ancaman bagi orang dan lingkungan yang diwarnai oleh kemerosotan moral. Situasi seperti ini misalnya pernah dialami oleh Munir, pejuang Hak Asasi Manusia, yang berujung pada kematian tragis.

Kisah kemartiran Stefanus ditampilkan oleh Gereja sebagai peringatan bahwa menjadi pengikut Kristus yang benar bukanlah perkara sepele dan kerap menuntut korban. Panggilan menjadi garam dan terang di tengah dunia yang hambar dan dilanda kegelapan bukanlah tugas yang ringan. Yesus sudah menubuatkan bahwa mereka yang mau mengikuti-Nya akan dibenci oleh semua orang karena nama-Nya. Ia telah mengingatkan bahwa menjadi murid berarti diutus seperti domba ke tengah-tengah serigala. Sabda Tuhan inilah yang dipegang teguh oleh Stefanus. Ia setia pada imannya sampai menumpahkan darah. Ia telah menjadi murid Kristus yang sejati. Stefanus memasrahkan dirinya pada Tuhan yang dia ikuti, "Ya, Tuhan, ke dalam tangan-Mu kuserahkan rohku." Bagi Stefanus, iman jauh lebih bernilai dari darah dan nyawa. Kekejaman para pembunuhnya dibalas dengan pengampunan.

Gereja senantiasa dipanggil untuk memberi kesaksian (martiria). Kesaksian itu diperlihatkan dengan kesetiaan pada kebenaran dan suara hati. Moralitas Kristen tidak membolehkan kita bersikap mbalelo di tengah keraguan dan kekaburan nilai-nilai kehidupan. Kesaksian hidup yang diwarnai oleh iman sejati akan menghantar kita pada jalan yang telah ditempuh oleh Stefanus, walaupun kita hanya menjadi martir putih, yang mempersembahkan hidup yang tulus, baik, jujur, dan benar (FS).

 

Pelita Hati: Kesaksian hidup yang diwarnai oleh iman sejati akan menghantar kita menjadi martir putih.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Selasa 25 Desember 2012

Renungan Harian: Selasa 25 Desember 2012

Yoh 1:1-18

Pada awal mula adalah Firman. Firman itu ada bersama-sama dengan Allah, dan Firman itu adalah Allah. Firman itu pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia, dan tanpa Dia tidak ada satu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Dalam Dia ada hidup, dan hidup itu adalah terang bagi manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan, tetapi kegelapan tidak menguasainya.

Datanglah seorang yang diutus Allah, namanya Yohanes. Ia datang sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang terang itu, supaya oleh dia semua orang menjadi percaya. Ia sendiri bukan terang itu, tetapi ia harus memberi kesaksian tentang terang itu. Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia. Terang itu telah ada di dalam dunia, dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya. Tetapi semua orang yang menerima Dia diberi-Nya kuasa menjadi anak-anak....

 

KESELAMATAN TELAH DATANG

Lihat Tuhan telah datang. Yesus telah lahir bagi kita. Para malaikat merupakan tanda legitimasi dari pihak Allah, bahwa Yesus Putra Allah telah datang dan lahir bagi kita. Semarak hiasan di Gereja merupakan lambang kemeriahan kita menyambut kedatangan-Nya. Mari bersorak-sorai dan bergembira menyambut kedatangan penyelamat kita.

Peristiwa Natal menjadi sangat berarti dan selalu mengharukan karena Allah yang Mahatinggi sudi memperhatikan manusia yang lemah. Allah menjadi manusia, suatu perendahan diri yang tak ternilai dalamnya. Solidaritas agung ini merupakan upaya Allah untuk mengangkat dan menyelamatkan manusia. Atas semua itu, para malaikat mengajak kita untuk bersenandung, "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang Mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya."

Allah berkenan menjadi manusia lemah untuk menyelamatkan kita dari kelemahan kita. Bila Allah sedemikian menaruh hati kepada kita, apakah kita masih pesimis? Allah mengajak kita menjadi insan yang optimis, karena Allah sendiri kini ada bersama kita dan berjuang bersama dengan kita. Natal menjadi suatu peristiwa iman yang mengajak kita untuk melihat dan menata hidup ini dalam optimisme sebab Allah sendiri mencintai dan menghargai ciptaan-Nya (FS).

 

Pelita Hati: Natal menjadi suatu peristiwa iman yang mengajak kita untuk melihat dan menata hidup ini dalam optimisme sebab Allah sendiri mencintai dan menghargai ciptaan-Nya.

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Senin 24 Desember 2012

Renungan Harian: Senin 24 Desember 2012

Luk 2:1-14

Zakharia, ayah Yohanes, penuh dengan Roh Kudus, lalu bernubuat, katanya, "Terpujilah Tuhan, Allah Israel sebab Ia telah mengunjungi umat-Nya dan membawa kelepasan baginya;Ia menumbuhkan sebuah tanduk keselamatan bagi kita di dalam keturunan Daud, hamba-Nya, seperti yang telah difirmankan-Nya sejak purbakala lewat mulut nabi-nabi-Nya yang kudus, untuk melepaskan kita dari musuh-musuh kita dan dari tangan semua orang yang membenci kita; untuk menunjukkan rahmat-Nya kepada nenek moyang kita, dan mengingat akan perjanjian-Nya yang kudus, yaitu sumpah yang diucapkan-Nya kepada Abraham, bapa leluhur kita, bahwa Ia mengaruniai kita, supaya kita, terlepas dari tangan musuh, dapat beribadah kepada-Nya tanpa takut, dalam kekudusan dan kebenaran di hadapan-Nya seumur hidup kita. Dan engkau, hai anakku, akan disebut nabi Allah Yang Mahatinggi; karena engkau akan berjalan mendahului Tuhan untuk mempersiapkan jalan bagi-Nya, untuk memberikan kepada umat-Nya pengertian akan.....

 

BERSYUKUR DAN BERTERIMA KASIH

Bagi orang Yahudi zaman dulu, suami-istri yang tidak mempunyai anak dianggap sebagai keluarga paling sial dan sebagai hukuman atas dosa. Zakharia dan Elisabet dikategorikan orang demikian. Mereka sudah lama mengarungi hidup berumah tangga, tapi karunia Tuhan lewat kehadiran seorang anak belum mereka rasakan, hingga masa tua mereka.

Suatu waktu, Zakharia mendapat kesempatan memasuki tempat kudus untuk membakar ukupan dan mempersembahkan kurban bakaran di Bait Allah. Ia tak lupa memanjatkan doa agar Tuhan sudi memperhatikan dirinya. Doa Zakharia didengar oleh Tuhan. Tuhan punya rencana atas seluruh peristiwa yang dialami Zakharia dan Elisabet. Aib yang menjadi cela itu justru menjadi kesempatan bagi Tuhan untuk memperlihatkan karya-Nya yang mulia. Zakharia memanjatkan nyanyian pujian. Tuhan telah mengingat kembali hamba-Nya dan menganugerahkan karunia yang amat besar. Tuhan menitipkan Nabi Allah yang Mahatinggi, yang akan berjalan mendahului Tuhan untuk mempersiapkan jalan-Nya.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering berdoa dan memohon supaya Tuhan berkenan memberikan apa yang kita butuhkan. Adakalanya permohonan kita dikabulkan seperti yang kita minta. Tapi, tak jarang Tuhan mengabulkan doa kita dalam cara yang sungguh berbeda. Tuhan mengabulkan setiap doa sesuai dengan rencana-Nya. Dalam semua peristiwa itu, Tuhan menitipkan sesuatu yang luar biasa. Bisa dan sanggupkah kita seperti Zakharia yang mensyukuri dan melihat karunia Tuhan berkarya dalam hidup kita? (FS).

 

Pelita Hati: Tuhan selalu mengabulkan permohonan umat-Nya yang memohon kepada-Nya hanya kita sering tidak menyadarinya.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Senin, 03 Desember 2012

Renungan Harian: Jumat 7 Desember 2012

Renungan Harian: Jumat 7 Desember 2012

Mat 9:27-31

Sekali peristiwa ada dua orang buta mengikuti Yesus sambil berseru-seru,"Kasihanilah kami, hai Anak Daud!" Setelah Yesus masuk ke dalam sebuah rumah, datanglah kedua orang itu kepada-Nya. Yesus berkata kepada mereka,"Percayakah kalian, bahwa Aku dapat melakukannya?" Mereka menjawab,"Ya Tuhan, kami percaya." Lalu Yesus menjamah mata mereka sambil berkata,"Terjadilah padamu menurut imanmu." Maka meleklah mata mereka. Lalu dengan tegas Yesus berpesan kepada mereka,"Jagalah, jangan seorang pun mengetahui hal ini." Tetapi mereka keluar dan memasyhurkan Yesus ke seluruh daerah itu.

 

TERJADILAH PADAMU MENURUT IMANMU

Suatu hari dua orang bapak bertengkar untuk memperebutkan sepetak tanah di desa. Pertengkaran makin memuncak sehingga mereka mulai saling mengasah parang. Masing-masing berpikir, siapa yang berhasil membunuh lawan, dialah pemenang dan akan memiliki tanah yang disengketakan. Sebelum mengayunkan parang, seorang dari bapak tersebut menanyakan agama bapak lawannya. Ketahuan bahwa mereka sama-sama beragama Katolik. Lalu mereka terdiam. Jari-jari mereka kaku hingga parang jatuh sendiri, dan akhirnya mereka saling berpelukan. Iman mereka telah menyelamatkan mereka.

"Terjadilah padamu menurut imanmu", kata Yesus kepada dua orang buta yang mengikuti-Nya. Iman yang dimiliki orang buta tersebut membuat mata mereka terbuka pada kenyataan di hadapan mereka. Iman yang benar tampak pada dua orang buta tersebut. Mereka menyerahkan dan mempercayakan diri pada Tuhan. Mereka memohon belas kasihan Tuhan dan  mengandalkan-Nya. Iman seperti ini membawa keselamatan dan kebahagiaan.

Mungkin kita pernah takut mengakui iman kita di hadapan orang. Yesus berpesan bahwa menghidupi iman dan memperkenalkannya pada orang lain akan membawa kesembuhan, menjauhkan permusuhan, sehingga muncul keselamatan. Kalau iman akan Yesus sungguh-sungguh kita andalkan bukan kesombongan kita, maka akan terjadi pada kita menurut iman tersebut. Tuhan akan berkarya di dalam diri orang beriman. Selamat Adven (GN).

 

Pelita Hati: Iman yang benar membawa keselamatan dan kebahagiaan.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Kamis 6 Desember 2012

Renungan Harian: Kamis 6 Desember 2012

Mat 7:21.24-27

Pada suatu ketika Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya, "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk Kerajaan surga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga. Semua orang yang mendengar perkataan-Ku dan melakukannya, ia sama dengan orang bijaksana yang membangun rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu. Tetapi rumah itu tidak roboh sebab dibangun di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang bodoh, yang membangun rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu. Maka robohlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya."

 

MEMBANGUN RUMAH DI ATAS BATU

Gempa bumi yang terjadi beberapa kali akhir-akhir ini merobohkan banyak rumah terutama rumah yang fondasinya rapuh. Beberapa rumah yang fondasinya kuat tahan berdiri dengan kokoh. Untuk membangun fondasi yang kokoh, butuh waktu dan dana yang besar agar bangunan yang dibangun di atasnya kuat, tahan gempa, tahan banjir, dan angin. Penghuni yang akan menempatinya pun aman di dalamnya.

Orang yang mendengar dan melakukan Sabda Allah seperti membangun rumah di atas batu. Telinganya mendengar hal-hal baik dan berharga dari Allah. Perbuatannya juga sesuai dengan apa yang didengar dari Allah. Kebaikan tersebut mengisi pengalaman yang mempengaruhi alam sadar dan tak sadar. Kebiasaan mendengar dan melakukan Sabda Allah menyadarkan orang bahwa Allah tinggal dalam dirinya untuk menguatkan, menopang, dan menolongnya. Kalau datang gangguan, cobaan, kesulitan, tantangan, hal itu semua tidak mampu merobohkan kebaikan yang ada justru semakin menyandarkan diri pada Allah.

Gereja mengajak kita pada masa Adven ini, agar meluangkan waktu untuk mendengar Sabda Allah dan membiarkan diri kita berlaku sesuai dengan tuntunan Sabda-Nya. Setia membangun diri dengan Sabda Allah  bagaikan membangun rumah di atas batu. Sikap ini akan memudahkan kita merasakan bahwa Allah tinggal bersama kita (GN).

 

Pelita Hati: Setia membangun diri dengan Sabda Allah  bagaikan membangun rumah di atas batu.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Rabu 5 Desember 2012

Renungan Harian: Rabu 5 Desember 2012

Mat 15: 29-37

Pada suatu ketika Yesus menyusuri pantai Danau Galilea, lalu naik ke sebuah bukit dan duduk di situ. Maka datanglah orang banyak berbondong-bondong kepada-Nya membawa orang lumpuh, orang timpang, orang buta, orang bisu dan banyak lagi yang lain, lalu meletakkan mereka pada kaki Yesus, dan mereka semua disembuhkan-Nya. Maka takjublah orang banyak itu melihat orang bisu berkata-kata, orang timpang sembuh, orang lumpuh berjalan, orang buta melihat; dan mereka memuliakan Allah Israel. Lalu Yesus memanggil murid-murid-Nya dan berkata, "Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak ini. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Aku tidak mau menyuruh mereka pulang dengan lapar, nanti mereka pingsan di jalan." Para murid menyahut, "Bagaimana mungkin di tempat sunyi ini kita mendapat roti untuk mengenyangkan orang banyak yang begitu besar jumlahnya?" Kata Yesus kepada mereka, "Berapa...

 

ALLAH PENYELENGGARA HIDUP

Telinga orang sakit biasanya sangat peka mendengar di mana ada tabib yang bisa menyembuhkan. Hal itu karena kerinduan mendalam untuk sembuh ada dalam diri orang sakit. Namun, hati-hati, kadang muncul tabib palsu untuk menampung kerinduan tersebut. Hal ini harus dihindari sebab masih banyak tabib yang sungguh mampu menyembuhkan. Asal si sakit percaya pada tabib tersebut sehingga daya penyembuhan berperan dalam dirinya.

Berita tentang Yesus yang membawa kesembuhan semakin tersebar. Orang-orang menderita dengan bermacam jenis penyakit datang menemui Yesus dan mereka mengalami kesembuhan. Iman mereka berperan, sehingga membuat kekuatan Allah berdaya dalam derita. Kerinduan manusia untuk disentuh dan disembuhkan Allah bersambut dengan kemurahan dan keharuan Allah pada orang yang percaya pada-Nya. Bahkan Yesus tidak hanya menyembuhkan penyakit, tetapi juga memelihara hidup orang agar tidak sakit. Dia menyelenggarakan hidup orang percaya dengan memberi mereka makan. Allah menyediakan makanan berlimpah ruah untuk orang percaya. Anugerah Allah hendaknya menolong orang untuk hidup bersama dengan baik. Kekurangan yang tampak dalam sakit dan kelebihan yang tampak dalam kelimpahan makanan hendaknya menjadikan manusia mampu hidup bersama dengan saling membela dan saling berbagi dan menyandarkan diri pada Allah.

            Kita membutuhkan sesama untuk saling menyembuhkan, tetapi hendaknya kita juga datang pada Yesus agar kita mengalami belas kasihan-Nya. Belas kasih-Nya akan membuat diri kita berhati segar dan bersyukur atas rahmat yang kita peroleh setiap hari (GN).

 

Pelita Hati: Kerinduan manusia untuk disentuh dan disembuhkan Allah bersambut dengan kemurahan dan keharuan Allah pada orang yang percaya pada-Nya.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Selasa 4 Desember 2012

Renungan Harian: Selasa 4 Desember 2012

Luk 10:21-24

Pada waktu itu bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata,"Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan di hati-Mu. Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tiada seorang pun yang tahu siapakah Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa selain Anak dan orang yang oleh Anak diberi anugerah mengenal Bapa." Sesudah itu berpalinglah Yesus kepada murid-murid-Nya dan berkata,"Berbahagialah mata yang melihat apa yang kalian lihat. Sebab Aku berkata kepadamu, banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kalian lihat, namun tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kalian dengar, namun tidak mendengarnya."

 

MENGENAL ALLAH

Baru-baru ini saya bertemu dengan Norman teman sekolahku dulu. Pertemuan kami berkesan sekaligus mengharukan. Norman bekerja sebagai pengaspal jalan raya, padahal ketika sekolah dia pintar dan selalu juara I. Bekerja sebagai pengaspal jalan memang mulia, tetapi dia terpaksa melakukannya karena tidak ada pekerjaan lain. Dikisahkannya, dia tahu bahwa dia pintar, sehingga dia lalai belajar waktu SMA. Dia asyik bermain dengan teman dan sering bolos, sehingga dia dikeluarkan dari sekolah.

Dalam pendidikan perhatian sering difokuskan pada kecerdasan intelektual. Orang pintar secara intelektual sering dipuji padahal kesuksesan tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan pikiran, tetapi juga kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual. Kecerdasan emosi dan spiritual membuat mata hati berfungsi melihat apa yang tidak oleh mata kepala, merasakan apa yang tidak diketahui oleh pikiran.

Dalam Injil hari ini Yesus berkata, "Aku bersyukur pada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan di hati-Mu." Kebijakan hidup bertumbuh kalau manusia mau terbuka untuk diajari oleh Allah, sebagaimana anak terbuka untuk diajari oleh orangtuanya. Keterbukaan demikian membuat manusia berbesar hati bukan berbesar kepala. Roh Allah akan menuntun manusia untuk setia pada kebaikan, tidak menyimpang dari kebenaran. Iman yang dimiliki tetap melekat dalam diri seperti ikat pinggang yang tetap melekat pada pinggang (GN).

 

Pelita Hati: Kebijakan hidup bertumbuh kalau manusia mau terbuka untuk diajari oleh Allah

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Senin 3 Desember 2012

Renungan Harian: Senin 3 Desember 2012

Mrk 16:15-20

Pada suatu hari Yesus yang bangkit dari antara orang mati menampakkan diri kepada kesebelas murid, dan berkata kepada mereka, "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan. Tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: Mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh." Sesudah berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Tuhan Yesus ke surga. Lalu duduk di sebelah kanan Allah. Maka pergilah para murid memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya.

 

MEWARTAKAN INJIL

Seorang guru ditugaskan mengajar di daerah terpencil. Ia menerima tugas itu dengan baik dan melaksanakannya dengan tekun dan disiplin. Jarak sekolah tempatnya mengajar ke rumah kira-kira dua kilo meter. Setiap pagi dan pulang sekolah ia berjalan kaki. Maklum di daerah itu belum ada kenderaan. Kendati demikian, ia tidak pernah mengeluh atas pekerjaan pun situasi yang dihadapinya setiap hari.

Tugas guru ini mirip dengan tugas yang diberikan Yesus pada para murid dalam Injil hari ini. Yesus bersabda: "Pergilah ke seluruh dunia dan beritakanlah kabar baik dari Allah kepada seluruh umat manusia." Yesus memberi tugas yang mesti kita laksanakan dalam hidup kita sebagai orang Kristen. Tentu dalam melaksanakan tugas memberitakan kabar baik ini bukan harus seperti yang dilaksanakan oleh para rasul melainkan kita dapat melakukannya mulai dari hal-hal kecil seperti melalui tindakan kasih, sumbangan bagi yang membutuhkan, dan berbuat baik terhadap sesama. Dengan bersikap demikian kita telah mewartakan Injil bagi setiap orang.

Hari ini Gereja merayakan Pesta St. Fransiskus Xaverius pelindung karya misi. Fransiskus diangkat sebagai pelindung karya misi karena cara hidup dan perjuangannya didasarkan atas firman Tuhan. Dia sungguh merealisasikan firman dan tugas perutusan itu di dalam hidupnya. Tanpa mengenal lelah Fransiskus mewartakan kabar gembira. Semangat dan perjuangan santo ini dapat kita teladani dalam mewartakan Injil. Semoga lewat teladan hidupnya kita berani menjadi utusan untuk mewartakan kabar gembira pada semua orang (RBM).

 

Pelita Hati: Semua orang Kristen diberi tugas untuk mewartakan Injil dalam hidup hariannya.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Jumat, 30 November 2012

Renungan Harian: Minggu 2 Desember 2012

Renungan Harian: Minggu 2 Desember 2012

Luk 21:25-28.34-36

Sekali peristiwa Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Akan tampak tanda-tanda pada matahari, pada bulan dan bintang-bintang, dan pada bumi. Bangsa-bangsa di bumi akan ketakutan dan bingung menghadapi deru dan gelora laut. Orang akan mati ketakutan karena cemas berhubung dengan segala sesuatu yang menimpa bumi ini, sebab kuasa-kuasa langit akan bergoncangan. Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab  penyelamatanmu sudah dekat.

 

Gejala-gejala Alam dan Kedatangan Tuhan

Ketika terjadi letusan gunung Sinabung di tanah Karo pada 2010 yang lalu, penduduk tanah Karo ketakutan dan ribuan orang mengungsi untuk beberapa minggu. Dari kejauhan, orang-orang mengamati asap yang keluar dari puncak gunung itu. Beberapa orang mengabadikan peristiwa itu dengan kameranya dan mengaku melihat  'seseorang' seperti melayang di atas gunung yang sedang beraksi itu;  seperti seorang yang berjenggot, terekam oleh kameranya. Apakah ini tanda Tuhan akan datang? Munculnya komentar semacam ini, diinspirasi oleh teks Injil hari ini: sesudah tanda alam yang menakutkan, orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan.

Minggu ini, kita masuk dalam masa Adven, masa penantian akan kedatangan Tuhan: kedatangan-Nya pertama kali ke dunia ini dan kedatangan-Nya pada akhir zaman. Dua minggu terakhir (Minggu Adven III dan IV) diarahkan pada permenungan dan doa-doa persiapan akan peringatan kedatangan Tuhan di dunia ini dengan kelahiran-Nya di Betlehem. Sedangkan dua minggu pertama, minggu ini dan minggu depan: mengarahkan hati dan doa kita pada kedatangan Tuhan untuk kedua kali-Nya/akhir zaman. Dari perkataan Yesus dalam Injil hari ini, kita dapat menyimpulkan bahwa ada kaitan 'kedekatan' antara gejala-gejala alam yang menakutkan dengan kedatangan-Nya yang kedua itu.

Apakah kedatangan Tuhan itu sudah dekat?  Kita harus sadar bahwa Tuhan tidak terikat pada waktu; dekat menurut kita, belum tentu dekat bagi Tuhan, sebab "bagi Tuhan satu hari sama dengan seribu tahun", kata Pemazmur. Maka lebih baik kita kembali pada kata Yesus sendiri, tentang waktunya, Dia sendiri pun tidak tahu (apalagi kita!), hanya Bapa yang tahu. Hal paling baik yang dapat kita lakukan, sebagaimana dianjurkan Yesus: hendaklah kita senantiasa berdoa dan berjaga-jaga melalui hidup kita yang biasa setiap harinya (MS).

 

Pelita Hati: Datanglah, ya Tuhan Yesus.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Sabtu 1 Desember 2012

Renungan Harian: Sabtu 1 Desember 2012

Luk 21:34-36

Pada waktu itu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Jagalah dirimu, jangan sampai hatimu sarat dengan pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi, dan jangan sampai hari Tuhan tiba-tiba datang jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat. Sebab ia akan menimpa semua penduduk bumi ini. Berjaga-jagalah senantiasa, sambil berdoa. Agar kalian mendapat kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan agar kalian tahan berdiri di hadapan Anak Manusia."

 

Berjaga dan Berdoa, agar Beroleh Kekuatan

Apa yang diajarkan oleh Yesus, bersumber dari apa yang dihayati-Nya. Ajaran-Nya, ajakan-Nya dengan setia dilakukan-Nya. Tak lama sesudah perikop Injil hari ini, di mana Yesus mengajar murid-murid-Nya berjaga dan berdoa agar beroleh kekuatan, Yesus pergi ke kebun Getsemani bersama tiga orang murid-Nya. Ajakan yang sama disampaikan-Nya dan Ia sendiri berdoa dan berjaga. Dalam berjaga dan berdoa itu Ia sungguh sadar akan keadaan batin-Nya yang sedih, gelisah, dan takut menghadapi derita dan kematian yang sudah mendekat. Dan sebagai manusia, Ia ingin lepas darinya dengan berdoa: "... ambillah cawan ini daripada-Ku." Inilah reaksi biasa dari manusia normal. Namun, sebagai Putera Tunggal Bapa, Ia sadar penuh akan kesatuan dan cinta-Nya pada Bapa, maka Ia berserah diri dengan mengatakan: "tetapi bukan kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi."

 Jadilah kehendak Bapa: Ia harus menderita dan wafat di salib. Sebagai buah dari penyerahan diri-Nya dalam doa dan berjaga, Dia tidak dilepaskan dari derita dan kematian di salib. Bapa memberi kekuatan kepada-Nya untuk menghadapi dan menerima derita dan kematian itu dengan hati tulus penuh kerendahan hati dalam kasih, setia menjalani jalan salib sampai menghembuskan nafas terakhir di atas salib.

Demikianlah seharusnya kita jalankan sebagai pengikut Kristus: "berjaga dan berdoa" dengan menyadari sepenuhnya kenyataan hidup kita yang benar, dengan segala macam derita dan kegembiraan hidup kita, lalu dengan tulus menyerahkan diri kita kepada Tuhan. Kadang-kadang kita alami derita dan beban hidup kita memang berlalu, tapi lebih sering terjadi bahwa derita, kesusahan tidak diambil dan pada akhirnya maut pasti datang... Namun, bila kita bersikap seperti Kristus yang kita ikuti: mengungkapkan kenyataan diri apa adanya, mohon dibebaskan, tapi dengan sikap "bukan kehendakku, melainkan kehendak-Mu", maka kita akan mendapat kekuatan baru untuk menghadapi semuanya itu dengan penuh ketabahan (MS).

 

Pelita Hati: Berjagalah satu jam saja bersama Aku

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Senin, 26 November 2012

Renungan Harian: Jumat 30 Nopember 2012

Renungan Harian: Jumat 30 Nopember 2012

Mat 4:18-22

Pada suatu hari, ketika Yesus sedang berjalan menyusur Danau Galilea, Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka itu penjala ikan. Yesus berkata kepada mereka, "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." Lalu mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Yesus. Setelah Yesus pergi dari sana, dilihat-Nya pula dua orang bersaudara, yaitu Yakobus anak Zebedeus, dan Yohanes saudaranya, bersama ayah mereka, Zebedeus, sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus memanggil mereka dan mereka segera meninggalkan perahu serta ayahnya, lalu mengikuti Dia.

 

Menjadi Penjala manusia

Dengan mempergunakan kata yang sama, penjala, beberapa hal yang menarik dapat kita lihat dalam usaha Yesus memanggil para pengikut-Nya yang pertama, termasuk Andreas, yang kita pestakan pada hari ini. Pertama-tama dapat kita lihat, rasanya dengan tetap jadi penjala, para pengikut Yesus itu, termasuk Andreas, tidak dicabut dari akar hidup yang sudah lama dilakoninya. Selama ini, sebagai penjala ikan, Andreas giat bekerja mencari dan mengumpulkan ikan  dari laut yang dalam dan luas, demi kesejahteraannya dan keluarganya. Dengan menjadi penjala manusia, Andreas harus giat bekerja: mencari dan mengumpulkan manusia ke dekat Tuhan. 

Tapi dengan menjadi penjala manusia, ada yang baru, suatu peningkatan dalam tugasnya sebagai penjala. Andreas memang suka yang baru, peningkatan: tadinya dia murid Yohanes Pembaptis. Ketika ditunjuk yang baru, yang lebih tinggi, maka ia mengikuti yang baru itu, yakni Yesus. Apanya yang baru? Kalau menjala ikan, ikan-ikan yang jadi korban demi kebahagiaan penjala, sedangkan sebagai penjala manusia, penjalanya harus berkorban demi kepentingan/kebahagiaan manusia yang dikumpulkannya. Kita tahu di kemudian hari, Andreas mengorbankan hidupnya demi orang-orang lain dengan kerelaan disalibkan dengan salib X, yang kemudian dikenal dengan sebutan salib Andreas.

Dengan menjadi pengikut Kristus, kita semua bertugas menjadi penjala manusia lewat hidup kita yang diwarnai oleh kasih. Bila kehadiran kita di antara orang-orang lain diwarnai oleh kasih, baik dalam kata, sikap dan dalam perbuatan, maka manusia lain akan tertarik untuk berkumpul di sekitar Tuhan tanpa merasa diri dipaksa. Untuk itu, sering dituntut dari kita kerelaan untuk berkorban dalam aneka macam bentuk (MS).

 

Pelita Hati: Marilah kita saling 'menjala'!

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Kamis 29 Nopember 2012

Renungan Harian: Kamis 29 Nopember 2012

Luk 21:20-28

Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Apabila kalian melihat Yerusalem dikepung oleh tentara, ketahuilah bahwa keruntuhannya sudah dekat. Pada waktu itu orang-orang yang berada di Yudea harus melarikan diri ke pegunungan, orang-orang yang ada di dalam kota harus mengungsi, dan orang-orang yang berada di pedusunan jangan masuk lagi ke dalam kota. Sebab itu masa pembalasan dan genaplah semua yang tertulis. Celakalah para ibu yang sedang hamil atau yang sedang menyusui bayi pada masa itu! Sebab kesesakan yang dahsyat akan menimpa seluruh negeri, dan murka akan menimpa bangsa .....

 

Peringatan Dini TSUNAMI...

Peristiwa tsunami yang terjadi di Jepang pada 2011, sungguh dahsyat dengan segala akibatnya. Karena pengalaman peristiwa serupa di masa-masa sebelumnya, maka Jepang mengusahakan alat canggih pemantau gejala alam, yang mampu memantau gejala awal sebelum terjadinya tsunami itu.  Dengan demikian, dapat diminimalisir "kerugian" yang akan diakibatkannya. Sebagai manusia, kita tidak menghendaki "kerugian" bagi diri kita; karena itu kita berusaha menghindarinya atau bila tak terhindari, sekurang-kurangnya memperkecil atau memperlambatnya. Kita bersalah bila kita dengan sengaja mencari bahaya bagi diri kita, fisik maupun rohani.

Hal ini dipesankan Yesus dalam Injil hari ini. "Apabila kamu melihat Yerusalem dikepung... keruntuhannya sudah dekat. Pada waktu itu orang-orang yang berada di Yudea harus melarikan diri ke pegunungan dan orang yang berada dalam kota harus mengungsi..." Penderitaan dan aneka macam bencana akan mendahului datangnya Anak Manusia kembali, namun kita diajak untuk menjauhi bahaya-bahaya itu.

Sebagai orang yang percaya pada Kristus, kepada kita masing-masing diberikan hanya satu kehidupan di dunia. Kehidupan yang satu ini ditujukan untuk mempersiapkan diri bagi satu kehidupan yang kekal. Dalam perjalanan mengarahkan kehidupan kita pada tujuannya yang sejati, banyak hal yang mengancam yang bisa merugikan kehidupan itu. Misalnya, penyakit pasti akan kita alami; namun janganlah kita dengan sengaja mencari penyakit. Akhirnya kematian pasti datang (sebagai jalan menuju kehidupan kekal); namun kita tidak boleh mencari kematian itu dengan sengaja. Bila saya sudah tahu bahwa di kandang tertentu ada dua harimau lapar, namun saya dengan sengaja masuk ke dalamnya, itu namanya bunuh diri (melanggar kehendak Tuhan Pemilik hidup). Atas alasan inilah maka kita berusaha memelihara kesehatan dan bila sakit berusaha berobat. Dan dengan alasan yang sama, kita tidak boleh mempercepat datangnya kematian, misalnya dengan euthanasia (MS).

 

Pelita Hati: Tak usah berusaha mencari susah.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.