Minggu, 23 Desember 2012

Renungan Harian: Rabu 26 Desember 2012

Renungan Harian: Rabu 26 Desember 2012

Mat 10:17-22

Pada waktu mengutus murid-murid-Nya, Yesus berkata, "Waspadalah terhadap semua orang! Sebab ada yang akan menyerahkan kamu kepada majelis agama; dan mereka akan menyesah kamu di rumah ibadatnya. Karena Aku, kamu akan digiring ke muka para penguasa dan raja-raja sebagai kesaksian bagi mereka dan bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah. Apabila mereka menyerahkan kamu, janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan akan apa yang harus kamu katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga. Karena bukan kamu yang berbicara, melainkan Roh Bapamu; Dialah yang akan berbicara dalam dirimu. Orang akan menyerahkan saudaranya untuk dibunuh; demikian juga seorang ayah akan menyerahkan anaknya. Anak-anak akan memberontak terhadap orang tuanya dan akan membunuh mereka. Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya, akan selamat."

 

KESAKSIAN SEJATI

Orang baik, jujur, benar, dan pejuang kebenaran sering dianggap musuh dan ancaman bagi orang dan lingkungan yang diwarnai oleh kemerosotan moral. Situasi seperti ini misalnya pernah dialami oleh Munir, pejuang Hak Asasi Manusia, yang berujung pada kematian tragis.

Kisah kemartiran Stefanus ditampilkan oleh Gereja sebagai peringatan bahwa menjadi pengikut Kristus yang benar bukanlah perkara sepele dan kerap menuntut korban. Panggilan menjadi garam dan terang di tengah dunia yang hambar dan dilanda kegelapan bukanlah tugas yang ringan. Yesus sudah menubuatkan bahwa mereka yang mau mengikuti-Nya akan dibenci oleh semua orang karena nama-Nya. Ia telah mengingatkan bahwa menjadi murid berarti diutus seperti domba ke tengah-tengah serigala. Sabda Tuhan inilah yang dipegang teguh oleh Stefanus. Ia setia pada imannya sampai menumpahkan darah. Ia telah menjadi murid Kristus yang sejati. Stefanus memasrahkan dirinya pada Tuhan yang dia ikuti, "Ya, Tuhan, ke dalam tangan-Mu kuserahkan rohku." Bagi Stefanus, iman jauh lebih bernilai dari darah dan nyawa. Kekejaman para pembunuhnya dibalas dengan pengampunan.

Gereja senantiasa dipanggil untuk memberi kesaksian (martiria). Kesaksian itu diperlihatkan dengan kesetiaan pada kebenaran dan suara hati. Moralitas Kristen tidak membolehkan kita bersikap mbalelo di tengah keraguan dan kekaburan nilai-nilai kehidupan. Kesaksian hidup yang diwarnai oleh iman sejati akan menghantar kita pada jalan yang telah ditempuh oleh Stefanus, walaupun kita hanya menjadi martir putih, yang mempersembahkan hidup yang tulus, baik, jujur, dan benar (FS).

 

Pelita Hati: Kesaksian hidup yang diwarnai oleh iman sejati akan menghantar kita menjadi martir putih.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar