Jumat, 29 Maret 2013

Renungan Harian: Minggu, 31 Maret 2013

Renungan Harian: Minggu, 31 Maret 2013

Kis 10:34a,37-43; Kol 3:1-4; Yoh 20:1-9 - Hari Raya Paska

 

Yesus Sungguh Bangkit

 

Kehadiran Yesus, Allah yang menjadi manusia memunculkan bahan pembicaraan hangat di daerah-Nya. Kata-kata yang diucapkan-Nya bernas dan berdaya membangkitkan semangat orang lemah, namun sering juga membuat gerah orang sombong dan munafik. Dengan bahasa kiasan beberapa kali dikatakannya bahwa Dia dan orang yang percaya pada-Nya akan menderita, mati namun kemudian bangkit.

Waktu Yesus menelusuri jalan salib-Nya pada umumnya masyarakat yang sempat kagum pada-Nya mulai ragu dan pesimis. Mereka menyaksikan bahwa Yesus jatuh tiga kali. Kejatuhan-Nya makin nyata ketika Dia diturunkan dari salib dan dikubur. Saat itu masyarakat yang pesimis tadi menyangka bahwa Yesus sudah jatuh seterusnya dan tamatlah riwayat-Nya.

Di Hari Raya Paska ini sungguh nyata bahwa Yesus, Allah yang menjadi manusia, bangkit dari kematian. Maria Magdalena dan para murid yang dikisahkan dalam Injil hari ini, memberi kesaksian bahwa Yesus sungguh bangkit. Peristiwa kebangkitan ini membuktikan apa yang dikatakan oleh Yesus Guru utama. Kebangkitan-Nya juga merupakan kebangkitan orang yang percaya pada-Nya. Orang yang percaya pada-Nya makin yakin bahwa orang beriman bukan orang  yang tidak pernah jatuh, tapi orang yang bisa bangkit di saat dia jatuh. Kebangkitan orang beriman akan bertahan dan memiliki daya rohani bersama Yesus yang bangkit. Selamat Paska! (GN)

 

Pelita Hati: Kebangkitan orang beriman akan bertahan dan memiliki daya rohani bersama Yesus yang bangkit 

Renungan Harian: Sabtu, 30 Maret 2013

Renungan Harian: Sabtu, 30 Maret  2013

Kej 1:1.26-31a; Kej 22:1-2.9a.10-13.15-18; Kel 14:15 – 15:1.; Rm 6:3-11; Mat 28: 1-10 – Malam Paska

 

"Salam Bagimu"

 

"Salam bagimu" adalah kata-kata Yesus yang pertama sesudah bangkit dari kubur. Dengan kata-kata ini Yesus memulai sejarah baru dan hidup baru serta membuktikan bahwa Ia sungguh bangkit dari mati. Yesus mengatakan salam indah itu kepada beberapa wanita (Maria Magdalena dan kawannya) yang sedang diliputi rasa takut dan sukacita besar setelah mendengar kisah kebangkitan dari seorang malaikat.

                Peristiwa kebangkitan Yesus pada hari raya Paska menjadi warta luar biasa. Itu juga menjadi puncak dari sejarah keselamatan dari Tuhan. Secara istimewa hal itu ditunjukkan juga dalam perayaan Liturgi Gereja kita. Hari Raya Paska kita rayakan secara lebih meriah. Di dalam perayaan itu dikisahkan seluruh karya penyelamatan Tuhan mulai dari kisah penciptaan hingga kisah Yesus yang bangkit.

                Warta kebangkitan dan sejarah keselamatan baru itu harus diwartakan sepanjang masa. Pertama-tama kita harus merasakan makna paska itu dengan menerima dan menghidupi salam khusus dari Yesus tadi. Lewat salam itu Yesus memberi kehidupan baru dan semangat baru bagi kita. Sesudahnya kita pun diajak untuk membagikan salam kebangkitan itu kepada orang lain. Demikian kebangkitan Yesus itu hidup selalu dan membawa kita pada kehidupan sejati.

"Salam bagimu" dan Selamat Paska… (CLG)

 

Pelita Hati: Kebangkitan Yesus hidup selalu dan membawa kita pada kehidupan sejati.

Minggu, 24 Maret 2013

Renungan Harian: Jumat, 29 Maret 2013

Renungan Harian: Jumat, 29 Maret 2013

Yes 52:13 – 53:12; Ibr 4:14-16. 5:7-9; Yoh 18:1 – 19:42 – Jumat Agung 

"Selesailah Sudah"

 

Ketika kita menyelesaikan suatu tugas, program, atau proyek tentu kita akan senang dan dengan gembira mengatakan: "Wow… sudah selesai". Ekspresi kegembiraan itu bisa lebih hebat lagi bila pekerjaan yang kita selesaikan itu amat rumit dan melelahkan.

                Kata-kata "Selesailah sudah" menjadi kata-kata terakhir Yesus ketika hidup-Nya di dunia. Itu diungkapkan pada saat Ia ditinggikan di atas salib. Apakah kata-kata tersebut mau mengekspresikan kegembiraan Yesus atas tugas yang sudah diselesaikan-Nya di bumi ini? Boleh jadi pandangan manusiawi kita menjawabnya: tidak.  Akan tetapi, itulah nyatanya. Yesus mengatakan kata-kata itu dari ketinggian untuk menyatakan kesempurnaan karya-Nya di dunia ini. Dia sudah melakukan segalanya hingga peristiwa salib yang menjadi perwujudan ketaatan dan cinta-Nya yang paling sempurna sebagaimana disebut dalam bacaan II hari ini. Lewat peristiwa salib itu Yesus mencapai kemuliaan-Nya. Itu mengingatkan kita pada kata-kata Allah melalui Yesaya: "Sesungguhnya, hamba-Ku akan berhasil".

                Yesus sudah menyelesaikan pekerjaan-Nya. Akan tetapi, karya-Nya masih berlanjut terus di dalam kehidupan kita lewat diri kita masing-masing. Kita ditantang untuk menjalani hidup kita dengan cahaya hidup Yesus sendiri. Semoga kita pun dapat menyelesaikan perjuangan hidup kita dengan gembira dan bangga menyerukan kata-kata terakhir Yesus itu (CLG).

 

Pelita Hati: Kita ditantang untuk menjalani hidup kita dengan cahaya hidup Yesus.

Renungan Harian: Kamis, 28 Maret 2013

Renungan Harian: Kamis, 28 Maret 2013

Kel 12:1-8.11-14; 1 Kor 11:23-26; Yoh 13:1-15 – Kamis Putih

 

Melakukan Perbuatan Tuhan

 

Beberapa kisah perjamuan yang dikisahkan pada Pekan Suci ini berpuncak pada perayaan hari ini. Puncak itu ditampakkan secara khusus dalam perayaan liturgi hari ini, yakni perayaan untuk mengenang perjamuan Tuhan. Gereja secara khusus mengenang perjamuan malam terakhir yang diselenggarakan Yesus untuk murid-murid-Nya.

                Dalam perjamuan perpisahan itu Yesus mengajak murid-murid-Nya untuk meniru dan melakukan perbuatan-perbuatan Yesus. Ajakan itu tampak dalam kisah Injil hari ini ketika Yesus membasuh kaki para murid-Nya. Perintah Yesus di sini mau menekankan agar para murid pun harus saling menghormati, saling mencintai, saling melayani, dan saling merendahkan hati satu sama lain. Perintah yang sama juga dikatakan Yesus (dalam bacaan II) ketika mereka sedang melakukan perjamuan bersama dengan berkata: "Perbuatlah ini untuk mengenangkan Daku". Dengan ini, Yesus mengajak murid-murid-Nya hidup dalam kesatuan imamat rajawi Yesus sehingga mereka melakukan seluruh hidup Yesus lewat perkataan dan perbuatan. Selain itu, Yesus mau meneguhkan Sakramen Ekaristi yang akan dirayakan murid-murid-Nya dari dahulu sampai Ia datang kembali.

                Perintah untuk melakukan perbuatan-perbuatan Yesus ini disampaikan juga kepada kita sekarang. Kiranya semangat kita untuk saling berbagi kasih semakin berkobar; semangat kita untuk merayakan Ekaristi semakin sempurna dan penuh hormat; serta semangat kita untuk hidup dalam imamat umum dan imamat khusus yang kita terima dari Tuhan sendiri semakin kita hidupi setiap waktu (CLG).

 

Pelita Hati: Kiranya semangat kita untuk saling berbagi kasih semakin berkobar

Renungan Harian: Rabu, 27 Maret 2013

Renungan Harian: Rabu, 27 Maret 2013

Yes 50: 4-9a; Mat 26: 14-25

Menyerahkan Yesus

 

Kisah penderitaan Yesus semakin dipertegas Injil pada hari ini. Hal itu diungkapkan langsung oleh Yesus dalam perjamuan malam terakhir kepada Yudas Iskariot. Kata-kata Yesus kepada Yudas tampak sangat keras: "Engkau telah mengatakannya". Tampak bahwa Yesus tidak menginginkan sikap penghianatan itu, sebagaimana terungkap dalam kata-kata: "Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan". Walaupun demikian, Yudas tetap pada pendiriannya. Ia tetap menyerahkan Yesus.

Sikap-sikap penghianatan dalam beragam bentuk tampaknya sudah sering terjadi dalam karya penyelamatan dari Allah. Yesaya menegaskan peranannya sebagai pilihan Tuhan. Ia harus siap berhadapan dengan orang-orang yang menentang rencana Tuhan. Hanya karena penyertaan Tuhan maka dia sanggup menghadapi segala tantangan.

                Hidup harian kita adalah arena pembuktian iman kita kepada Tuhan. Di dalamnya kita dituntut untuk tampil sebagai pengikut Kristus. Akan tetapi, betapa kita kadang jatuh dalam aneka penghianatan berupa penyangkalan iman, jatuh dalam godaan dan dosa, yang membuat kita jauh dari kemuliaan Tuhan (CLG).

 

Pelita Hati: Hidup harian kita adalah arena pembuktian iman kita kepada Tuhan.

Renungan Harian: Selasa, 26 Maret 2013

Renungan Harian: Selasa, 26 Maret 2013

Yes 49: 1-6; Yoh 13:21-33.36-38

Memberikan Nyawa

 

Injil hari ini masih menceritakan saat Yesus dalam perjamuan yang berbeda yakni perjamuan istimewa bersama dengan murid-murid-Nya. Perjamuan itu diisi dengan penegasan akan kemuliaan yang akan diterima oleh Yesus melalui ketaatan-Nya untuk menjalankan perintah dan kehendak Allah. Ketaatan dan pemuliaan itu akan terwujud dalam peristiwa salib dan bangkit.

Ada dua dialog yang istimewa dalam peristiwa perjamuan itu, yakni dialog dengan Yudas Iskariot dan dengan Simon Petrus. Kepada Yudas, Yesus memberi perintah agar ia melakukan rencana pengkhianatannya segera.  Demikian akhirnya Yudas menyerahkan Yesus kepada orang Yahudi. Sementara kepada Petrus, Yesus menyatakan kemuliaan yang akan segera Ia tuju. Petrus pun hendak menikmati kemuliaan itu entah dengan cara memberikan nyawanya.

Yesus memberikan nyawa-Nya untuk menggenapi karya penyelamatan dari Allah sendiri. Hal itu pun sudah diungkapkan dalam pewartaan Yesaya: orang yang dipilih Tuhan sejak kandungan akan dipermuliakan di mata Tuhan. Melalui sabda Tuhan ini kita pun ditantang untuk melihat dan mengerti panggilan kita masing-masing. Meniru dan mengikuti Yesus menyerahkan nyawa adalah panggilan kita bersama yang dapat kita tunjukkan melalui pelayanan dan pengorbanan. Setiap hari kita dihadapkan dengan panggilan itu entah di tengah keluarga, di tempat kerja, atau di hadapan sesama kita (CLG).

 

Pelita Hati: Meniru dan mengikuti Yesus menyerahkan nyawa adalah panggilan kita bersama yang dapat kita   tunjukkan melalui pelayanan dan pengorbanan. 

Renungan Harian: Senin, 25 Maret 2013

Renungan Harian: Senin, 25 Maret  2013 - Pekan Suci

Yes 42:1-7; Yoh 12: 1-11 – HR Kabar Sukacita

 

Yesus Dalam Perjamuan

 

Perjamuan atau makan bersama adalah suatu ciri khas dalam pesta. Di sana kegembiraan ditunjukkan. Kata-kata syukur dan hadiah-hadiah sangat lazim ditampakkan untuk melengkapi kegembiraan pesta.

                Dalam Pekan Suci ini, Yesus ditampilkan hadir dalam perjamuan-perjamuan menjelang pesta Paska Yahudi. Perjamuan pertama yang dihadiri oleh Yesus diceritakan dalam Injil hari ini. Ia dijamu oleh Marta dan saudara-saudarinya di rumah mereka di Betania. Perjamuan itu disempurnakan oleh pemberian hadiah dari Maria saat mana ia meminyaki kaki Yesus dengan minyak narwastu yang mahal. Atas tindakan Maria tersebut, Yesus menyatakan kepada Yudas Iskariot peristiwa yang segera akan dijalani Yesus dengan kata-kata: "Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku".  Menurut tradisi Yahudi, pengolesan dengan minyak dibuat sebelum orang dimasukkan ke dalam kubur.

                Yesus sudah tahu apa yang akan terjadi pada diri-Nya. Dan, Ia harus menjalaninya untuk menggenapi kehendak Allah seperti juga sudah diwartakan oleh Yesaya. Roh Tuhan yang ada pada Yesus menugaskan Yesus untuk karya penyelamatan.

                Semoga kita juga menyediakan tempat di hati dan dalam hidup kita suatu tempat perjamuan dengan Yesus sendiri. Perbuatan baik dan iman kita kiranya menjadi hadiah yang harum bagi kemuliaan-Nya (CLG).

 

Pelita Hati: Perbuatan baik dan iman kita kiranya menjadi hadiah yang harum bagi kemuliaan-Nya

Rabu, 20 Maret 2013

Renungan Harian: Minggu, 24 Maret 2013

Renungan Harian: Minggu,  24 Maret  2013 – Minggu Palma: Mengenangkan Sengsara Tuhan

Luk 19:28-40 –di luar gereja- Yes 50:4-7; Flp 2:6-11; Luk 22:14 – 23:56

 

Kisah Keagungan dan Penderitaan Yesus

 

Pada hari Minggu ini kita merayakan dua tema yang berbeda dari hidup Yesus, yakni keagungan dan kemuliaan serta penderitaan Yesus sendiri. Tema pertama ditampilkan dengan mengenang perjalanan Yesus yang begitu meriah memasuki Yerusalem. Sorak-sorak dan nyanyian-nyanyian sahut-menyahut mengelu-elukan Sang Raja.

                Tema kedua, penderitaan, ditampilkan melalui tiga bacaan yang dibacakan di dalam gereja. Yesaya menceritakan penderitaan yang dia alami sebagai nabi. Ia harus menghadapi orang-orang yang memukul, menodai, dan meludahinya. Penderitaan itu dia tanggung terus karena Tuhan Allah selalu menolongnya.

Yesus, Anak Allah, mengalami penderitaan yang sangat tragis. Atas segala karya perutusan-Nya, Dia harus mati di salib. Segala ketakutan dan penolakan pemimpin-pemimpin agama Yahudi membuat Yesus mati di salib. Selanjutnya, justru dari peristiwa salib itu Yesus menunjukkan kemuliaan-Nya di hadapan segala bangsa. Oleh karena itu, Paulus (dalam bacaan II) mewartakan maksud kematian Yesus di salib, yaitu supaya dalam nama Yesus bertekuk-lututlah segala yang ada di langit, di atas bumi, dan di bawah bumi.

  Dua tema kehidupan Yesus itu kita alami juga dalam kehidupan kita. Marilah kita juga menjalaninya dengan cahaya hidup Yesus sendiri. Dan, semoga kita tidak menambah sengsara Yesus melalui cara hidup kita masing-masing (CLG).

 Pelita Hati: Semoga kita tidak menambah sengsara Yesus melalui cara hidup kita masing-masing

Renungan Harian: Sabtu, 23 Maret 2013

Renungan Harian: Sabtu, 23 Maret 2013

Yeh 37:21-28; Yoh 11:45-56

"Yesus akan Mati untuk Seluruh Bangsa"

 

Perjuangan dan karya-karya Yesus semakin mengalami penolakan dari pemimpin-pemimpin Yahudi. Mereka menolak Yesus karena ketakutan bahwa pengaruh Yesus semakin besar. Mereka membuat kesimpulan bahwa Yesus harus disingkirkan setelah mendengar kata-kata Kayafas: "… lebih berguna bagimu jika satu orang mati untuk bangsa kita daripada seluruh bangsa kita binasa". Dengan pernyataan ini, Yesus tampak akan dijadikan sebagai tumbal dan akan dibunuh demi maksud yang seolah-olah baik.

                Kata-kata Kayafas tadi ternyata suatu nubuat yang benar-benar terjadi dalam hidup Yesus. Kematian Yesus bukan hanya sebagai tumbal tetapi menggambarkan rencana penyelamatan dari Allah. Yesus mati bukan hanya untuk satu bangsa tetapi untuk seluruh bangsa. Dan, kematian-Nya membawa keselamatan kepada semua bangsa. Dengan kematian itu Yesus mengumpulkan dan mempersatukan semua anak-anak Allah yang tercerai-berai. Hal itu sejajar dengan nubuat Yehezkiel dalam bacaan I yang menyebut: "Aku akan mengumpul-kan mereka dari segala penjuru dan akan membawa mereka ke tanah mereka".

                 Kematian Yesus itu pun menjadi penuh makna bagi kita semua yang percaya. Dengan kematian Yesus membawa kehidupan baru. Maka, marilah memaknai hidup kita dalam kesatuan dengan hidup dan perjuangan Yesus (CLG).

 Pelita Hati: "Aku akan mengumpulkan mereka dari segala penjuru dan akan membawa mereka ke tanah mereka".

Renungan Harian: Jumat, 22 Maret 2013

Renungan Harian: Jumat, 22 Maret  2013

Yer 20:10-13; Yoh 10: 31-42

 "Percayalah akan Pekerjaan-pekerjaan itu"

 

Pekerjaan-pekerjaan Yesus ditunjukkan lewat pengajaran dan perbuatan nyata. Melalui pekerjaan-pekerjaan itu Ia hendak mengajari dan mempersiapkan orang untuk memahami iman yang benar kepada Allah dan kepada Yesus sendiri sebagai utusan Allah.

Injil hari ini menceritakan pengajaran panjang Yesus tersebut. Diskusi panjang antara Yesus dengan orang Yahudi masih berlanjut. Perbuatan baik Yesus disaksikan orang banyak sementara orang Yahudi bermaksud untuk membunuh-Nya. Maksud jahat orang Yahudi ini didasarkan pada pernyataan Yesus yang menyamakan diri-Nya dengan Allah walaupun Yesus sebenarnya menyebut diri-Nya sebagai anak Allah. Penolakan tersebut membuat Yesus memperluas daerah pewartaan-Nya hingga ke seberang Yordan. Di sana banyak orang percaya kepada-Nya.

"Percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu", kata Yesus kepada orang Yahudi. Dalam hidup kita pun Yesus melakukan pekerjaan-pekerjaan besar. Ia tidak pernah berhenti berkarya entah melalui alam semesta entah melalui orang di sekitar kita yang datang menyapa, menolong, dan mencintai kita. Apakah kita bisa melihat karya-karya Tuhan itu? Semoga kita pun turut melaksanakan karya-karya Tuhan (CLG).

 Pelita Hati: Dalam hidup kita pun Yesus melakukan pekerjaan-pekerjaan besar.

Renungan Harian: Kamis, 21 Maret 2013

Renungan Harian: Kamis, 21 Maret 2013

Kej 17:3-9; Yoh 8:51-59

Abraham dan Yesus

 

Bacaan-bacaan pada hari ini menampilkan dua tokoh besar dalam Kitab Suci untuk mengajari kita akan iman yang benar kepada Allah. Orang yang percaya akan melihat kesinambungan karya antara Abraham dan Yesus. Tetapi, orang yang tidak percaya terhadapnya akan menentangnya.

Orang Yahudi mengakui Abraham sebagai bapa mereka yang dipilih oleh Allah untuk mendasari perjanjian antara Allah dengan umat-Nya. Mereka pun mengakui hadiah dari Allah kepada Abraham berupa keturunan, tanah, dan berkat. Karena itu, orang Yahudi bangga karena mereka adalah keturunan Abraham. Sayang, kebanggaan ini tidak dipelihara melalui iman yang benar akan Allah dan akan isi Kitab Suci sendiri.

Yesus datang mengajari orang Yahudi untuk kembali kepada iman yang benar itu melalui Firman yang baru. Pengajaran itu mengakibatkan diskusi besar dan perdebatan karena orang Yahudi sudah sulit menerima ajaran baru apalagi karena Yesus menyebut bahwa Dia sudah melihat Abraham sebelum Abraham ada. Orang Yahudi menolak walaupun Yesus mengatakan kebenaran.

Dari pengajaran ini kita diajak untuk mengakui pribadi Yesus yang sudah ada dari semula dalam kesatuan dengan Allah. Hadiah dan berkat akan iman ini adalah bahwa Yesus akan melepaskan kita dari maut sampai selama-lamanya (CLG).

 

Pelita Hati: Hadiah dan berkat akan iman adalah bahwa Yesus akan melepaskan kita dari maut sampai selama-lamanya

Minggu, 17 Maret 2013

Renungan Harian: Rabu, 20 Maret 2013

Renungan Harian: Rabu, 20 Maret 2013

Dan 3:14-20.24-25.28; Yoh 8: 31-42

Firman Tuhan Memerdekakan

 

Injil hari ini menyadarkan kita akan kekuatan Firman Tuhan. Dengan jelas Yesus mengajak orang-orang di sekitar-Nya untuk tetap percaya pada firman-Nya dan menjadi murid-murid-Nya. Percaya pada Firman berarti percaya juga kepada Yesus sendiri dan kepada Allah. Orang yang percaya pada Firman itu akan hidup dalam kemerdekaan dan bebas dari kungkungan dosa yang mematikan.

Kekuatan Firman yang memerdekakan itu dikisahkan juga secara istimewa dalam bacaan I. Tiga orang pemuda (Sardakh, Mesakh, dan Abednego) yang penuh percaya pada Allah bebas dari kematian di dalam tanur api. Keteguhan iman mereka itu mengakibatkan Raja Nebukadnezar mengagumi dan memuji Allah yang menyelamatkan.

Kita juga menamai diri pengikut Yesus. Dalam banyak kesempatan kita disapa oleh Yesus melalui Firman-Nya. Menurut Yesus, mendengar Firman saja tidaklah cukup. Kita pun dituntut untuk mempercayai dan menghidupinya. Dengan demikian, kita sanggup melawan dosa yang setiap waktu juga hendak menjerumuskan dan mematikan iman kita (CLG).  

 

Pelita Hati: Orang yang percaya pada Firman akan hidup dalam kemerdekaan dan bebas dari kungkungan dosa yang mematikan.

Renungan Harian: Selasa, 19 Maret 2013

Renungan Harian: Selasa, 19 Maret 2013

2 Sam 7:4-5a.12-14.16; Rm 4:13.16-18.22; Mat 1:16.18-21.24a – HR Santo Yosef Suami Maria

 

Hati yang Tulus

 

Hari ini gereja kita merayakan Santo Yosef. Gereja mengenang dan merayakan kembali jasa-jasa St. Yosef dalam karya keselamatan, khususnya kerelaannya menemani dan mempersiapkan karya Yesus di dunia ini. Walaupun kisah hidup dan perbuatan besar St. Yosef tidak banyak terekam dalam Kitab Suci, tetapi gereja sangat yakin bahwa amatlah besar peranannya dalam karya keselamatan yang dibawa Yesus sendiri. Secara khusus, Paus Pius IX  menjadikan St. Yosef sebagai Pelindung Gereja Universal.

Kitab Suci melukiskan satu sifat utama St. Yosef, yaitu tulus hati. Kiranya sifat itulah yang dikehendaki Tuhan dari orang-orang pilihan-Nya. Allah memilih Abraham menjadi bapa orang beriman dan menjadi bapa banyak bangsa karena memiliki hati yang tulus. Allah memilih St. Yosef menjadi bapa bagi Yesus di dunia ini juga karena hatinya yang tulus.

Sifat tulus hati St. Yosef ini kiranya menjadi tiruan bagi kita semua. Ketulusan hati ini tentulah buah dari iman yang sungguh dalam. Semoga karena iman yang kita miliki, kita pun bisa dengan tulus hati menerima rencana Tuhan dalam diri kita masing-masing (CLG).

Pelita Hati: Ketulusan hati merupakan buah dari iman yang sungguh dalam.

Renungan Harian: Senin, 18 Maret 2013

Renungan Harian: Senin, 18 Maret  2013

Dan 13:1-9.15-17.19-30.33-62; Yoh 8: 1-11

 

"Jangan Berbuat Dosa Lagi"

 

Injil hari Minggu kemarin ditampilkan lagi pada hari ini. Hari ini kita hendak merenungkan secara khusus kata-kata Yesus kepada perempuan berdosa itu: "Pergilah, jangan berbuat dosa lagi".  Kata-kata Yesus ini pun tetap hidup sampai sekarang dan secara khusus disampaikan kepada kita masing-masing.

Perempuan itu pada akhirnya pastilah sangat beruntung karena dibawa oleh para ahli Taurat ke hadapan Yesus walaupun pada awalnya dia sangat ketakutan. Letak keuntungannya adalah dia memperoleh pembebasan dan penyadaran akan dosa-dosa yang telah dilakukannya. Ancaman kematian atas dosa-dosanya pastilah menyadarkan dirinya akan nilai kehidupan yang sangat dia dambakan. Yesus memberi kehidupan itu lagi yang kiranya membuat dirinya lebih mencintai kehidupan itu dengan cara hidup baru, yakni tidak berbuat dosa lagi.

Perintah Yesus di atas adalah menjadi jalan pelepasan baru juga bagi kita masing-masing. Secara khusus kita juga mengucapkannya ketika merayakan Sakramen Tobat: "dan tidak akan berbuat dosa lagi". Kiranya niat luhur itu memampukan kita tetap mendekatkan diri kita pada kekudusan Tuhan sendiri (CLG).

 Pelita Hati: "Pergilah, jangan berbuat dosa lagi"

Selasa, 12 Maret 2013

Renungan Harian: Minggu, 17 Maret 2013

Renungan Harian: Minggu, 17 Maret 2013

Yes 43: 16-21; Fil 3: 8-14; Yoh 8: 1-11 – Prapaskah V

 

Koreksi Diri Sendiri

  "Medice cura te ipsum", kata pepatah Latin yang artinya: "Hai tabib, rawatlah dirimu sendiri". Pepatah ini tampak sebagai teguran keras yang mengajak setiap orang untuk pertama-tama mengoreksi, menasihati, dan menjaga diri sendiri dari segala kekurangan, baru sesudahnya mengoreksi dan menasihati orang lain. Kata lain untuk merumuskan maksud pepatah ini adalah pentingnya refleksi diri sendiri.

Anjuran untuk mengoreksi atau refleksi diri ini dengan jelas dikatakan oleh Yesus dalam Injil hari ini. Yesus dengan tegas menegur dan menyadarkan ahli-ahli Taurat akan sikap mereka yang mau menghakimi seorang perempuan yang kedapatan berzinah. Yesus menanggapi pertanyaan mereka dengan berkata: "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu". Kata-kata ini merupakan tamparan keras bagi para ahli-ahli Taurat, sehingga mereka pergi satu per satu karena menyadari mereka pun orang berdosa.

Kita pun sering seperti ahli-ahli Taurat dengan pertama-tama melihat dosa-dosa orang lain dan menganggap diri kita paling benar. Kata-kata Yesus tersebut kiranya pertama-tama kita renungkan agar kita dapat mengoreksi diri sendiri lebih dahulu. Marilah menyadari dosa-dosa dan kesalahan kita dengan pertobatan yang dikehendaki oleh Tuhan sendiri. Itulah jalan yang diinginkan Tuhan untuk kita lalui bersama (CLG).

 Pelita Hati: Marilah menyadari dosa-dosa dan kesalahan kita dengan pertobatan yang dikehendaki oleh Tuhan

Renungan Harian: Sabtu, 16 Maret 2013

Renungan Harian: Sabtu, 16 Maret 2013

Yer 11: 18-20; Yoh 7: 40-53

Pertentangan karena Yesus

 Pertentangan-pertentangan dan diskusi-diskusi mengenai Yesus menjadi hal yang biasa terjadi pada masa Yesus. Hal-hal itu timbul setelah melihat atau mendengar segala pekerjaan Yesus. Ada menanggapi secara positif yakni orang-orang yang percaya; tetapi  ada juga yang menanggapi secara negatif, menentang khususnya orang-orang Farisi.

Injil hari ini melukiskan suatu diskusi dan pertentangan di antara orang-orang Farisi seputar pribadi Yesus. Orang banyak mengakui Yesus benar-benar sebagai nabi yang akan datang dan sebagai Mesias. Pengakuan ini membuat orang-orang Farisi berdiskusi dan mau menguji kebenaran Kitab Suci. Mereka memberi kesimpulan bahwa Yesus bukan nabi, karena tidak ada nabi yang datang dari Galilea. Mereka merencanakan penangkapan tetapi tidak jadi karena tidak ada yang berani menyentuh-Nya dan adanya pemikiran dari Nikodemus.

Pertentangan dan diskusi tentang Yesus masih sering terjadi hingga sekarang. Kita sendiri pun kadang-kadang mengalaminya. Iman kita yang sangat rapuh kerap meragu-ragukan karya dan peranan Yesus sendiri sebagai penyelamat dalam hidup kita. Semoga iman kita yang lemah itu dapat bertumbuh agar kita pun semakin kuat dalam percaya. Dan karenanya, kita pun akan kuat untuk menghadapi segala tantangan iman kita (CLG).   

 Pelita Hati: Semoga iman kita yang lemah itu dapat bertumbuh agar kita semakin kuat dalam percaya.

Renungan Harian: Jumat, 15 Maret 2013

Renungan Harian: Jumat, 15 Maret 2013

Keb 2: 1a.12-22; Yoh 7: 1-2.10.25-30

 

Keberanian Sang Utusan

 

"Berani karena benar, takut karena salah", demikian ungkapan pepatah yang sering kita dengar. Pepatah ini pun kiranya kerap kita alami sendiri. Ketika yakin dan benar kita akan berani untuk bertindak; sementara ketika salah, kita akan takut untuk melangkah maju. Akan tetapi, kebiasaan umum ini tidak otomatis berjalan demikian. Situasi nyata akan sangat mempengaruhi apakah kita akan tetap berani walaupun dalam situasi benar.

Bacaan I hari ini mengisahkan adanya niat jahat dari pihak tertentu untuk menjerumuskan orang-orang yang hidup dalam kebenaran dan kehendak Allah. Niat-niat negatif seperti ini juga terkadang kita hadapi sehingga iman kita tidak berkembang. Di pihak lain, boleh jadi kita sendiri pun memiliki niat negatif yang mengakibatkan orang lain tidak berkembang dalam iman dan dalam perbuatan baik.

Yesus, dalam Injil, menunjukkan sikap utusan sejati. Dia tidak pernah takut menghadapi segala rintangan. Kebenaran yang dimiliki-Nya membuat Dia selalu tampil berani di setiap waktu dan di setiap tempat, bahkan pada saat ancaman maut sudah dekat. Yesus tetap berani menampilkan dan mewartakan bahwa Dia adalah utusan dari Allah Bapa. Apakah kita juga berani memberi kesaksian dan berani menjadi utusan yang dapat diandalkan? (CLG) 

 

Pelita Hati: "Berani karena benar, takut karena salah"

Renungan Harian: Kamis, 14 Maret 2013

Renungan Harian: Kamis, 14 Maret 2013

Kel 32: 7-14; Yoh 5: 31-47

Mengakui Karya Yesus

 

Pengakuan akan hasil karya seseorang semakin penting dalam dunia sekarang. Proses hukum pun kadang-kadang harus ditempuh untuk menghindari manipulasi keaslian karya cipta. Untuk itu, perlu bukti-bukti dan kesaksian-kesaksian pendukung yang original.

Kehadiran Yesus di dunia sungguh-sungguh mau menampilkan rencana dan pekerjaan Allah. Untuk mewujudkannya, Yesus melakukan karya dan pekerjaan yang begitu hebat. Akan tetapi, hal-hal tersebut tidak gampang diterima oleh banyak orang. Banyak orang masih menuntut bukti-bukti atau saksi-saksi yang nyata, padahal Yesus sendiri sudah menunjukkannya dengan sangat nyata. Bukti yang lain, tentu saja ada dalam Kitab Suci sejak kisah Musa.

Atas kekurangpercayaan dan ketidakmauan menerima karya Allah tersebut, Yesus memberi teguran yang tegas. Yesus mau menyadarkan orang yang tak percaya itu agar pertama-tama mengakui isi Kitab Suci, karena Yesus hadir untuk menggenapi isi Kitab Suci. Menurut Yesus, orang yang mengimani isi Kitab Suci juga akan mengimani karya-karya Allah dalam diri utusan-Nya, seperti Musa (dalam bacaan I) dan terutama Yesus sendiri. Semoga kita semakin menghargai karya Allah dalam kehidupan kita setiap hari (CLG).

 

Pelita Hati: Orang yang mengimani isi Kitab Suci juga akan mengimani karya-karya Allah dalam diri utusan-Nya.

Renungan Harian: Rabu, 13 Maret 2013

Renungan Harian: Rabu, 13 Maret 2013

Yes 49: 8-15; Yoh 5: 17-30

 

Menerima Perkataan Yesus

 

Pribadi orang yang berbicara atau jabatan seringkali sangat berpengaruh bagi orang-orang yang mendengarnya. Ceramah dari seorang bupati akan sangat berbeda bagi masyarakat dibanding ceramah dari kepala desa. Demikian juga, katekese dari Pastor akan sangat gampang diterima umat dibanding katekese dari seorang pengurus gereja, walaupun isi katekesenya kurang-lebih sama.

Mentalitas umum seperti itu terjadi juga dalam kehidupan masyarakat pada masa Yesus. Untuk itu, Yesus memulai karya-Nya dengan bobot istimewa agar para pendengar-Nya bisa menerima dengan sungguh-sungguh. Beberapa cara ditempuh oleh Yesus terutama lewat mukjizat-mukjizat dan perkataan-perkataan penuh makna. Dengan hal-hal itu, Yesus menunjukkan siapa diri-Nya dan apa tugas-Nya: utusan Allah. Peranan tersebut dengan tegas dikatakan oleh Yesus sendiri: "Sungguh, barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup kekal…".

 Setiap hari Yesus masih berbicara kepada kita. Itu dengan nyata kita rayakan dalam perayaan iman kita di gereja dan di lingkungan. Pun, Dia datang menyapa kita di rumah kita masing-masing. Sapaan-sapaan itu menunjukkan betapa Allah tidak akan melupakan umat-Nya seperti dikatakan juga dalam bacaan I hari ini: "Aku tidak akan melupakan engkau". Maka, marilah semakin mencintai dan menghidupi Sabda Tuhan dalam perjalanan hidup kita (CLG).

 

Pelita Hati: Marilah semakin mencintai dan menghidupi Sabda Tuhan dalam perjalanan hidup kita

Minggu, 10 Maret 2013

Renungan Harian: Selasa, 12 Maret 2013

Renungan Harian: Selasa, 12 Maret 2013

Yeh 47:1-9.12; Yoh 5:1-16

Mukjizat Penyembuhan

 

Beberapa kali pernah terjadi bahwa ada kelompok-kelompok tertentu membuat iklan: "Hadirilah beramai-ramai ibadat rohani dan mukjizat penyembuhan". Diceritakan kemudian bahwa dalam peristiwa itu ada orang sakit yang disembuhkan. Dalam kisah lain, kita mungkin pernah mendengar bahwa ada orang yang kemudian sembuh ketika pergi ke tempat ziarah rohani tertentu. Bagaimana itu terjadi? Jawaban ringkas adalah Tuhan memberi mukjizat-Nya bagi orang yang percaya.

Dalam Injil, Yesus menunjukkan sekali lagi mukjizat besar di hadapan banyak orang. Ia dengan penuh kasih menyembuhkan orang yang sudah 38 tahun sakit. Penyembuhan itu terjadi melalui kuasa Yesus yang datang menyapa dan jawaban tulus si sakit yang penuh harap dan percaya. Penyembuhan itu kemudian membawa kehidupan baru bagi si sakit, yang selanjutnya tampil memberi kesaksian tentang Yesus Sang Penyembuh bagi dirinya.

Kehadiran Yesus ini bisa dihubungkan dengan kesaksian nabi Yehezkiel dalam bacaan I. Di sana digambarkan bahwa dari dalam Bait Suci mengalir air ke berbagai penjuru dan membawa kehidupan bagi sekitarnya. Demikian pun Yesus mengalirkan kehidupan bagi siapa pun dan di mana pun. Semoga kita pun memperoleh penyembuhan dan kehidupan dari Tuhan sendiri. Untuk itu, kita perlu percaya dan berubah lewat pertobatan (CLG).

 

Pelita Hati: Yesus mengalirkan kehidupan bagi siapa pun dan di mana pun

Renungan Harian: Senin, 11 Maret 2013

Renungan Harian: Senin, 11 Maret 2013

Yes 65:17-21; Yoh 4:43-54

Melihat Mukjizat Tuhan

Seorang bapa rohani menggambarkan dua sikap manusia berhadapan dengan mukjizat. Sikap pertama adalah mereka yang sama sekali tidak percaya tentang adanya mukjizat. Sikap kedua adalah mereka yang mengakui bahwa semua yang dialami di dunia ini merupakan mukjizat dari Tuhan.

Sabda Tuhan hari ini mengajak kita mau melihat mukjizat Tuhan itu ada setiap waktu dan mengarahkan kita untuk mempercayainya. Dalam bacaan I disinggung bahwa Allah telah menunjukkan mukjizat besar dalam kisah penciptaan. Peristiwa itu masih berlanjut terus ketika Allah menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru bagi orang-orang yang percaya, sehingga mereka memiliki hidup yang baru, kegembiraan yang baru, dan umur yang selalu baru.

Dalam Injil, Yesus pun melakukan mukjizat besar yang mampu membuat orang lain melihat karya agung Allah, yakni dengan menghidupkan seorang anak. Permintaan penuh percaya dari si bapa mendapat jawaban kasih dari Yesus sendiri. Mukjizat besar ini membuat mereka yang melihat dan mendengar semakin percaya akan kuasa Allah.

Kita pun diajak untuk menyadari dan mengakui betapa Allah selalu melakukan mukjizat-mukjizat dalam hidup kita sehari-hari. Semoga kita sanggup melihat dan memahaminya (CLG).  

 

Pelita Hati: Mukjizat merupakan bukti dari kuasa Allah yang nyata.

Selasa, 05 Maret 2013

Renungan Harian: Minggu, 10 Maret 2013

Renungan Harian: Minggu, 10 Maret 2013

Yos 5:9a.10-12; 2 Kor 5:17-21; Luk 15:1-3.11-32 – Prapaskah IV

 

Merasakan Belas kasih Tuhan

 

Pengakuan akan belas kasih Tuhan sering kali sangat didasari oleh pengalaman hidup manusia. Orang yang mengalami banyak kesusahan biasanya melihat Tuhan itu jauh dan tidak menolong; sementara orang yang hidup bahagia akan melihat dan merasakan Tuhan itu dekat, penuh perhatian, dan berbelas kasih.

Sabda Tuhan pada hari ini mengetengahkan betapa Tuhan itu sungguh berbelas kasih dan mencintai umat-Nya. Bacaan I menceritakan bagaimana Tuhan memelihara umat-Nya untuk tetap dapat hidup dan bahagia. Tuhan menuntun umat-Nya menuju tanah terjanji dan memberi mereka makan manna di padang gurun dan kemudian menyuapi mereka dengan hasil bumi di tanah Kanaan. Demikian Tuhan menunjukkan belas kasih-Nya serta menghapuskan dan membebaskan umat-Nya dari segala cela dan derita di Mesir.

Dalam Injil, kisah belas kasih Tuhan itu ditampilkan dengan sangat istimewa. Yesus menunjukkan belas kasih Allah itu dengan perumpamaan yang mudah kita pahami, yakni kisah tentang anak sulung dan anak bungsu. Yesus menggambarkan belas kasih Allah itu dalam diri seorang bapa yang baik hati yang mencintai kedua anaknya dengan sungguh-sungguh, entah bagaimana pun cara hidupnya.

Sabda Tuhan ini mengajak kita untuk menata kembali pandangan dan relasi kita kepada Tuhan sendiri. Untuk itu, kita pun ditantang untuk merefleksikan hidup rohani kita agar kita pada akhirnya dapat menjadi ciptaan baru sebagaimana dinasihatkan oleh Paulus dalam bacaan II. Jalan menuju ke sana adalah bertobat, berdamai kembali dengan Tuhan (CLG).

    

Pelita Hati: Tuhan itu sungguh berbelas kasih dan mencintai umat-Nya