Rabu, 31 Juli 2013

Renungan Harian: Minggu, 04 Agustus 2013

Renungan Harian: Minggu, 04 Agustus 2013

Pkh 1:2; 2:21-23; Kol 3:1-5.9-11; Luk 12:13-21 – MB XVII

 

Menjadi Kaya di Hadapan Allah

 

Di balik hiruk-pikuknya tawaran dan pilihan serta kesibukan untuk memenuhi harapan-harapan manusiawi, entah itu harapan pribadi maupun harapan karena ikut arus, sering terdapat hati yang kesepian, suatu perasaan kosong. Rasanya segala sesuatu terjadi begitu saja tanpa sempat dihayati. Hati yang kosong sangat ironis memang di balik kesibukan  usaha pemenuhan kepuasan diri.

                Keadaan kosong itu berasal dari kerinduan akan kasih Allah. Sering kita merasa hampa, jenuh, dan bosan. Semua itu terjadi karena kita sering  terputus dari sumber kehidupan yang sesungguhnya yakni Allah. Seruan Yesus dalam Injil hari ini terhadap Yerusalem, merupakan kritik dan sekaligus keprihatinan-Nya melihat penduduk Yerusalem yang begitu sibuk akan harta duniawi hingga mereka tak sanggup mengenal dan merima Yesus sebagai Mesias.

                Seruan Yesus dalam Injil hari ini hendak menekankan bahwa kesederhanaan hidup harus  mengalir dari kedalaman hati yang penuh kasih. Tampilan orang kaya namun kurang beriman merupakan gambaran manusia yang dirasuki oleh sikap egois berlebihan dan akhirnya mengalami kekosongan hidup. Secara positif kita rumuskan bahwa Injil hari ini hendak mengajak kita bagaimana menjadi kaya di hadapan Allah sekaligus juga berani hidup dan  berjuang mencari hidup di dunia (MES).

 

Pelita Hati : Manusia bukanlah sekadar seonggok kelemahan dan kegagalan. Dia adalah inti sari cinta Allah Bapa dan mempunyai kapasitas untuk menjadi gambar diri Allah sendiri.

Renungan Harian: Sabtu, 03 Agustus 2013

Renungan Harian: Sabtu, 03 Agustus 2013

Im 25:1.8-17;  Mat 14:1-12

 

Menjadi Yohanes di Zaman ini

 

Yohanes adalah seorang nabi yang berani. Dia tidak takut menegur Raja Herodes yang mengambil keputusan yang fatal, yakni mengambil Herodias, istri Filipus. "Tidak halal engkau mengambil Herodias,” kata Yohanes. Bagi Yohanes kebenaran dan kebaikan harus disuarakan walaupun harus menghadapi konsekuensi yang berat dan bahkan pembunuhan.

Dalam kehidupan bermasyarakat pun sering banyak keprihatinan dan penyimpangan yang terjadi. Kebenaran disalahkan, yang salah dibenarkan. Keadilan dilanggar, rumah tangga orang dirusak, orang kecil ditindas, kekayaan bangsa disalahgunakan dan keuntungan diperoleh dengan cara yang tidak halal: mencuri, korupsi, menipu, dan membodohi.

Dewasa ini semangat Yohanes Pembaptis sangat perlu dihidupkan kembali, untuk menegakkan kebenaran dan keadilan. Untuk membuka aib serta kebusukan yang ada. Melalui Injil hari ini kita diajak untuk meneladani Yohanes Pembabtis. Beranikah kita? Untuk itu, mari kita mulai dari keluarga kita! Bisa saja apa yang terjadi di istana Herodes juga terjadi di dalam keluarga kita. Di tempat tugas dan di tengah-tengah masyarakat juga kita harus berani menyuarakan kebenaran dan keadilan. Begitu banyak orang yang suka korupsi, berjudi, main perempuan, mabuk-mabukan, penindasan orang kecil yang tidak berdaya, mendewakan kenikmatan dunia dan kekerasan. Beranikah kita menjadi Yahanes di zaman ini? (AP)

 

Pelita Hati: Di tempat tugas dan di tengah-tengah masyarakat kita harus berani menyuarakan kebenaran dan keadilan.

Renungan Harian: Jumat, 02 Agustus 2013

Renungan Harian: Jumat, 02 Agustus 2013

Im 23:1.4-11.15-16.27.34b-37; Mat 13:54-58

 

Banyak yang Indah di Sekitar Kita

 

Banyak orang yang berpendapat bahwa buatan luar negeri lebih berkualitas dan lebih bergengsi dari buatan dalam negeri. Buatan luar negeri “ok”, buatan dalam negeri kolot.

Seorang nabi adalah utusan Allah yang bertugas menyebarluaskan kebenaran-kebenaran atau kehendak Allah. Sebagai utusan Allah maka selayaknya Dia dihormati di mana-mana, lebeh-lebih oleh orang-orang beriman. Tetapi dalam kenyataan "Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya". Kalimat ini diungkapkan Yesus ketika Dia datang ke kampung-Nya. Orang-orang di sana tidak menghargai kehadiran dan pengajaran-Nya sebab mereka mengenal ayah-Nya sebagai tukang kayu dan ibu-Nya Maria juga seorang wanita biasa-biasa saja serta saudara-saudara-Nya pun tidak mempunyai kelebihan dari mereka. Bagi mereka Yesus merupakan produk dalam negeri sehingga dianggab kurang berkualitas, kurang bergengsi, dan tidak ok. Pendek kata, mereka merasa bahwa Yesus sama dengan mereka dan tidak mempunyai kelebihan. Hati mereka tidak terbuka terhadap hal-hal yang baik dan indah yang ada di tengah-tengah mereka.

Penolakan ini merupakan ketertutupan hati dan kesombongan. Sabda Yesus hari ini memperingatkan dan mengajak kita semua untuk lebih terbuka terhadap apa yang ada di sekitar kita sehari-hari. Di lingkungan dan sekitar kita pun banyak hal yang baik, mulia, indah, luhur, berkualitas, dan berharga. Dan bahkan Tuhan dapat mewahyukan diri melalui pengalaman sederhana dan hadir di tengah-tengah kehidupan kita. Marilah kita hormati, junjung tinggi apa yang baik, benar, mulia dan indah di  sekitar dan lingkungan kita sebab hal itu juga pewahyuan dari Allah (AP).

 

Pelita Hati: Nabi adalah utusan Allah yang bertugas menyebarluaskan kebenaran atau kehendak Allah.  

Renungan Harian: Kamis, 01 Agustus 2013

Renungan Harian: Kamis, 01 Agustus 2013

Kel 40:16-21.34-38; Mat 13:47-53 - Pw St. Alfonsus Maria de Liguori

"Ikan yang Baik Dikumpulkan ke dalam Pasu, yang Buruk Dibuang"

Dalam hidup bermasyarakat sering kita menyaksikan bahwa ada banyak orang yang tidak jujur, orang jahat, yang tidak takut akan Tuhan, menyalahgunakan kekuasaan dan wewenang, namun mereka bebas dan tidak tersentuh hukum. Hukum seperti berlaku hanya bagi orang kecil. Seruan-seruan terhadap ketidakadilan atau yang menentang kejahatan, sering berlalu begitu saja, anjing menggonggong kafilah berlalu.

Injil hari ini menggambarkan Kerajaan Allah seumpama pukat yang ditebarkan ke laut, pukat itu menangkap berbagai macam ikan dan ketika sudah penuh dan ditarik ke darat, ikan yang baik dipisahkan dari ikan yang tidak baik, lalu disimpan di dalam bakul, sementara ikan-ikan yang tidak berguna dibuang. Yang baik akan mendapat ganjaran, sementara yang jahat akan mendapat hukuman. Gagasan ini gampang dimengerti dan kita menginginkan supaya hal itu segera terjadi. Tetapi dalam kenyataan hidup sulit dicapai. Oleh karena itu, mungkin kita bertanya mengapa Tuhan tidak segera mewujudkan keadilan itu?

Keadilan menurut pemikiran Allah, tidaklah selalu persis seperti keadilan yang kita harapkan. Injil mengajak kita untuk tetap berharap dalam iman bahwa Kebenaran, Keadilan, dan Kerajaan Allah akan terwujud seturut rencana Allah sendiri.Tetapi bagi kita yang paling penting adalah mari kita hidup baik di hadapan Allah dan di hadapan sesama manusia (AP).

 

Pelita Hati: Keadilan menurut pemikiran Allah, tidaklah selalu persis seperti keadilan yang kita harapkan.