Jumat, 31 Januari 2014

Renungan: Minggu, 2 Februari 2014

Minggu, 2 Februari 2014

Bacaan I  : Mal 3:1-4

Mazmur   : 24:7.8.9.10

Bacaan II          : Ibr 2:14-18

Bacaan Injil     : Luk 2:22-40

Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: “Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah”, dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati. Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. (Bacaan selengkapnya lihat dalam Kitab Suci)

TIGA PERJUMPAAN

Mayoritas Gereja Ortodox di Asia menyebut Pesta Yesus Dipersembahkan di Kenisah sebagai Pesta Perjumpaan – Perjumpaan antara Simeon dan Yesus. Memang dalam pesta ini dapat disebutkan tiga perjumpaan.

Perjumpaan pertama adalah perjumpaan antara orang tua dan bayi yang baru lahir. Orang tua tersebut menyembah bayi yang baru lahir. Ia mulai menuju ke ufuk, sementara bayi yang baru lahir segera mengambil posisi sentral. Perjumpaan antara senjakala dan fajar, matahari terbenam dan matahari terbit, laki-laki tua dan laki-laki muda, seorang pria di usia pensiun dan seorang bayi yang baru lahir.

Perjumpaan kedua adalah perjumpaan antara kegelapan dan terang. Yesus disebut sebagai terang dari Timur dan Cahaya para bangsa. Sebelum kedatangan Yesus, ada kegelapan, Chaos. Datanglah Tuhan. Ia menghancurkan kegelapan dengan Cahaya-Nya.

Perjumpaan ketiga adalah perjumpaan antara bangsa terpilih, Israel dan bangsa bukan Yahudi. Orang Israel atau Yahudi berpandangan bahwa hanya mereka bangsa yang dipilih oleh Tuhan. Penyelamat bangsa Israel disebut Mesias. Tetapi Simeon menyatakan bahwa penyelamat bangsa Israel dan penyelamat bukan Yahudi adalah satu dan sama, yakni Yesus Kristus. Karena itu, di dalam diri Yesus Kristus berjumpalah bangsa pilihan Allah dan bangsa di luar Israel.

Apa maknanya untuk kita? Sebagaimana di dalam diri Yesus, kiranya di dalam diri kita terjadi perjumpaan antara kegelapan dan terang. Kita membawa cahaya dan mengatasi kegelapan. Kita juga sepatutnya membawa semangat muda dan segar, menjumpai menjumpai orang-orang yang mengalami depresi, yang tua dan yang sekarat. Mari kita melawan favoritisme, nepotisme, dan elitisme dengan semangat universalitas Gereja Katolik. (DEM)

Pelita Hati: Mari kita melawan favoritisme, nepotisme, dan elitisme dengan semangat universalitas Gereja Katolik.

@ Pelita Hati, Penerbit Bina Media Perintis Medan, 2013

Renungan Harian: Sabtu, 1 Februari 2014

Sabtu, 1 Februari 2014

Bacaan I  : 2 Sam 12:1-7a.10-17

Mazmur   : 51:12-13.14-15.16-17

Bacaan Injil     : Mrk 4:35-41

Pada hari itu, waktu hari sudah petang, Yesus berkata kepada mereka: “Marilah kita bertolak ke seberang.” Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu di mana Yesus telah duduk dan perahu-perahu lain juga menyertai Dia. Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air. Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: “Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?” Ia pun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: “Diam! Tenanglah!” Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. Lalu Ia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: “Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?

MENGHADAPI PERLAWANAN DAN KRITIK

Dalam hidup sehari-hari biasa kita menghadapi permusuhan atau kritikan dari orang lain. Mungkin karena mereka cemburu pada kita, atau mungkin mereka marah pada kita. Boleh jadi mereka menertawakan kita, atau memburuk-burukkan kita pada orang lain. Jika kita berusaha memberi tanggapan yang positif, mereka menuduh kita mau pamer. Kalau kita berusaha untuk bersikap baik, mereka menuduh kita menjilat atau cari muka.

Janganlah mundur ketika menghadapi banyak perlawanan atau kritikan. Yesus dan para murid pun selalu menghadapi hal serupa. Ingatlah satu hal: sebaik apa pun tindakan kita atau seserius apa pun kita bekerja, kita akan selalu menghadapi perlawanan dan kritikan. Ingat juga, anak-anak biasanya melempar batu pada pohon yang sedang berbuah. Kita jarang menemukan batu di bawah pohon beringin, tetapi dengan mudah kita mendapatkan batu di sekitar pohon mangga dan jambu. Karena itu, jika kita menghadapi perlawanan atau kritik, syukurilah! Boleh jadi, itu artinya kita telah melakukan sesuatu.

Perlawanan dan kritikan dalam kehidupan tidak selalu buruk. Apakah kita tahu bahwa ketika lepas landas, sebuah pesawat terbang melawan angin? Justru hal itu membuat pesawat itu cepat terangkat ke udara. Karena itu, ketika seseorang mengkritik bahkan menentang ide-ide kita, justru hal itu akan menyempurnakan ide-ide kita.

Cara terbaik dalam menghadapi tantangan yang kita temukan dalam kehidupan adalah meniru tindakan para murid ketika menghadapi badai: Menghadirkan Yesus dalam biduk kehidupan kita. Maka angin ribut akan tenang. (DEM)

Pelita Hati: Jangan mundur ketika menghadapi banyak perlawanan atau kritikan

@ Pelita Hati, Penerbit Bina Media Perintis Medan, 2013

Renungan Harian: Jumat, 31 Januari 2014

Jumat, 31 Januari 2014

Bacaan I  : 2 Sam 11:1-4a.5-10,13-17

Mazmur   : 51:3-4.5-6a.6bc-7.10-11

Bacaan Injil     : Mrk 4:26-34

Lalu kata Yesus: “Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang menaburkan benih di tanah, lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu. Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu. Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba.” Kata-Nya lagi: “Dengan apa hendak kita membandingkan Kerajaan Allah itu, atau dengan perumpamaan manakah hendaknya kita menggambarkannya? Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Memang biji itu yang paling kecil dari pada segala jenis benih yang ada di bumi. Tetapi apabila ia ditaburkan, ia tumbuh dan menjadi lebih besar dari pada segala sayuran yang lain dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya.” Dalam banyak perumpamaan yang semacam itu Ia memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka, dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka, tetapi kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri.

BERKEMBANG DALAM PROSES WAKTU

Mikael  baru naik kelas tiga  SD. Suatu sore, bersama dengan ibunya, Mikael  pergi ke kebun untuk menyemaikan benih kembang. Keesokan harinya, ketika hari masih pagi, Mikael  bangun lalu bergegas untuk melihat benih yang ia semaikan. Demikian juga pada sore harinya. Melihat perilaku Mikael, ibunya berkata, “Nak sabar, ya! Benih itu akan tumbuh setelah beberapa hari.” Mendengar itu, Mikael  patah semangat dan tidak mau melihat tanaman itu lagi. Dua minggu kemudian ibunya berkata, “Nak, pergilah ke kebun. Lihatlah benih yang kamu semaikan itu!” Ketika tiba di kebun, Mikael heran melihat tunas-tunas muda di permukaan tanah yang sudah tumbuh dan berkembang.

Untuk melukiskan kerajaan Allah, Yesus menceritakan perumpamaan tentang benih yang tumbuh dan biji sesawi, biji yang paling kecil dari segala jenis biji. Dalam perumpamaan ini kata kunci ialah proses dan rahmat Allah. Proses mengandaikan waktu.

Perkembangan hidup rohani juga membutuhkan proses: tumbuh dan berkembang hingga menghasilkan buah berlimpah. Di sini amat ditekankan bahwa bukan usaha manusia yang harus dibanggakan, melainkan kasih karunia Allah. Demikianlah Allah membiarkan benih kasih-Nya tumbuh dan berkembang dalam hati orang. Karya Allah sering berkembang lewat hal-hal yang kecil dan sederhana. Namun demikian, justru hal-hal yang kecil dan sederhana itu—bila ditanam, dikembangkan dan dipupuk—akan menjadi sesuatu yang mengagumkan. (MES)

Pelita Hati: Penghakiman selalu tidak enak bagi orang yang tidak bersalah. Namun bagi orang bersalah, penghakiman menjadi jalan pertobatan

@ Pelita Hati, Penerbit Bina Media Perintis Medan, 2013

Kamis, 30 Januari 2014

Kamis, 30 Januari 2014

Bacaan I  : 2 Sam 7:18-19.24-29

Mazmur   : 132:1-2.3-5.11-12.13-14

Bacaan Injil     : Mrk 4:21-25

Lalu Yesus berkata kepada mereka: “Orang membawa pelita bukan supaya ditempatkan di bawah gantang atau di bawah tempat tidur, melainkan supaya ditaruh di atas kaki dian. Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan tersingkap. Barangsiapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!” Lalu Ia berkata lagi: “Camkanlah apa yang kamu dengar! Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan diukurkan kepadamu, dan di samping itu akan ditambah lagi kepadamu. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.

                                                      MENGENAKAN UKURAN

Kutipan Injil hari ini cukup singkat namun padat. Yesus menyampaikan dua perumpamaan. Perumpamaan ini dapat direnungkan secara terpisah sambil merenungkan peran pelita atau ukuran dalam kehidupan harian kita. Namun, bisa juga dikaitkan untuk menyatakan bahwa pelita dan ukuran merupakan kualitas kehidupan yang sebenarnya, baik di hadapan Allah maupun sesama manusia.

Sebagaimana pelita menjadi sangat penting maknanya ketika kegelapan menyelimuti malam, demikian kiranya iman dapat dibandingkan bagaikan pelita yang ditempatkan di atas kaki dian. Inilah inti dan panggilan hidup orang Kristen, yaitu menjadi pelita dan penunjuk arah di tengah dunia yang mencari seberkas kehidupan.

Pepatah kebijaksanaan mengatakan bahwa ukuran baju badan sendiri juga berlaku bagi perilaku orang beriman. Apa yang mereka kehendaki bagi dirinya sendiri mestinya juga mereka usahakan bagi orang lain. Jemaat beriman diingatkan bahwa ukuran yang mereka kenakan pada orang lain akan dikenakan pada diri mereka sendiri. Dalam hal ini, setiap orang menghendaki bahwa dirinya disebut yang baik dan positif. Karena itulah, Yesus berkata, “Sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.” Dalam hal ini, perlulah kita mengembangkan semangat positive thinking, berpola pikir positif terhadap orang lain. (MES)

Pelita Hati: Jangan kuatir tubuh itu lebih penting daripada pakaian

@ Pelita Hati, Penerbit Bina Media Perintis Medan, 2013