Sabtu, 22 Agustus 2015

BICI 285 - Juli 2015

EXPO Milano: Rancangan Pangan Fransiskan

Dari tanggal 1 Mei sampai 31 Oktober 2015 di Milano terbuka Eksposisi Universal: EXPO MILANO 2015, sekitar tema utama "Pangan: daya hidup Ibu Pertiwi". Keluarga fransiskan ikut hadir pada kesempatan istimewa ini dengan pelbagai kegiatan, khususnya di Milano dan di Asisi. Rancangan kegiatannya merangkum dan mengikutsertakan semua orang melalui: Pembagian 25.000 lembar majalah dan terbitan berkala fransiskan berisi teks tentang pangan melalui kios-kios informasi di EXPO Milano 2015. Teks-teks tersebut diterbitkan dalam bahasa Italia dan Inggris sekitar tema utama: Pangan Fransiskan, pangan "pamer", pangan terbuang, pangan berbicara, pangan harapan, pangan yang dimakan, Pangan antara perang dan damai, Pangan dalam pelbagai agama, dst. Kegiatan-kegiatan berikut ini juga dirancangkan di:

MILANO: 1 Mei - 31 Oktober: Paviliun Italia, dipamerkan dua karya seni dari koleksi Frederick Mason Perkins, dari Museum Khazanah Basilika Santo Fransiskus, dalam kerja sama dengan Sacro Convento (Biara makam Fransiskus) di Asisi: -- Kotak relekwi dilapisi tenunan benang perak berhiasan koral merah dari abad ke-XVII -- Santo Sebastianus martir, lukisan cat minyak pada tenunan dari abad ke-XVI. Instalasi video "Pemugaran -- Keindahan lahir kembali", berisi gambar-gambar dari lukisan-lukisan dinding di Basilika Santo Fransiskus, mulai dari gempa bumi perusak di tahun 1997, sampai kembali berseri mulia. Video ini disponsori oleh Kementerian Khazanah dan Kegiatan Kebudayaan dan Pariwisata Italia. Video pemugaran Basilika Atas Santo Fransiskus ini ditayangkan di Pameran Gedung Italia, tepatnya di lantai kedua di bagian "Kekuatan Keindahan".  Tayangan video "Film berwarna ultra HD pertama tentang Fransiskus" yang kemudian disiarkan ke Eropa, Timur Tengah dan Afrika Utara melalui kanal eksperimental Ultra HD -- 4K1 -- dari Eutelsat, partner resmi EXPO 2015.

6 September: Paviliun Italia, di ruang Pusat Konferensi diselenggarakan pertemuan "Pangan dalam pelbagai agama" antara tokoh-tokoh yang mewakili pelbagai agama, untuk memperjelas arti dan peranan pangan dalam agamanya masing-masing.

13 atau 16 Oktober: Paviliun Eataly, dalam konteks pameran "Khazanah Italia" direncanakan pertemuan tentang pembaharuan penerangan Basilika Santo Fransiskus dari Asisi. Pertemuan ini akan dihadiri oleh sejumlah ahli di bidang tersebut, untuk membahas tema cahaya penerang dari sudut pandangan pemeliharaan lukisan dinding, peningkatan keindahannya, penghematan energi, serta segi kesenian, kerohanian dan liturgi.

ASISI: 1 - 31 Oktober: Dalam kerja-sama dengan regio Umbria, khususnya diperhatikan "Antara kesehatan dan kerohanian -- Minyak yang menyembuhkan dan melahirkan kembali". Di bulan panen buah zaitun dan penghasilan minyaknya, khususnya mau diperhatikan hasil pertanian ini, yang khususnya penting bagi pertanian di daerah Umbria tetapi juga penuh arti keagamaan dan kerohanian.

11 September: Di Sacro Convento (Biara makam Fransiskus) di Asisi akan diadakan manifestasi "Panis Angelicus", menyangkut hubungan antara pangan dan musik, sebagai tradisi setempat penuh kesegaran daya cipta kreasi baru. Manifestasi tersebut diselenggarakan oleh Sekretariat regional Kementerian Khazanah dan Kegiatan Kebudayaan serta Pariwisata daerah Umbria.

4 Oktober: hari raya Santo Fransiskus pelindung Italia. Regio Lombardia tahun ini mempersembahkan minyak hasil daerahnya bagi Lampu Kota-kota Italia di makam Santo Fransiskus, dan ikut serta dalam upacara menyalakan lampu itu.

17 Oktober: Di Sacro Convento di Asisi, inaugurasi instalasi penerangan baru di Basilika Santo Fransiskus. Instalasi ini meningkatkan nilai khazanah seni Basilika, ramah lingkungan dan sungguh menghematkan energi. Inaugurasi tersebut akan diikuti oleh konser penutup Pameran Internasional musik suci "Asisi pax mundi" (Asisi damai dunia).

(ANSA / Redaksi BICI)

ISTIMEWA

Paus dan kapusin di hati Amerika

     Wawancara dengan sdr. Mariosvaldo Florentino, OFMCap, kustos Paraguay

Manakah artinya kunjungan Bapa Suci Fransiskus bagi Gereja di Paraguay?

Kehadiran pengganti rasul Petrus di tanah air guarani membawa kegembiraan dan kebahagiaan bagi Gereja di Paraguay. Bapa Suci terkenal sebagai orang yang sangat menghargai negara ini, adat kebiasaannya, bahasa guarani yang amat dicintai oleh para penghuninya, dan khususnya keberanian wanita Paraguay yang dijulukinya sebagai "yang paling mulia di seluruh Amerika". Kehadirannya membawa kekuatan baru bagi Gereja yang hidup ini, tetapi yang juga menderita karena beberapa kejadian dan konflik intern di tahun-tahun terakhir ini. Nampaknya kunjungan Bapa Suci menyembuhkan luka dan memberikan semangat baru kepada para gembala dan umat beriman. Sangat indah melihat orang di sepanjang jalan, jumlah besar sukarelawan-sukarelawati, kelompok-kelompok yang mengatur pelbagai pelayanan, kerja sama yang akrab antara Gereja dan Negara.

Paus bernama Fransiskus di tengah orang yang paling miskin. Manakah kesan pribadi yang tersirat di hati?

Paus Fransiskus membawa banyak harapan kepada orang sakit, khususnya kepada anak-anak yang dikunjunginya di rumah sakit kanak-kanak, kepada pengungsi banjir yang tinggal di pemukiman "basah kuyup" di sekeliling kota Asunsión. Paus penuh perhatian mendengarkan keluhan dan harapan masyarakat sipil dan mendorong orang agar berdialog dengan sungguh-sungguh dan jujur. Ia merayakan Ekaristi di tempat ziarah nasional Perawan Cacupè, mempercayakan Paraguay kepada Maria, dan mendoakan ibadat sore bersama pada religius, imam dan seminaris. Ia juga merayakan misa lain bagi ratusan ribu orang pada sebuah altar indah, dibuat dari gugusan jagung, labu, biji bunga matahari dan buah kelapa. Di situ tergambar juga Santo Fransiskus dari Asisi dan Santo Ignatius dari Loyola, sebagai saksi dari iman umat Paraguay. Akhirnya ia bertemu dengan lebih dari 200 ribu orang muda di saat perpisahan yang mengharukan, di mana dikatakannya bahwa orang muda boleh saja bikin ribut, asal kemudian juga tahu ikut mengatasi dan membersihkan sisa-sisa keributannya itu.

Dalam pewartaan Injil awal di Paraguay bekerja para Yesuit dan Fransiskan. Bagaimanakah kedua cara menghayati Injil itu masih dirasakan oleh umat?

Injil di Paraguay diwartakan oleh Fransiskan dan Yesuit. Pertama oleh Fransiskan, dengan mengumpulkan umat di riduzioni, yakni di pemukiman khusus yang dibangun secara sederhana, kurang lebih mengikuti gaya hidup dan bangunan dari suku pribumi sendiri. Pada Yesuit membangun riduzioni mereka dengan memakai teknik bangunan batu, yang waktu itu belum dikenal oleh pribumi. Ketika semua religius diusir dari negara, selama lebih dari seratus tahun iman di pendalaman dipelihara oleh para Fransiskan Sekular. Hal ini meninggalkan bekas berciri fransiskan amat kuat dalam kebudayaan Paraguay. Sering dikatakan bahwa para Yesuit meninggalkan puing bangunan batu dan para Fransiskan iman di hati umat. Sebagai kapusin, kami perhatikan bahwa umat Paraguay suka menyebut diri "hati fransiskan Amerika". Sebab itu dalam terbitan dan gambar tempelan kami pakai slogan: "Paraguay, Hati Fransiskan Amerika". Dan kami yakin kepribadian umat negara ini berjiwa fransiskan. Karena segalanya itu, menyambut seorang Paus bernama Fransiskus, yang begitu sederhana, membuat urat nadi kepribadian fransiskan khas dalam kenyataan pastoral di Paraguay bergema kuat di inti hati umatnya.

Manakah sumbangan para Kapusin selama kunjungan Paus?

Konferensi Uskup-uskup Paraguay meminta saya menanggungjawabi koordinasi persiapan liturgi kunjungan Paus dan menjadi penghubung dengan Pelayanan Perayaan Liturgi Bapa Suci. Alasannya sangat sederhana, mengingat saya satu-satunya doktor dalam Liturgi di Paraguay. Kepala pelayanan tersebut, Mgr. Guido Marini, sangat dekat dengan para kapusin di Genua (ia menerima komuni pertama di gereja kapusin Santo Fransiskus Maria dari Camporosso). Entah mengapa, ketika ia melihat saya, ia berkata: "Tidak terbayangkan saya melihat seorang kapusin bagi tugas ini!" Pengalaman kerja sama sangat mendalam dan berhasil. Syukur kepada Allah, perayaan-perayaan itu layak, sederhana dan sangat mengikutsertakan umat. Saudara-saudara lain juga ikut bekerja sama: sdr. Valentim Pesente, sebagai anggota Komisi Nasional Komunikator Katolik sangat terlibat di bidangnya selama kunjungan. Sdr. Ramón Arévalos bertugas sebagai diakon waktu ibadat sore; sdr. Marcello Caballero membacakan Injil dalam misa utama dan sdr. Héctor Perez dan Marcelo Lezcano (post novis) juga menjadi pelayan altar waktu ibadat sore. Komunitas kapusin kita di Paraguay, bersama segenap penghuni Negara, merasa diri berlimpah-limpah diberkati dalam kunjungan ini. Kami berharap bahwa berkat ini akan membantu kami untuk memperdalam pesannya dan membuat kami lebih gembira menghayati penyerahan diri dalam kebaktian dan misi kami.

KURIA GENERAL

Pertemuan "Proyek Eropa"

ROMA, Italia - "Mengobarkan kembali nyala karisma kita!". Itulah keinginan yang diungkapkan oleh minister general kita, Mauro Jöhri. Waktu pertemuan di Fatima dan dalam bertukar pikiran antara para minister provinsial dan kustos Eropa bersama para ketua konferensi kapusin di Fatima dibicarakan "proyek Eropa" demi menanggapi harapan cukup banyak saudara anggota Ordo kita. Sebagai lanjutan keinginan tersebut, minister general bersama dewan penasihatnya memutuskan untuk membentuk kelompok pendalaman dan riset khusus bagi bidang ini. Komisi tersebut diketuai oleh penasihat general sdr. Pio Murat, dengan anggota: sdr. Eric Bidot, minister provinsial Prancis, sdr. Tomasz Żak, minister provinsial Krakow, sdr. Gaetano la Speme, minister provinsial Sirakusa, dan sdr. Eduard Rey, penasihat provinsial Katalunya. Mereka bertemu di Roma, pada tanggal 21-22 Juli 2015, untuk pendalaman, penyelidikan dan refleksi intensif. Hasilnya disampaikan kepada dewan penasihat general, dan risalah pertemuan bersama beberapa proyek dan kesimpulan akan disampaikan juga kepada para minister dan kustos di Eropa.

KEHADIRAN KAPUSIN

Kegiatan misi untuk merayakan 400 tahun kapusin di Brasil

MARANHÃO (Brasil) -- Dari tanggal 4 sampai 22 Juli 2015, di kota Primeira Cruz (Salib Pertama), berkumpul sekitar 90 saudara kapusin dari semua jajaran Brasil (yang jumlahnya 12 seperti jumlah suku Israel!). Mereka ikut serta dalam kegiatan animasi misi intensif, sebagai penutupan perayaan 400 tahun misionaris kapusin pertama sampai di Brasil. Berpangkal di Primeira Cruz, mereka dibagi dalam kelompok-kelompok kecil untuk menjalankan animasi misi intensif jangka panjang. Tenaga khususnya dikerahkan untuk mencapai umat yang paling terpencil dan sulit terjangkau karena jarak dan kesulitan dalam menyelusuri sungai. Kunjungan kepada keluarga, katekese, perayaan sakramen, pertemuan pendidikan dikuatkan oleh saudara-saudara yang ikut berbagi nasib dan hidup bersama umat setempat dan di antara mereka sendiri. Hal ini merupakan kesempatan untuk memperbaharui semangat dekat dengan umat, khususnya melalui hidup bersama orang yang lebih miskin. Bagi sejumlah saudara muda kesempatan ini menjadi pengalaman pertama misi sejati. Hal yang paling mengesankan bagi saudara ialah cara mereka disambut oleh umat yang nampaknya tidak sanggup memberi banyak; dan bagi umat pergaulan sederhana dan langsung para kapusin yang menyentuh hati orang yang dikunjungi. Kegiatan misi ini merupakan pengalaman istimewa, karena inilah pertama kalinya kedua belas jajaran Brasil bersama-sama menjalankan proyek sejenis ini. Mereka menemukan tempat di mana Ekaristi sudah bertahun-tahun lamanya tidak dirayakan, misalnya di tempat terbentuk komunitas setempat di mana diadakan perayaan sabda dan kelompok orang muda dan katekese didampingi oleh pemimpin-pemimpin komunitas yang tidak mempunyai pendidikan sepadan atau malah masih buta huruf.

Pribumi dan saudara memakai hp untuk mewartakan Injil ... di Amazonia

Saudara kapusin Paolo Maria dan Ricardo

Sejak bulan Mei 2015, di hulu sungai Solimões, di Amazonia, cukup sering dapat disaksikan pribumi indios suku tikuna yang -- sering dalam kelompok kecil -- tekun menonton video MP4 di hp, di mana para pelaku bukan berkulit putih dan tidak juga berbahasa Brasil, tetapi orang tikuna berbahasa ibu!

Gereja katolik sudah bertahun-tahun lamanya hadir di tengah suku ini dan sejak dahulu mendengarkan keinginan umat dan melalui para misionaris hidup di tengah mereka. Orang Magüta (oleh orang luar disebut tikuna) merupakan suku terbesar di daerah ini, berjumlah lebih dari 40 ribu orang. Mereka tidak mengenal batas-batas politik, dan pribumi indios dari suku yang sama tinggal juga di Peru dan di Kolombia dan memakai bahasa tikuna yang sama. Dengan demikian, orang berbahasa tikuna seluruhnya berjumlah lebih dari 50 ribu orang. Patut juga diperhatikan bahwa di Manaus, ibu kota daerah, terdapat pemukiman besar orang tikuna.

Tahun 1971 uskup kapusin Dom Frei Adalberto Marzi meyakini betapa perlu diberi perhatian khusus kepada pribumi dan tidak mungkin begitu saja dimasukkan ke dalam pastoral biasa di paroki. Hal itu masih tetap berlaku sampai sekarang! Maka dibentuk paroki khusus bagi mereka, bersama beberapa kampung suku Kokama, lagi satu kampung suku Kanamari dan beberapa keluarga suku pinggir sungai.

Pada tanggal 4 Oktober 1971, Uskup mendirikan paroki Santo Fransiskus dari Asisi berpusat di kampung Belém do Solimões. Sampai sekarang inilah satu-satunya paroki di luar kota ataupun di luar pusat kabupaten. Sampai sekarang pastoral umat pribumi dipercayakan kepada saudara kapusin, yang mendampingi kira-kira 65 komunitas dengan memakai perahu dan kapal kecil, karena jalan darat memang tidak ada ...

KABAR BESAR / KECIL

Pertemuan Eropa Panggilan

PRAHA, Republik Ceko -- Dari tanggal 6 - 9 Juli 2015, dalam tahun Hidup Bakti dan menjelang Sinode uskup-uskup tentang Keluarga, komisi panggilan dari Pelayanan Panggilan Eropa (EVS) menyelenggarakan kongres panggilan tahunan demi pendampingan orang muda menuju imamat dan hidup bakti dalam konteks kebudayaan keluarga dewasa ini. Pertemuan diadakan di Praha (Republik Ceko) dan diikuti oleh 72 orang, dari padanya 9 Uskup, yang diundang oleh Mgr. Joser Kajnek, uskup pembantu Kralové dan uskup penanggung jawab bidang panggilan dari konferensi uskup Ceko. Juga ikut sejumlah penanggung jawab pastoral panggilan dan wakil-wakil dari Konferensi Uskup-uskup di Eropa dan kongregasi religius dari 20 Negara Eropa dan dari Komisi Hidup bakti USA.

"Tujuan utama pertemuan Eropa ini ialah memusatkan kembali perhatian dan praktik pastoral akan prioritas hakiki bagi seluruh Gereja dan pastoral keluarga dan panggilan: yakni menciptakan suasana kebudayaan panggilan dalam keluarga, sehingga keluarga benar-benar dapat menjadi rahim yang sanggup menumbuhkan panggilan. Hal ini berarti bahwa keluarga bukan hanya berupa tempat di mana krisis pendidikan dewasa ini sangat dirasakan, tetapi juga sanggup melahirkan panggilan, bukan hanya bagi hidup berkeluarga, tetapi juga bagi panggilan lain" -- kata Mgr. Domenico dal Molin, direktur Pelayanan Panggilan Konferensi Uskup-uskup Italia dan koordinator komisi CCEE bagi panggilan. Diteruskannya lagi: "Dalam pertemuan ini mau diciptakan fokus khusus dan terarah kepada peranan luar biasa dari suara orang tua dalam proses panggilan. Sayang bahwa terlalu sering orang tua melepaskan tanggung jawab mereka dan menyerahkannya kepada pendidik lain, khususnya melalui media massa yang menyusup masuk dan membanjiri orang muda dengan aneka ragam pesan dan pandangan. Kami ingin menghargai dan menyampaikan masukan Paus Fransiskus dalam Evangelii Gaudium kepada orang tua dan bergabung tenaga dengan mereka demi membantu orang tua dalam menemukan kembali panggilan mereka sebagai pasangan, sehingga sanggup mengatasi segala tantangan, kebimbangan dan ketakutan serta mampu mendidik anak-anak mereka bagi aneka ragam pilihan hidup, termasuk yang radikal dan penuh keberanian".

Pelayanan Penyemangatan Panggilan

HIDROLÂNDIA, Brasil -- Dari tanggal 19-25 Juli 2015 ini, di Hidrolândia, pusat pertemuan provinsi Brasil Tengah, diadakan pertemuan nasional bagi pelayanan penyemangatan panggilan. Pertemuan diselenggarakan oleh Konferensi Kapusin Brasil (CBB), dalam koordinasi dengan Kelompok nasional pendidikan awal. Ikut serta 36 saudara, terutama saudara muda, yang datang dari ke-12 jajaran Brasil. Kebanyakan jajaran hadir dengan jumlah cukup berarti (sampai 5 orang). Jumlah hadirin menunjukkan minat dan harapan akan masa depan karisma kita di Brasil. Hadir semua koordinator provinsi dari Pelayanan Penyemangatan Panggilan dan banyak pendamping panggilan dari persaudaraan setempat.

Pertemuan bersifat kursus, tetapi dengan banyak interaksi dari semua peserta. Praktisnya, hari pertama dipakai untuk berbagi aneka ragam proyek dan banyak kegiatan serta percobaan kreatif di bidang pelayanan penyemangatan panggilan. Pertama perlu diperhatikan betapa provinsi-provinsi aktif dan kreatif di bidang ini. Sudah pasti bukan kebetulan jumlah panggilan di Brasil naik, seperti juga jumlah saudara muda dalam pendidikan awal di rumah-rumah pendidikan kita.

Selain dari pertukaran pikiran yang bermanfaat ini, di pertemuan didalami empat tema dasar:

a)  Dua hari dipakai untuk tema: Pendidikan penyemangat panggilan berpangkal pada nilai-nilai. Tema ini dikembangkan oleh profesor Carlos Bruno Araújo Mendonça. Ia menekankan bahwa nilai-nilai fransiskan kapusin yang mau disampaikan kepada orang muda harus sungguh dihayati oleh penyemangat panggilan dalam hidup sehari-hari.

b)  Hari ketiga, di bawah pimpinan sdr. Sergio M. Dal Moro, dipakai bagi kebudayaan panggilan. Suatu penyemangatan panggilan tidak dapat membatasi diri pada usaha mencari calon saja. Masa depan baru terjamin bila dimajukan kebudayaan yang terbuka akan panggilan.

c). Hari Jumat dibahas tema Pendampingan panggilan dari sudut pandangan inisiasi akan cara hidup kita. Ini dipimpin oleh sdr. Evandro de Souza.

d).     Akhirnya, hari Sabtu dipakai bagi halaman Internet CCB dan pentingnya komunikasi melalui Internet bagi penyemangatan panggilan.

Di saat evaluasi, pertemuan dinilai sangat menggembirakan dan positif. Semua peserta mengungkapkan keinginan agar pertemuan sejenis ini diulangi di masa depan dekat.

Sabtu, 04 Juli 2015

Butir-butir “Laudato si’

Butir-butir "Laudato si' ..."

Hidup kristen dan semangat fransiskan dalam Ensiklik baru Paus Fransiskus.

Gereja memberi bimbingan moral berdasarkan tradisi katolik.

  • Perubahan iklim itu persoalan moral.
  • Paus berbicara sebagai gembala, bukan sebagai ahli atau politikus. Ia ingin agar umat katolik mengerti betapa tepat dan perlu kita memelihara ciptaan, dan khususnya saudara-saudari kita.
  • Memelihara alam ciptaan sudah lama diajarkan dalam kitab suci. Gereja juga sudah berulang kali menyinggung pokok ini. Seirama dengan ilmu yang semakin memberi perhatian akan dampak kemanusiaan terhadap alam, Gereja pun semakin jelas dan tegas menggemakan suaranya.
  • Para Bapa suci terakhir merasakan perlu mendalami tema perubahan iklim dan keutuhan ciptaan.
  • Santo Yohanes Paulus II dan Paus emeritus, Benediktus XVI, menghubungkan perhatian akan keutuhan ciptaan dengan solidaritas di antara manusia dan dengan ciptaan Allah.
  • Kedua Paus ini bertindak sebagai duta alam ciptaan dalam meminta perhatian akan keterlibatan manusia yang mencemaskan dalam hal menyebabkan pemanasan bumi dan perubahan iklim.

Usaha mengatasi perubahan iklim melindungi umat Allah

  • Menyadari perubahan iklim dan berusaha agar diatasi, berarti melindungi keluarga. Biar itu seorang di Chicago yang menderita asma atau seorang di Filipina yang menderita kena banjir, perubahan iklim merugikan segenap umat manusia. Berusaha mengatasi perubahan iklim berupa tindakan moral.
  • Kita dipanggil mencintai sesama kita dengan melindungi mereka terhadap aneka ragam ancaman perubahan iklim yang membuat penyakit bertambah dan makanan berkurang. Kita harus berbicara tentang perubahan iklim untuk melindungi umat Allah.
  • Kita dipanggil memperhatikan orang yang paling miskin dan lemah di antara kita. Orang miskin paling sedikit bertanggung jawab atas kerusakan iklim dan paling banyak menderita karenanya.
  • Sebagai pengikut Fransiskus, kita dipanggil bukan hanya menjadi alat damai dan keadilan, tetapi juga menjadi pemerhati jujur dan sejati bagi ibu pertiwi tercinta.
  • Kita dipanggil supaya jangan pernah lupa akan tempat kita di tengah alam ciptaan. Dalam arti tertentu, kita sempat bertindak sewenang-wenang merusak alam, melawan saudari bumi dan ibu pertiwi (Paus Fransiskus, 15 Januari 2015). Tempat kita di tengah alam ciptaan meminta kita menghormati dan melindungi segenap jaringan hidup.

Sudah waktunya bertindak bersama

  • Tindakan kita bermanfaat. Kita, pengikut Fransiskus, melalui kerja sama di antara kita, dapat membantu dalam mengatasi persoalan perubahan iklim.
  • Terdapat aneka ragam cara untuk bertindak dalam komunitas dan dalam negara kita, dari hal sederhana seperti mengganti bola lampu, sampai kepada mengembangkan politik cemerlang. Masing-masing kita dapat berbuat sesuatu untuk mengatasi perubahan iklim, mulai juga dari persaudaraan kapusin kita.
  • Mengambil tindakan terhadap perubahan iklim merupakan kesempatan untuk menyatakan iman kita dan karisma kita sebagai pengikut Fransiskus. Berusaha untuk mengatasi perubahan iklim menuntut kerendahan hati, pengertian, kerja tekun dan pemikiran moral yang jelas.
  • Dalam usaha ini kita peru menjalin hubungan adil di antara kita dan dengan ciptaan. Kita dipanggil bekerja untuk mengatasi perubahan iklim dengan mencari kebaikan bersama dalam cinta kasih.

Sdr. Benedict Ayodi, Pelayanan KPKC OFM Cap. [BICI  284 - Juni 2015]