Sabtu, 31 Agustus 2013

Renungan Harian: Rabu, 04 September 2013

Renungan Harian: Rabu, 04 September 2013

Kol 1:1-8; Luk 4:38-44

Yesus Memberikan Teladan Doa

            Di daerah-daerah yang sudah maju, kota-kota besar dan juga di daerah pedesaan kebiasaan misa pagi mulai diminati. Seorang karyawan yang menghadiri perayaan itu berpakaian kerja. Kepadanya ditanya, mengapa kamu hadir pada misa pagi ini dengan serangam kerja? Dengan polos dia menjawab, “Sebelum saya bertemu dengan teman-teman kerja, alangkah baiknya apabila saya lebih dulu bertemu dengan Tuhan, mungkin Tuhan akan memberikan pesan khusus kepada saya untuk dilaksanakan hari ini”.  Karyawan ini memiliki pengalaman yang sama dengan Yesus.

                Sebelum Yesus mengawali karya-Nya, Ia terlebih dahulu mencari tempat yang sunyi dan berdoa. Ia menyadari bahwa sebagai manusia, Ia juga harus menimba kekuatan dari Allah Bapa-Nya. Dari sumber inspirasi ini, nampak jelas bahwa mukjizat-mukjizat pertama yang dikerjakan oleh Yesus adalah manifestasi kuasa Penciptaan Allah. Hal ini nampak dalam tindakan Yesus, Ia menghardik deman perempuan itu maka penyakit itu meninggalkan dia. Ia bangun dan melayani mereka. Ia juga meletakkan tangan-Nya dan mengusir setan-setan, semuanya menjadi sembuh. Dengan tindakan ini, setan memperkenalkan Yesus sebagai Anak Allah. Doa dapat mengalahkan segala kekuatan yang menindas manusia. Doa memampukan kita untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang memberikan kehidupan dan kebahagiaan bagi kita. Maka semangat doa, perjumpaan Yesus dengan Bapa-Nya harus menjadi semangat kita (MN).

 

Pelita Hati: Doa menjadi sumber inspirasi dalam hidup dan karya.

Renungan Harian: Selasa, 03 September 2013

Renungan Harian: Selasa, 03 September  2013

1 Tes 5:1-6.9-11; Luk 4:31-37 – Pw. Santo Gregorius Agung

 

Berusahalah untuk Membebaskan Sesamamu

 

            Santo Gregorius Agung adalah Paus dan Pujangga Gereja. Ia lahir di Roma, pada tahun 540. Ibunya Silvia dan dua orang tantenya, Tarsilla dan Aemilliana juga dihormati oleh Gereja sebagai orang kudus. Ayahnya bernama Gordianus tergolong orang yang kaya raya dan berasal dari keluarga bangsawan. Pada usia 33 tahun, Gregorius menjadi Prefek kota Roma, suatu kedudukan tinggi dan terhormat dalam dunia politik di Roma pada saat itu. Namun, Tuhan menghendaki Gregorius berkarya di ladang Anggur-Nya, maka Gregorius meletakkan semua jabatannya dan mengumumkan niatnya untuk menjalani kehidupan membiara. Tahun 586, ia dipilih menjadi Abas di biara Santo Andreas di Roma. Di sana ia berjuang membebaskan para budak belian yang dijual di pasar-pasar kota Roma. Tahun 590, ia diangkat menjadi Paus. Gregorius adalah Paus Pertama yang mengumumkan dirinya sebagai Kepala Gereja Katolik sedunia. Ia dikenal sebagai seorang Paus yang masyur, negarawan, dan administrator ulung pada awal abad pertengahan dan Bapa Gereja Latin yang terakhir. Karena tulisan-tulisannya yang berbobot, maka ia diberi gelar Pujangga Gereja Latin. Meskipun demikian, ia tetap rendah hati dan menyebut dirinya sebagai “Abdi para abdi Allah” (Servus servorum Dei). Ia meninggal dunia tahun 604.

                Semangat Santo Gregorius ini diinspirasi oleh semangat Yesus sendiri. Yesus sebagai seorang Guru yang masih muda usianya, tampil dalam pewartaan-Nya yang langsung menyerang segala sesuatu yang melumpuhkan kebebasan manusia. Kritik yang tajam dan pedas ditujukan kepada para pemimpin agama Yahudi bahkan Yesus mengajak mereka untuk tidak memberikan beban yang berat kepada orang-orang miskin dan tertindas. Ia juga menyerang roh-roh jahat dan kekuatan-kekuatan kosmis yang menekan manusia. Karena sadar akan diri-Nya sendiri, persekutuan-Nya dengan Allah dan komit akan tugas perutusan-Nya, Yesus bertindak dengan wibawa untuk memerdekakan saudara-saudara-Nya dari tekanan-tekanan yang melumpuhkan itu. Kita sebagai pengikut Yesus juga dipanggil dan ditugaskan yang sama bukan untuk memberikan beban berat, menindas dan menghakimi orang lain melainkan menjadi sang penyelamat, pembebas, dan pemberi kehidupan bagi sesama kita (MN).

 

Pelita Hati: Berusahalah untuk membebaskan orang lain.

Renungan Harian: Senin, 02 September 2013

Renungan Harian: Senin, 02 September 2013 

1 Tes 4:13-17; Luk 4:16-30

 

Permusuhan dari Orang-orang Terdekat

 

            Sering terjadi pertentangan antara anggota keluarga, komunitas atau lingkungan karena tidak adanya sikap saling menghargai dan mendengarkan. Pertentangan seperti ini juga terjadi antara Yesus dan orang-orang terdekatnya. Pertentangan itu terjadi karena dua alasan: Pertama:  Pidato atau khotbah Yesus di rumah Ibadat di Nazaret mengenai nubuat Yesaya tentang Mesias dan tugas perutusan Mesias yang membawa kehidupan bagi orang yang sakit, tertindas, dan sebagainya. Dalam khotbah itu, Yesus menekankan rencana Allah Bapa yang kini terpenuhi dalam diri-Nya. Kedua: Yesus dituduh oleh saudara-saudara sekampungnya bahwa Ia lebih suka Kapernaum dibandingkan dengan Nazaret, kampung kelahiran-Nya. Tuduhan ini dimanfaatkan Yesus sebagai kesempatan untuk menjelaskan tujuan pewartaan yang menjiwai-Nya. Tujuan itu selaras dengan tujuan kegiatan nabi-nabi terdahulu.

                Di pihak lain Lukas juga  menitikberatkan beberapa ciri khas yang sejak penampilan pertama ini dapat diamat-amati dalam keseluruhan karya pewartaan-Nya. Ciri-ciri itu adalah Yesus memutuskan diri-Nya dengan lingkungan sosial asal-Nya, Yesus membuka diri terhadap orang-orang bukan Yahudi dan orang-orang-Nya sendiri tidak percaya kepada-Nya. Dalam karya pewartaan-Nya, Yesus memang menuntut supaya bangsa Yahudi merevisi sikap hidupnya secara utuh. Justru inilah sebabnya, mengapa ajakan Yesus ini menimbulkan permusuhan dari pihak orang-orang terdekat dengan-Nya. Memang demikianlah nasib amanat Yesus (MN).

 

Pelita Hati: Hargailah orang lain maka kamu akan dihargai juga.

Renungan Harian: Minggu, 01 September 2013

Renungan Harian: Minggu, 01 September 2013

Sir 3:19-21.30-31; Ibr 12: 18-19.22-24a; Luk 14:1.7-14 – MB XXII (Minggu Kitab Suci Nasional)

 

Hendaklah Bersikap Rendah Hati

            Dalam liburan ke kampung halamannya, seorang mahasiswa duduk dekat seorang bapak yang sudah berumur, berpakaian sederhana dan sangat polos. Dalam perjalanan itu bapak itu mengambil Rosario dari saku celananya dan berdoa. Mahasiswa itu melihat keheranan. Setelah bapak itu berdoa, mahasiswa itu bertanya, bapak masih percayakah akan hal-hal seperti ini? Doa Rosario itu barang kuno. Bapak itu menjawab, saya percaya. Engkau bagaimana? Kata orang tua itu. Jawab mahasiswa itu, saya tidak percaya hal-hal sia-sia seperti itu. Saya hanya percaya hal-hal ilmiah agar dapat maju dan saya juga mempelajari banyak ilmu baru. Bapak itu berkata, saya kurang mengerti, bolehkah saya mempelajari ilmumu itu? Mahasiswa itu menjawab, apa bapak bisa membaca? Nanti saya kirim bahannya. Bolehkah saya mendapat alamat bapak? Bapak itu mengambil kartu nama dan memberikannya kepada mahasiswa itu. Dalam kartu nama itu tertuis: Prof. Dr. Luis Pasteur, Institut Penelitian Paris. Mahasiswa itu akhirnya malu dan tidak bertanya lagi.

                Dunia dewasa ini adalah dunia yang penuh persaingan. Ada dua kelompok manusia yang hidup dalam dunia ini. Yang rendah hati dan yang sombong. Orang yang rendah hati selalu menyembunyikan identitasnya dan  menilai serta  memandang orang lain secara positif. Sedangkan orang yang sombong selalu berjuang untuk menguasai orang lain dengan ilmu pengetahuan dan keahlian yang dimilikinya. Kisah Injil hari ini menampilkan dua ajaran Yesus, yakni: Kerendahan hati dan cara menentukan orang yang mau diundang ke pesta. Di satu pihak Yesus mengajak murid-murid-Nya untuk bersikap rendah hati, yang selalu siap melayani. Dari pihak lain, para murid juga diajak untuk terbuka terhadap semua orang. Tidak boleh terjadi bahwa orang-orang yang sederhana terhalang untuk mengikutinya. Masing-masing orang harus merasa betah dalam kebersamaan itu atau perjamuan itu. Kedua tuntutan ini sungguh penting maka marilah kita berjuang menerapkannya dalam hidup dan pelayanan kita (MN).

 

Pelita Hati: Orang yang rendah hati akan dihargai sedang yang sombong tidak.