Kamis, 03 Juli 2014

Untuk memenangkan Piala - Pesan Paus Fransiskus untuk Piala Dunia 2014

Pesan video Paus Fransiskus untuk Piala dunia 2014

“Pentinglah saudara-saudara tercinta, bahwa olahraga tetap permainan! Hanya bila benar permainan akan menguntungkan jiwa dan raga. Dan karena saudara suka main olahraga, saudara saya undang supaya main dengan sebaik-baiknya, bukan hanya di lapangan, tetapi juga dalam hidup. Main benar dan sungguh dalam mencari kebaikan, dalam Gereja dan dalam masyarakat, tanpa takut, tetapi berani dan bersemangat. Main mempertaruhkan diri bersama orang lain, bersama Allah. Jangan puas main asal main saja, cukup main seri, sebaliknya mempertaruhkan segenap diri, mempertaruhkan nyawa demi hal yang sungguh bernilai dan bertahan. Jangan puas dengan hidup hangat-hangat kuku, asal main, biar seri, tak usah menang tak ada yang kalah. Jangan, jangan! Maju terus, mencari kemenangan! Semoga Piala Dunia ini berlangsung damai dan aman, selalu saling menghargai, dukung mendukung dan bersaudara antara pria dan wanita yang mengaku diri anggota satu keluarga. Semoga Piala dunia ini melampaui batas olahraga, menjadi pesta solidaritas antar bangsa. Sebab olahraga sebenarnya berupa sarana untuk berbagi nilai yang memajukan kebaikan dan martabat pribadi manusia dan membantu dalam membangun suatu masyarakat yang lebih damai dan bersaudara. Perhatikan saja kesetiaan, ketekunan, persahabatan, bagi membagi, solidaritas. Tiga pelajaran dari praktik olahraga, tiga sikap dasar olahraga mendukung perdamaian: ‘berlatih’, ‘fair play’ dan hormat akan lawan. Tak mungkin menang tanpa berlatih. Dalam kehidupan, seperti dalam sport, perlu ‘berlatih’, berjerih payah melatih diri bila ingin mencapai hasil penting. Semangat olah raga dengan itu menunjuk betapa banyak harus dikorbankan untuk bertumbuh dalam kebajikan pembentuk watak seseorang. Untuk memperbaiki seseorang, ia perlu berlatih, sungguh-sungguh dan tetap. Lebih lagi kita perlu berjerih-payah dan berjuang, berlatih agar sanggup bertemu satu sama lain, membangun damai antara orang perorangan dan antara bangsa yang ‘terlatih’ menjadi baik. Bagi pertandingan sepak bola penting juga ‘fair play’, main jujur, agar dapat menjadi arena pertumbuhan kebudayaan pertemuan, yang membawa persahabatan dan perdamaian antara bangsa-bangsa. Supaya menang, harus diatasi sikap mementingkan diri, main sendiri, aneka ragam bentuk diskriminasi ras, kurang toleran, memperalat pribadi manusia. Main sendiri di lapangan sepak bola menghambat keberhasilan regunya. Tetapi dalam hidup, main sendiri, tanpa perhatian akan orang di sekeliling kita, merugikan segenap masyarakat. Rahasia kemenangan di lapangan, tetapi juga dalam hidup, terletak pada kesanggupan menghargai teman seregu, demikian juga lawanku. Tak seorang pun menang sendiri, tidak di lapangan, tidak juga dalam hidup! Semoga tak ada yang main sendiri, yang menyendiri atau merasa diri dipojokkan! Memang benar, pada akhir Piala dunia ini hanya satu regu nasional dapat mengangkat piala tanda kemenangan, tetapi bila pelajaran olahraga diperhatikan, kita semua menang, karena memperkuat ikatan yang menyatukan kita semua.”

(Radio Vatikan)

(Radio Vatikan)