Rabu, 04 September 2013

Renungan Harian: Minggu, 8 September 2013

Renungan Harian: Minggu, 8 September 2013

Keb 9:13-18b; Flm 9b:10.12-17; Luk 14:25-33 - MB XXIII

 

Realitas Iman akan Kristus

 

            Satu keistimewaan dari manusia dibanding dengan makhluk ciptaan yang lain adalah manusia diciptakan setara dengan Allah. Tiga bacaan yang direnungkan hari ini berbicara tentang, peranan Allah dalam hidup manusia. Penulis kebijaksanaan mengatakan bahwa manusia diciptakan Allah untuk hal-hal yang melampaui dirinya. Hidupnya yang fana diciptakan untuk keabadian. Namun kedua hal ini, ‘melampaui dirinya sendiri’ dan ‘hidup abadi’ tidak mungkin diusahakan oleh manusia sendiri. Manusia membutuhkan bantuan dari Allah.

                Bantuan Allah nampak jelas dalam lukisan Lukas. Lukas memaparkan dengan jelas ungkapan Yesus sendiri, Kerajaan Allah sudah dekat, bahkan sudah ada di tengah-tengahmu. Kenyataan ini mengubah segala sesuatu, termasuk pikiran manusia sendiri bahwa Allah begitu jauh dari manusia. Kenyataan ini juga menuntut manusia untuk mencari dan mengetahui apa yang dikehendakinya. Tuntutan untuk memperoleh bantuan dari Allah adalah harus mengimani Yesus dan menjadi pengikut-Nya, serta beberapa syarat yang diharapkan-Nya, yakni: melepaskan ikatan-ikatan manusia, tidak boleh melekat pada harta benda dan beberapa syarat lainnya.

                Relatitas tuntutan Yesus bagi kita di zaman ini juga perlu diperhatikan dan ditanggapi oleh semua pengikut Kristus. Fakta membuktikan bahwa banyak pengikut Kristus belum konsekuen dengan panggilannya masing-masing. Orang lebih mengutamakan kepentingan diri, keluarga, kelompok, suku, marga dibandingkan dengan merealisasikan tuntutan Yesus dalam hidup dan tugas pelayanannya. Sikap seperti ini harus dirombak/diperbaharui dengan hidup sesuai dengan semangat Yesus maka Kerajaan Allah akan nampak dan buahnya akan membahagiakan manusia (MN).

 

Pelita Hati: Utamakan Kerajaan Allah, maka kebahagiaan akan dipenuhi.

Renungan Harian: Sabtu, 07 September 2013

Renungan Harian: Sabtu, 07 September 2013 

Kol 1:21-23; Luk 6:1-6

Hukum Hanyalah Sarana

            Seorang teman yang berpastoral di Banda Aceh pernah bercerita bahwa gerakan-gerakan karismatik dari pihak gereja-gereja Kristen kadang kala menciptakan kejengkelan pada mereka yang bukan beragama Kristen. Mereka menginjili semua orang tanpa memandang orangnya, dengan mengutip kata-kata Yesus untuk membenarkan diri, seperti: “Pergilah dan jadikanlah semua bangsa murid-Ku, dan baptislah mereka dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus”. Tindakan seperti ini dapat menciptakan pertentangan dan merusak keharmonisan serta kerukunan antarumat beragama. Hal yang lebih fatal lagi adalah beberapa gereja harus ditutup dan dilarang beribadat.

                Pertentangan yang dialami oleh Yesus dengan orang-orang Farisi dan ahli Taurat bukan terletak pada pewartaan Sabda-Nya, tetapi pada koreksi Yesus terhadap tindakan orang-orang Farisi dan ahli Taurat. Dalam perikop ini terjadi kesalahpahaman antara Yesus dengan dua kelompok ini. Inti persoalannya adalah Hukum Sabat. Di sini Yesus tidak bermaksud untuk memperkosa hukum Sabat. Ia sebagai Tuhan atas Hukum Sabat sangat menghargai martabat hukum Sabat itu sendiri. Yang dikoreksi oleh Yesus adalah kekakuan mereka dalam melaksanakan hukum sabat itu sendiri. Maka dengan tindakan Yesus ini, Ia ingin memulihkan kembali hukum Musa yang semula. Yang mutlak perlu ditumbuhkan oleh hukum ialah kemungkinan hubungan bebas orang beriman dengan Allahnya. Orang tidak boleh tertekan dalam berkomunikasi dengan Tuhan.

                Ajaran Kitab Suci itu sangat kaya dan dapat memberikan inspirasi, daya kekuatan bagi hidup kita. Maka setiap orang kristiani sangat dianjurkan untuk hidup sesuai dengan Sabda itu sendiri. Dalam bagian lain, Yesus mengatakan, siapa yang mendengar dan melakukan Sabda-Ku, ia menjadi murid-Ku. Warta Kitab Suci tidak boleh dipaksakan kepada orang lain. Sabda itu sendiri yang akan menyentuh, menggerakkan, dan mendorong orang untuk hidup sesuai dengan kehendak Sabda itu. Hendaknya kita tidak mempergunakan warta Sabda Tuhan atau Sabda Tuhan itu sendiri untuk membenarkan diri (MN).

 

Pelita Hati: Sabda Tuhan memberi inspirasi dan menggerakkan orang untuk datang pada-Nya.

Renungan Harian: Jumat, 06 September 2013

Renungan Harian: Jumat, 06 September 2013

Kol 1:15-20; Luk 5:33-39

Saling Berlawanan

            Dalam diskusi-diskusi entah di TV, surat kabar atau diskusi langsung antara para pengurus gereja sering muncul ide, gagasan atau sikap yang berbeda/berlawanan. Tujuannya hanya satu, yakni demi suatu pembaharuan. Perikop Injil hari ini memaparkan pembicaraan antara Yesus dengan para ahli Taurat dan orang Farisi tentang Puasa. Kepada kelompok ini Yesus dengan tegas mengatakan bahwa ada saatnya untuk mereka berpuasa. Untuk menjelaskan hal ini Ia mengemukakan kiasan tentang mempelai serta perumpamaan mengenai pakaian dan kantong kulit.

                Yesus sadar bahwa Ia membawa suatu realitas baru kepada dunia, yang tidak dapat dibandingkan dengan apa saja yang sampai sekarang dialami dan dikenal manusia. Realitas baru yang  dibawa oleh Yesus itu yakni sebuah pembaharuan batin dan sikap hidup manusia.  Dalam kaitan dengan ini, Lukas lebih peka melihat sikap pembaharuan Yesus dibandingkan dengan kedua penginjil sinoptik lainnya. Oleh karena itu, melalui ungkapan Yesus, Ia hendak menegaskan bahwa betapa saling berlawanan tata susunan kedua perjanjian suci. Namun, perlu ditegaskan bahwa semangat pembaharuan Injil Yesus Kristus tidak mengenal kompromi.

                Bagaimana dengan suasana Gereja saat ini? Sikap konservatif seperti ahli Taurat dan orang Farisi juga melanda kehidupan umat kristiani saat ini. Semua pembaharuan selalu dipandang sangat negatif. Malah ada yang mengatakan bahwa gerakan gereja dahulu lebih bagus dari gerakan sekarang. Gerakan gereja dahulu lebih memperhatikan umat dengan memberikan sumbangan dibandingkan dengan gerakan gereja sekarang yang menuntut umat untuk terlibat dalam pengembangan gereja. Ada yang bertanya mengapa harus ada sumbangan-sumbangan, mengapa harus ada partisipasi dari umat, dana mandiri, dan lain sebagainya? Berhadapan dengan kenyataan seperti ini kalau Yesus datang pada saat ini, mungkin orang yang berpandangan demikian juga akan mendapat kecaman-Nya (MN).

 

Pelita Hati: Bukalah dirimu untuk menerima pembaharuan dari Tuhan dan sesama.

Renungan Harian: Kamis, 05 September 2013

Renungan Harian: Kamis, 05 September 2013 

Kol 1:9-14; Luk 5:1-11

Mukjizat yang Ajaib

            Segala peristiwa yang dialami oleh manusia kadang dibiarkan berlalu begitu saja. Namun, penemuan dari para tokoh ilmu pengetahuan, membantu kita untuk menghargai dan menyimak secara mendalam setiap peristiwa hidup kita. Saya beri contoh, banyak orang memasak air. Air itu makin panas mengeluarkan uap juga panas. Hal ini biasa tetapi hanya James Watt yang memikirkan kemungkinan uap itu menjadi daya penggerak mesin. Maka lahirlah mesin uap yang memotori revolusi industri Eropa. Bagaimana dengan Yesus?

                Lukas menghubungkan panggilan para Murid dengan sebuah penangkapan ikan yang ajaib. Ada dua hal yang ditampilkan di sini. Di satu pihak, kerinduan manusia untuk mendengar Yesus harus dipenuhi dengan pewartaan Sabda yang sungguh memberikan penghiburan dan pembebasan. Dan di pihak lain, Ia menunjukkan kepada Petrus bahwa kehadiran-Nya di tengah-tengah mereka selalu membawa berkat. Maka Ia berkata kepada Petrus: “Bertolaklah ke tempat yang lebih dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.” Petrus tidak yakin dengan suruan itu maka ia mengatakan, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak mendapat apa-apa. Tetapi atas perintah-Mu, aku akan menebarkan jala juga. Hasilnya adalah mereka menangkap ikan yang jumlahnya besar sampai jala mereka hampir koyak. Dari peristiwa ini jelas bagi kita bahwa Yesus mampu melihat tanda-tanda  di mana ada ikan. Kemampuan yang demikian tidak dimiliki seorang nelayan seperti Petrus. Jelas bahwa Yesus adalah seorang pribadi yang luar biasa. Petrus pun merasa tidak layak di hadapan-Nya.

                Banyak dari antara kita hidup di dunia dengan berbagai peristiwa yang membutuhkan bantuan dan keterlibatan kita. Kadang kala kita menutup mata hati kita untuk melihat, malahan kita berjalan tanpa menghiraukan apa yang terjadi. Misalnya banyak orang yang diperlakukan tidak adil, banyak anak-anak katolik yang tidak mendapat pendidikan dan pendampingan baik dalam iman maupun moral. Ada yang beranggapan bahwa itu bukan urusan saya. Itu tanggung jawab orang lain. Yesus memberikan contoh kepada kita dengan menyembuhkan mereka yang sakit, meneguhkan mereka yang tidak memiliki harapan hidup, membantu Petrus dan teman-teman yang sudah kerja semalaman tapi tidak mendapat apa-apa. Dengan tindakan ini Ia membebaskan mereka dan membuka mata mereka terhadap makna kehidupannya. Maka ini dapat diringkas dalam ungkapan: “mari kita ikut serta dalam kehidupan Allah sendiri”. (MN)

 

Pelita Hati: Anda melihat dan terlibat, anda menciptakan mukjizat yang ajaib.