Senin, 30 Januari 2012

RENUNGAN HARIAN: Sabtu, 4 Februari 2012


RENUNGAN HARIAN: Sabtu, 4 Februari 2012
Mrk 6:30-34
Yesus mengutus murid-murid-Nya mewartakan Injil. Setelah menunaikan tugas itu mereka kembali berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan kepada-Nya semua yang mereka kerjakan dan ajarkan. Lalu Yesus berkata kepada mereka, “ Marilah kita pergi ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah sejenak!” Memang begitu banyaknya orang yang datang dan pergi, sehingga makan pun mereka tidak sempat.
Maka pergilah mereka mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi. Tetapi pada waktu mereka bertolak banyak orang melihat, dan mereka mengetahui tujuannya. Dengan mengambil jalan darat segeralah datang orang dari semua kota ke tempat itu dan mereka malah mendahului Yesus. Ketika mendarat, Yesus melihat jumlah orang yang begitu banyak.
Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Yesus mengajarkan banyak hal kepada mereka.

PEDULI PADA SEMUA ORANG
Ketika seseorang sukses menyelesaikan suatu pekerjaan maka hatinya akan dipenuhi oleh sukacita. Demikian pula pengalaman para murid Yesus ketika mereka kembali dari medan tugas yang dipercayakan kepada mereka. Pada saat mereka kembali, Yesus pun mengundang mereka untuk menyingkir ke suatu tempat yang sunyi untuk merefleksikan kembali pengalaman mereka masing-masing. Dalam hal ini Yesus mau mengajarkan kepada mereka akan pentingnya membagi waktu untuk menimba kekuatan dari Tuhan sehingga mereka mampu melawan setiap godaan yang datang.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak pernah lepas dari godaan yang menyesatkan. Untuk mengatasi godaan itu, kita harus menimba kekuatan dari Allah lewat relasi pribadi kita dengan Tuhan. Hendaknya kita mampu membagi waktu kita untuk menimba kekuatan dari Allah agar kita mampu melawan setiap godaan yang datang. Kekuatan yang kita peroleh dari Tuhan akan memampukan kita untuk melihat sesama yang membutuhkan bantuan kita. Di sinilah kita dituntut untuk memiliki hati seperti Yesus sehingga kita mampu membantu semua orang yang membutuhkan pertolongan. Kita semua diundang untuk peduli terhadap sesama kita (FP).

Pelita Hati: “Setiap orang diundang Tuhan untuk peduli terhadap sesama sesuai keadaan kita”.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

RENUNGAN HARIAN: Jumat, 3 Februari 2012


RENUNGAN HARIAN: Jumat, 3 Februari 2012
Mrk 6:14-29
Pada waktu itu Raja Herodes mendengar tentang Yesus, sebab nama-Nya memang sudah terkenal, dan orang mengatakan, “Yohanes Pembaptis sudah bangkit dari antara orang mati, dan itulah sebabnya kuasa-kuasa itu bekerja di dalam Dia.” Yang lain mengatakan, “Dia itu Elia!” Yang lain mengatakan, “Dia itu seorang nabi sama seperti nabi-nabi yang dahulu.” Waktu Herodes mendengar hal itu, ia berkata, “Bukan, dia itu Yohanes yang sudah kupenggal kepalanya, dan kini bangkit lagi.”
Memang Herodeslah yang menyuruh orang menangkap Yohanes dan membelenggunya di penjara berhubung dengan peristiwa Herodias, isteri Filipus saudaranya, karena Herodes telah mengambilnya sebagai isteri. Karena Yohanes pernah menegur Herodes, “Tidak halal engkau mengambil isteri saudaramu!” Karena kata-kata itu Herodes menaruh dendam pada Yohanes dan bermaksud membunuh dia, tetapi tidak dapat, sebab Herodes segan akan Yohanes karena ia tahu, bahwa Yohanes adalah orang yang benar dan suci ; jadi ia melindunginya. Tetapi setiap kali mendengar Yohanes, hati Herodes selalu terombang-ambing; namun ia merasa senang juga mendengarkan dia. Akhirnya tiba juga kesempatan yang baik bagi Herodias, ketika Herodes – pada hari ulang tahunnya- mengadakan perjamuan untuk para pembesar, para perwira dan orang-orang terkemuka di Galilea. Pada waktu itu puteri Herodias tampil lalu menari, dan ia menyukakan hati Herodes serta tamu-tamunya.
Maka Raja berkata kepada gadis itu,  “Mintalah daripadaku apa saja ...

MENGANDALKAN TUHAN DALAM KEHIDUPAN
Setiap orang pasti pernah mengalami ketakutan akan dosa yang dilakukannya. Namun, tidak demikian dengan Raja Herodes. Raja Herodes adalah orang yang kaya raya, tetapi tidak memiliki hati untuk berdamai dengan Allah sehingga ia tidak bisa melepaskan diri dari dosanya. Kita tahu bahwa dalam Gereja Katolik rahmat pengampunan dari Allah selalu diberikan kepada mereka yang mau mengakui dosanya.
Pengampunan bukan hanya untuk melepaskan kita dari dosa, tetapi di dalamnya kita berusaha untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah, yakni untuk menjadi kudus. Cinta yang dianugerahkan Allah kepada kita, memampukan kita untuk melawan dosa yang selalu menggoda kita. Yang menjadi bahan permenungan bagi kita adalah apakah kita selalu mengandalkan Allah dalam menolak setiap godaan yang datang?
Sadar atau tidak dalam hidup sehari-hari kita sering  menomorduakan Allah. Kita tidak mengandalkan Allah sehingga kita semakin menderita. Kita semakin jauh dari Allah dan tidak mampu mengandalkan-Nya. Padahal Allah mahapengampun apabila kita datang mohon ampun atas kesalahan kita. Kiranya, mulai saat ini kita selalu mengandalkan Allah dalam menolak setiap godaan yang datang pada kita. Semoga! (FP).

Pelita Hati: “Allah selalu membuka pintu tobat untuk orang yang mau mengakui dosa dan kesalahannya”.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

RENUNGAN HARIAN: Kamis, 2 Februari 2012


RENUNGAN HARIAN: Kamis, 2 Februari 2012
Luk 2:22-40
Ketika genap waktu pentahiran menurut hukum Taurat Musa, Maria dan Yusuf membawa Anak Yesus ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan, “Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah.” Juga mereka datang untuk mempersembahkan kurban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung merpati. Waktu itu adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh hidupnya, yang menantikan penghiburan bagi Israel; Roh Kudus ada di atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. Atas dorongan Roh Kudus, Simeon datang ke Bait Allah. Ketika Anak Yesus dibawa masuk oleh orangtua-Nya, untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, Simeon menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya, “Sekarang Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, ....

PERSEMBAHAN YANG MENYELAMATKAN
Semua orang Kristen dipanggil untuk menjadi orang yang baik dan benar. Sifat yang baik dapat kita tunjukkan dalam hidup harian kita apakah dalam pergaulan, dalam pekerjaan, maupun dalam hidup bersama. Lewat tindakan yang baik itu pula kita mampu membahagiakan dan menyelamatkan orang lain, misalnya membantu sesama yang sedang membutuhkan bantuan.
Janji dan dasar sebagai orang katolik yang telah dibaptis adalah senantiasa mengabdi Tuhan dan menolak godaan. Orang yang berlaku baik dan benar mendatangkan kebahagiaan bagi Tuhan dan sesama. Dalam hidup sehari-hari, baik itu di tengah keluarga maupun di tengah masyarakat sering kita dihadapkan dengan berbagai macam godaan. Dalam mengatasi godaan atau tantangan yang kita hadapi; kita harus mampu mempersembahkan diri kepada Tuhan secara total seperti Maria dan Yosef yang mempersembahkan diri mereka sampai akhirnya mereka mempersembahkan Yesus Kristus sesuai dengan hukum Taurat. Peristiwa persembahan Yesus di Kenisah bukanlah hal biasa yang terjadi atas semua anak sulung Israel. Peristiwa Yesus dipersembahkan di Kenisah adalah peristiwa keselamatan karena terjadi atas Pribadi Putera Allah sendiri yang akan menentukan sejarah keselamatan dunia.
Apakah kita telah mempersembahkan diri kita pada Yesus? Banyak cara yang dapat kita lakukan untuk mempersembahkan diri kepada Yesus. Salah satu cara itu seperti berbuat baik dengan saling berbagi dengan orang yang menderita. Misalnya memberi sumbangan pada orang yang terkena gempa bumi, pengemis, orang cacat dan sebagainya (FP).

Pelita Hati: “Persembahan yang menyelamatkan merupakan perbuatan baik terhadap sesama khususnya mereka yang menderita”

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

RENUNGAN HARIAN: Rabu, 1 Februari 2012


RENUNGAN HARIAN: Rabu, 1 Februari 2012
Mrk 6:1-6
Pada suatu ketika, Yesus tiba kembali di tempat asal-Nya, sedang murid-murid-Nya mengikuti Dia. Pada hari Sabat Yesus mengajar di rumah ibadat, dan jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia. Mereka berkata, “Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mukjizat-mukjizat yang demikian, bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya? Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria? Bukankah Ia saudara Yakobus, Yoses, Yudas, dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?” Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka, “Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumah-nya.” Maka Yesus tidak mengadakan satu mukjizat pun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka. Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka. Lalu Yesus berjalan keliling dari desa ke desa sambil mengajar.

JANGAN MENILAI SESEORANG DARI LUARNYA
Menjadi pemimpin yang mau mengalami ketidakadilan pada zaman sekarang merupakan suatu hal yang sulit kita jumpai. Gaya kepemimpinan dunia ini memang sangat bertolak belakang dengan gaya kepemimpinan Kristiani dalam terang Injil. Dalam terang Injil, menjadi pengikut Kristus harus berani ditolak, dicurigai, dan diremehkan oleh orang sekitar kita. Hal inilah yang dialami oleh Yesus.
Untuk menjadi pewarta yang siap ditolak, terlebih dahulu kita harus menyadari kelemahan yang ada dalam diri kita. Karena dengan menyadari semuanya itu kita mampu menampakkan sikap kerendahan hati kepada orang lain baik itu lewat pewartaan maupun lewat tindakan sebagaimana yang diajarkan oleh Yesus Kristus. Yesus juga menjadi pemimpin dan raja orang Yahudi yang mengalami tantangan. Dia mewartakan Kerajaan Allah baik melalui kata-kata maupun perbuatan-Nya, tetapi Ia tetap ditolak sampai akhirnya dibunuh oleh bangsa-Nya sendiri.
Maka menjadi pemimpin Kristiani harus siap menderita, ditolak, dilecehkan demi untuk menyelamatkan orang lain. Yang menjadi pertanyaan adalah sanggupkah kita menjalaninya? Jika tidak maka kekristenan kita masih diragukan. Hal itu karena kita semua merupakan pemimpin, dalam keluarga dan diri kita (FP).

Pelita Hati: “Pemimpin yang baik harus merasakan penderitaan orang yang dipimpinnya.”

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Sabtu, 28 Januari 2012

IMAN YANG MENYELAMATKAN (Mrk 5:21-43)

RENUNGAN HARIAN: Selasa, 31 Januari 2012

Mrk 5:21-43

Sekali peristiwa, setelah Yesus menyeberang dengan perahu, datanglah orang banyak berbondong-bondong lalu mengerumuni Dia. Ketika itu Yesus masih berada di tepi danau. Maka datanglah seorang kepala rumah ibadat yang bernama Yairus di depan kaki-Nya dengan sangat ia memohon kepada-Nya. "Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati. Datanglah kiranya, dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup." Lalu pergilah Yesus dengan orang itu. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia dan berdesak-desakan di dekat-Nya. Adalah di situ seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan. Ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib, sampai habislah semua yang ada padanya; namun sama sekali tidak ada faedahnya, malahan sebaliknya: keadaannya makin memburuk. Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus. Maka di tengah-tengah orang banyak itu ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jubah-Nya. Sebab katanya," Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh." Sungguh, seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa badannya sudah sembuh dari penyakit itu. Pada ketika itu Yesus mengetahui bahwa ada tenaga yang keluar ...

 

IMAN YANG MENYELAMATKAN

Percaya, itulah yang utama. Kalau kita percaya pada sesuatu pasti kita menjalankannya. Entah apa pun itu. Dalam segala hal di tengah kehidupan ini dibutuhkan kepercayaan. Jika kita berjalan malam dengan mengendarai sepeda motor atau mengemudikan mobil, banyak jurang yang kita lewati. Tetapi karena kita percaya bahwa kita pasti selamat maka kita berani melaluinya. Demikian pula ketika kita jalan malam sendirian kita percaya bahwa Tuhan akan menyertai kita sehingga kita selamat barulah kita melakukannya. Jadi, kepercayaan itulah yang membebaskan dan menyelamatkan kita.

Dalam Injil hari ini ada dua peristiwa penyelamatan yang terjadi. Peristiwa pertama, yakni penyembuhan wanita sakit pendarahan dan peristiwa kedua adalah menghidupkan anak Yairus.  Kedua keajaiban ini mempunyai maksud yang sama, yakni bahwa dengan  iman kita diselamatkan. Padahal mereka telah melakukan segala daya upaya dalam hal-hal yang insani untuk memperoleh penyembuhan tetapi hasilnya tidak ada. Kehadiran Yesus sungguh-sungguh membawa perubahan dan keselamatan. Dalam keadaan yang tak terduga keselamatan itu datang di tengah-tengah mereka. Mengapa mereka bisa selamat? Karena mereka beriman bahwa dengan campur tangan Yesus semua derita dan penyakit akan disembuhkan. Hal ini sangat jelas dikatakan oleh Yesus: "Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!" (FP).

 

Pelita Hati: "Dengan iman, tiada penyakit yang tak bisa disembuhkan oleh Yesus"

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

DIRIKU UNTUK SEMUA ORANG (Mrk 5:1-20)

RENUNGAN HARIAN: Senin, 30 Januari 2012

Mrk 5:1-20

Sekali peristiwa, sampailah Yesus dan murid-murid-Nya di seberang danau Galilea, di daerah orang Gerasa. Baru saja Yesus turun dari perahu, datanglah kepada-Nya seorang yang kerasukan roh jahat dari pekuburan. Orang itu diam di sana dan tidak ada lagi yang sanggup mengikatnya, dengan rantai sekalipun! Sudah sering ia dibelenggu dan dirantai, tetapi rantai itu diputuskannya dan belenggu itu dimusnahkannya, sehingga tidak ada seorang pun yang cukup kuat untuk menjinakkannya. Siang malam ia berkeliaran di pekuburan dan di bukit-bukit sambil berteriak-teriak dan memukuli diri dengan batu. Ketika melihat Yesus dari jauh, berlarilah ia mendapatkan-Nya. Ia lalu menyembah-Nya, dan dengan keras ia berteriak, "Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus, Anak Allah Yang Maha Tinggi? Demi Allah, jangan siksa aku!" Kemudian Yesus bertanya kepada orang itu, "Siapa namamu?" Jawabnya, "Namaku Legion, karena kami banyak." Ia memohon dengan sangat supaya Yesus jangan mengusir roh-roh itu keluar dari daerah itu. Adalah di sana, di lereng bukit, sekawanan babi...

 

DIRIKU UNTUK SEMUA ORANG

Tugas Yesus adalah membebaskan mereka yang berada dalam penderitaan tanpa terkecuali. Perhatian Yesus tak luput pada masyarakat Gerasa di Israel. Gerasa bagi orang  Israel merupakan salah satu tempat yang kafir. Di daerah itu penduduk masih tinggal di gua-gua, pemakaman, dan tempat-tempat yang asing seperti babi. Pemikiran orang Israel di sini  pun masih sangat primitif. Yesus tidak menerima pikiran seperti itu sehingga Ia memberantas pemikiran mereka. Yesus mau agar orang-orang yang yang kafir itu juga menerima kedatangan-Nya. 

Kehadiran Yesus di tempat itu membuat roh roh jahat merasa terganggu. Yesus yang penuh kuasa menyuruh roh jahat itu terdiam. Roh-roh jahat itu tidak mampu melawan kuasa Yesus, sehingga roh jahat itu sendiri meminta pertolongan dari-Nya agar orang yang dipenuhi roh jahat itu bebas. Yesus pun mengusirnya dan sungguh luar biasa roh jahat itu tunduk kepada-Nya sehingga mereka semua selamat.  Orang yang tadinya keranjingan roh jahat kini telah dibebaskan, dan mau mengikuti Yesus. Yesus mau agar mereka semua memberitakan kepada orang segala sesuatu yang terjadi.

Kita juga dalam hidup harian kita tidak luput dari roh-roh jahat ini. Roh-roh jahat ini sering menggoda kita untuk menentang pengajaran Yesus. Akibatnya kita memilih-milih orang yang cocok dan sesuai untuk kita. Hal ini bertentangan dengan pengajaran Yesus. Tiada orang  yang ditolak oleh Yesus. Kedatangan-Nya untuk semua orang yang mau membuka diri dan berharap pada-Nya. Diri-KU untuk semua orang (FP).

 

Pelita Hati: "Kedatangan Yesus untuk semua orang yang mau membuka diri dan berharap pada-Nya."

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Ajarannya Baru Dan Kuasanya Luar Biasa (Mrk 1:21-28)


RENUNGAN HARIAN: Minggu, 29 Januari 2012
Mrk 1:21-28
Pada awal karya-Nya Yesus beserta murid-murid-Nya tiba di Kapernaum. Setelah hari Sabat dimulai, Yesus masuk ke dalam rumah ibadat dan mengajar. Orang-orang takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat. Pada waktu itu, di dalam rumah ibadat itu ada seorang yang kerasukan roh jahat. Orang itu berteriak, “Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret? Engkau datang untuk membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau, yakni yang Kudus dari Allah!” Tetapi Yesus menghardiknya, kata-Nya, “Diam, keluarlah dari padanya!” Roh jahat itu menggoncang-goncang orang itu, dan sambil menjerit dengan suara yang nyaring ia keluar dari padanya. Mereka semua takjub, ....

Ajarannya Baru Dan Kuasanya Luar Biasa
Roh jahat ada di mana-mana. Terlebih saat-saat kita bersama dengan Tuhan. Itulah yang terjadi ketika Yesus bersama dengan murid-murid-Nya mengajar di rumah  ibadat di Kapernaum.  Namun, sungguh menakjubkan pada saat itu, Yesus mengajar dengan penuh kuasa dan wibawa. Semua orang takjub mendengar pengajaran-Nya karena Dia mengajar  tidak seperti biasanya. Pada waktu Dia mengajar, ternyata ada orang yang kerasukan roh jahat mendengar pengajaran-Nya. Orang yang dipenuhi roh jahat itu pun tidak senang dan tidak menerima pengajaran Yesus. Ia pun meronta dan menentang Yesus dengan berkata: “Apa urusan-Mu dengan kami hai Yesus orang Nazaret?” Tindakannya itu membuat orang di dalam bait Allah  menjadi terdiam. Yesus yang penuh kuasa itu tahu bahwa yang berbicara kepada-Nya adalah roh jahat yang ada dalam diri orang tersebut. Yesus pun membentak roh jahat itu supaya diam dan keluar dari orang itu. Roh jahat itu pun tak mampu melawan kuasa Yesus. Peristiwa ini membuat orang di sekitarnya takjub dan terpaku, karena mereka belum pernah mengalami hal yang dilakukan oleh Yesus.
Kita pun sering berjumpa dengan roh-roh jahat, yang membuat kita semakin jauh dari Tuhan. Hal itu terjadi karena kita tak mampu mengusir dan melawannya.  Begitu banyak roh jahat yang membuat kita menderita, sehingga pertanyaan untuk kita, sanggupkah kita  mengusirnya? Kita harus akui kita tidak sanggup. Namun, Yesus telah memanggil kita untuk mengikuti Dia dan meneruskan karya-Nya. Kita harus bersandar pada Dia agar Roh-Nya menguasai kita. Kita memohon kekuatan dari-Nya karena bersama dengan Yesus segala kekuatan jahat untuk manusia ciptaan-Nya akan dikalahkan oleh Roh-Nya (FP).

Pelita Hati: “Tiada kekuatan yang sanggup mengalahkan kekuatan Yesus sehingga kita tidak perlu takut.”

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Jumat, 27 Januari 2012

Bersama Yesus Kita Selamat (Mrk 4:35-41)

RENUNGAN HARIAN: Sabtu, 28 Januari 2012
Mrk 4:35-41
Pada suatu hari, ketika hari sudah petang, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Marilah kita bertolak ke seberang.” Mereka meninggalkan orang banyak yang ada di sana lalu bertolak, dan membawa Yesus dalam perahu itu di mana Ia telah duduk ; dan perahu-perahu lain pun menyertai Dia. Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat, dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air. Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid membangunkan Yesus dan berkata kepada-Nya, “Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?” Yesus pun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau, “Diam! Tenanglah!” Lalu angin itu reda dan danau pun menjadi teduh sekali. Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain, “Siapakah gerangan orang ini? Angin dan danau pun taat kepada-Nya?”

BERSAMA YESUS KITA SELAMAT
Membaca Injil hari ini kita mungkin dan bahkan pasti merenungkan gelombang, pencobaan dalam hidup kita. Yesus sangat mencintai murid-murid-Nya. Oleh karena itu, Dia mengajak murid-Nya untuk berlayar ke tempat yang lebih menyenangkan. Barangkali pada saat itu cuaca kurang memungkinkan sehingga ombak sangat kencang mengakibatkan perahu mereka semakin oleng. Para murid  pun ketakutan sehingga mereka memohon agar Gurunya  menolongnya. Para murid yakin bahwa dengan bantuan Gurunya, yaitu Yesus mereka akan selamat.
Ternyata benar, lewat hardikan-Nya ombak pun terdiam dan suasana semakin aman. Tapi peristiwa ini membuat Yesus merasa heran kepada para murid-Nya karena mereka begitu takut. Mengapa kamu begitu takut? Ketakutan dan kegembiraan para murid itu membuat mereka semakin bertanya siapa sebenarnya Guru mereka itu. Mereka takut karena belum memahami bahwa Dia adalah Almasih utusan Allah.  Dengan permenungan ini, kita semakin disadarkan agar kita semakin mengenal Yesus dalam kehidupan kita. Dengan bersama Yesus kita akan selamat.
Tentu kita pun dalam kehidupan harian kita sering merasa ketakutan. Ketakutan ini membuktikan bahwa kita juga belum mengenal-Nya lebih dekat. Jika demikian, mari mengenal Yesus lebih dekat. Pengenalan yang dalam dan dekat pada-Nya akan mengubah rasa takut kita menjadi keberanian sehingga kita selamat. Semoga! (FP).

Pelita Hati: “Pengenalan pada Yesus akan mengubah rasa takut kita menjadi keberanian dalam mengarungi liku-liku hidup ini”.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Kamis, 26 Januari 2012

KERAJAAN ALLAH HADIR DI TENGAH-TENGAH KITA (Mrk 4:26-34)


RENUNGAN HARIAN: Jumat, 27 Januari 2012
Mrk 4:26-34
Pada suatu ketika Yesus berkata, “Beginilah halnya Kerajaan Allah : Kerajaan Allah itu seumpama orang yang menaburkan benih di tanah.
Malam hari ia tidur, siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas, dan tunas itu makin tinggi! Bagaimana terjadinya, orang itu tidak tahu! Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkai, lalu bulir, kemudian butir-butir yang penuh isi pada bulir itu. Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba.” Yesus berkata lagi, “Dengan apa hendak kita bandingkan Kerajaan Allah itu? Atau dengan perumpamaan manakah kita hendak menggambarkannya? Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Memang biji itu yang paling kecil daripada segala jenis benih yang ada di bumi, tetapi apabila ditaburkan  ia tumbuh dan menjadi lebih besar daripada segala sayuran yang lain, dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam rimbunannya.” Dalam banyak perumpamaan semacam itu Yesus memberitakan sabda kepada mereka
sesuai dengan pengertian mereka, dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka. Tetapi kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri.

KERAJAAN ALLAH HADIR DI TENGAH-TENGAH KITA
Sering kita bertanya, merenung, bagaimana Kerajaan Allah itu hadir di tengah-tengah kita? Apakah itu bertumbuh dalam hidup kita? Bagaimana pertumbuhannya? Pertanyaan ini mungkin bisa dijawab lewat bacaan Injil hari ini. Kalau kita mengamati bibit tanaman, entah ubi, jeruk, kol, cabai, di ladang atau di kebun, proses pertumbuhannya tidaklah kita lihat secara detail, tetapi semakin lama tanaman itu menjadi besar hingga membuahkan hasil. Proses itu akan menjadi lebih jelas kalau tanaman itu disiangi dan dipupuk dengan baik.
Yesus pun dalam menghadirkan Kerajaan Allah mirip seperti pertumbuhan tanaman itu. Jika iman kita dipupuk dan dibangun tentu akan membuahkan hasil yang baik dalam kehidupan yang nyata. Benih itu akan bertumbuh bersama dengan cinta Allah dalam kehidupan kita. Setiap hari lewat berdoa, merenungkan firman Tuhan, berdevosi kepada orang-orang kudus; di sinilah kelihatan iman itu akan bertumbuh seperti biji sawi yang ditanam. Tentu kita perlu bertanya, bagaimana pertumbuhan iman kita, berbuahkah; atau sebelum berbuah sudah mati? Kerajaan Allah dan iman itu ada di tengah-tengah kita, sehingga kita tak perlu jauh-jauh mencarinya (FP)

Pelita Hati: “Kerajaan Allah dan iman itu ada di tengah-tengah kita, sehingga kita tidak perlu jauh-jauh mencarinya.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

HIDUP MENURUT POLA KRISTUS (Mrk 4:21-25)


RENUNGAN HARIAN: Kamis, 26 Januari 2012
Mrk 4:21-25
Pada suatu hari Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Orang memasang pelita bukan supaya ditempatkan di bawah gantang atau di bawah tempat tidur, melainkan supaya ditaruh di atas kaki dian. Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada suatu rahasia yang tidak akan tersingkap. Barangsiapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!” Lalu Yesus berkata lagi, “Camkanlah apa yang kamu dengar! Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan dikenakan pula padamu : dan malah akan ditambah lagi! Karena siapa yang mempunyai, akan diberi lagi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil.”

HIDUP MENURUT POLA KRISTUS
Kita tentu pernah memberi dan juga pernah menerima sesuatu dari seseorang, misalnya saat pesta atau acara-acara lain. Umumnya, kalau kita memberi yang sangat berharga pada seseorang maka besar kemungkinan, atau umumnya kita juga akan menerima hal yang persis sama besar harganya. Sungguh jarang terjadi bahwa kita memberi barang yang sederhana lalu kita memperoleh barang mewah dan sangat berharga.  
Dalam Injil hari ini Yesus berkata:”Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan diukurkan kepadamu, dan di samping itu akan ditambah lagi kepadamu. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil.” Maka berbagi kasih dengan sesama itu sangat penting. Lewat pemberian kepada orang lain apa yang ada pada kita, apakah sederhana atau mewah sangatlah berarti bagi yang menerima. Bahkan lewat berbagi itu kita telah menunjukkan pelita bagi orang lain.
Iman harus kita nyatakan dan tidak tersembunyi bagi orang lain. Inilah yang dikehendaki oleh Yesus kepada kita yang beriman kepada-Nya agar pelita itu tetap bernyala dan menyinari semua orang. Dengan memberi cahaya; pelita bagi orang lain tentu kita telah hidup menurut pola Kristus. Beranikah kita memberi cahaya pada orang lain? (FP)

Pelita Hati: “Dengan memberi sesuatu kepada orang lain sekecil apa pun nilainya berarti kita telah menjadi cahaya untuknya.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Selasa, 24 Januari 2012

Tuhan, Apa Yang Engkau Kehendaki Aku Perbuat? (Mrk 16:15-18)


RENUNGAN HARIAN: Rabu, 25 Januari 2012
Mrk 16 :15-18
Sekali peristiwa, Yesus yang bangkit dari orang mati menampakkan diri kepada kesebelas murid, dan berkata kepada mereka, “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: Mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh.”

TUHAN, APA YANG ENGKAU KEHENDAKI AKU PERBUAT?
Sebagai orang Kristen kita tentu mengenal rasul Paulus. Selama tiga puluh tahun setelah peristiwa Pentakosta, Paulus yang pada saat itu bernama Saulus menganiaya orang-orang Kristen di Yerusalem.  Dia mendapat izin dari Imam Besar untuk menganiaya orang-orang Kristen.  Suatu ketika ia pergi ke Damsyik untuk menangkap orang-orang Kristen di sana. Ketika dalam perjalanan menuju ke Damsyik ia dihadang oleh Yesus dengan suatu pancaran cahaya ajaib dari langit, yang membutakan matanya. Paulus rebah ke tanah dan Yesus berkata:” Saulus-Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku? Akulah Yesus yang kau aniaya itu.”
Lewat sapaan ilahi ini, Paulus bertanya kepada Yesus, Tuhan, apa yang Engkau kehendaki aku perbuat? Kata-kata ini meluncur dari hati Paulus yang dahulu keras bagai batu, namun berubah jadi lembut berkat sapaan ilahi. Komunikasi tak terduga dengan Yesus, mengubah Paulus menjadi saksi dan pewarta Injil yang luar biasa. Dia menjadi orang besar, pewarta, dan rasul di tengah kaum kafir. Kini dia menjadi saksi bagi semua orang di seluruh dunia. Dalam 1 Kor 15:9-10 rasul Paulus berkata:” Karena aku adalah yang paling hina dari semua rasul, bahkan tidak layak disebut rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah. Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku”.
Pada pesta pertobatan Rasul Paulus ini, marilah kita semakin menyadari bahwa rencana Allah lebih indah dari rencana siapa pun di dunia ini. Kalau Dia menghendaki kita menjadi saksi-Nya, Dia juga akan menangkap kita seperti yang dialami oleh rasul Paulus. Ketika kita telah ditangkap-Nya dengan rahmat Ilahi-Nya kita juga harus menjadi saksi, sebab itulah yang dikehendaki Tuhan untuk kita perbuat (FP).

Pelita Hati: “Rencana Allah lebih indah dari rencana siapa pun di dunia ini

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Senin, 23 Januari 2012

Membangun Persaudaraan dengan Yesus (Mrk 3:31-35)


RENUNGAN HARIAN: Selasa, 24 Januari 2012
Mrk 3:31-35
Sekali peristiwa datanglah ibu dan saudara-saudara Yesus ke tempat Ia sedang mengajar. Mereka berdiri di luar, lalu menyuruh orang memanggil Yesus. Waktu itu ada orang banyak duduk mengelilingi Dia; mereka berkata kepada Yesus, “Lihat, ibu dan saudara-saudara-Mu ada di luar, dan berusaha menemui Engkau.” Jawab Yesus kepada mereka, “Siapa ibu-Ku? Siapa saudara-saudara-Ku?” Yesus memandang orang-orang yang duduk di sekeliling-Nya itu, lalu berkata, “Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku!”

MEMBANGUN PERSAUDARAAN DENGAN YESUS
Dalam Injil hari ini Yesus berkata: “Siapa ibu-Ku dan siapa saudara-saudara-Ku?” Lewat pertanyaan ini bukan berarti Yesus menyangkal bahwa Maria adalah ibu-Nya dan orang-orang yang di luar itu adalah saudara-saudara-Nya. Tetapi, Yesus mau menegaskan bahwa bagi-Nya bukan keluarga-Nya yang “utama”. Dalam hal ini, Yesus mengajak untuk membangun relasi yang lebih mendalam, bukan hanya persaudaraan fisik, tetapi yang lebih penting membangun persaudaraan spiritual.
Relasi spiritual jauh lebih penting dari relasi hubungan darah.  Dalam hal ini, Yesus semakin memperluas lingkup keluarga-Nya pada siapa saja yang taat pada Allah. Persaudaraan yang berlandaskan Allah jauh lebih kuat daripada persaudaraan yang berlandaskan kesamaan darah. Maka Yesus mengajak semua orang beriman untuk tidak pernah melupakan Tuhan di dalam hidup. Membangun relasi dengan-Nya sungguh menyenangkan dan membahagiakan.
Beranikah kita membangun relasi dengan Yesus? Beranikah kita menganggap relasi dengan Yesus lebih penting daripada relasi dengan saudara kita? Apabila hal itu sungguh kita terima maka kita akan dekat dengan Yesus dan kebahagiaan akan menjadi milik kita (FP).

Pelita Hati: “Persaudaraan yang berlandaskan Allah jauh lebih kuat daripada persaudaraan yang berlandaskan kesamaan darah”

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Roh Kudus itu Sungguh Luar Biasa (Mrk 3:22-30)


RENUNGAN HARIAN: Senin, 23 Januari 2012
Mrk 3:22-30
Pada suatu hari datanglah ahli-ahli Taurat dari Yerusalem, dan berkata tentang Yesus,”Ia kerasukan Beelzebul!” Ada juga yang berkata, “Dengan kuasa penghulu setan Ia mengusir setan.” Maka Yesus memanggil mereka, lalu berkata kepada mereka dalam perumpamaan, “Bagaimana iblis dapat mengusir iblis? Kalau suatu kerajaan terpecah-pecah, kerajaan itu tidak dapat bertahan, dan jika suatu rumah tangga terpecah-pecah, rumah tangga itu tidak dapat bertahan. Demikianlah juga kalau iblis berontak melawan dirinya sendiri, kalau ia terbagi-bagi, ia tidak dapat bertahan, malahan sudah tamatlah riwayatnya! Camkanlah, tidak seorang pun dapat memasuki rumah seorang yang kuat, untuk merampas harta bendanya, kecuali kalau ia mengikat lebih dahulu orang kuat itu. Lalu barulah ia merampok rumah itu. Aku berkata kepadamu : Sungguh, semua dosa dan hujat anak-anak manusia akan diampuni, ya, semua hujat yang mereka ucapkan. Tetapi apabila seseorang menghujat Roh Kudus, ia tidak akan mendapat ampun untuk selama-lamanya, sebab dosa yang dilakukannya adalah dosa yang kekal.” Yesus berkata demikian karena mereka bilang bahwa Ia kerasukan roh jahat.

ROH KUDUS ITU SUNGGUH LUAR BIASA
Bagaimana iblis dapat mengusir iblis? Perkataan Yesus ini muncul ketika Dia dituduh ahli-ahli Taurat kerasukan Beelzebul. Beelzebul diterapkan pada dewa Baal. Beelzebul searti dengan “dewa lalat” dan merupakan nama ejekan dewa Baal-Zebul, yaitu sang penguasa, saingan utama Allah Israel. Di kemudian hari, dewa ini sangat dibenci orang Israel yang dilambangkan dengan iblis. Yesus pun langsung menggantikan dewa Beelzebul dengan Iblis. 
Mengapa Yesus berani menentang para ahli Taurat? Tentu karena di dalam diri Yesus ada kekuatan yang tidak terkalahkan, yaitu Roh Kudus. Orang yang kerasukan oleh roh iblis kini digantikan-Nya dengan kerasukan Roh Allah. Maka kekuatan Yesus terletak pada kepatuhan dan kesetian-Nya pada Roh yang tinggal dalam diri-Nya. Roh Kudus menghancurkan segala yang tidak baik, yang menghalangi kerajaan Allah. Dengan demikian, kita semakin disadarkan bahwa tidak ada yang menghalangi karya Allah dalam diri setiap orang kalau dia diterangi oleh Roh Kudus. Roh Kudus melampaui segala tantangan dan persoalan. Kekuatan iblis tidak akan melampaui kekuatan Roh Kudus. Jikalau kekuatan iblis 99% maka Roh Kudus memiliki kekuatan 100%. Tetap  Roh kudus lebih berkuasa.
Segenap pengikut Yesus diberi Roh Kudus dengan tugas patuh dan setia pada Roh itu. Sebagai penganut-Nya kita tak perlu takut akan kekuatan roh jahat yang ada di tengah kehidupan kita, karena Roh Kudus selalu menuntun kita. Percayalah bahwa Roh Kudus itu sungguh luar biasa (FP)

Pelita Hati: “Kerajaan Allah Sebagai pengikut Kristus kita tak perlu takut akan kekuatan roh jahat yang ada di tengah kehidupan kita, karena Roh kudus selalu menuntun kita”.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Sabtu, 21 Januari 2012

Waktunya telah Genap (Mrk 1:14-20)


RENUNGAN HARIAN: Minggu, 22 Januari 2012
Mrk 1:14-20
Sesudah Yohanes Pembaptis ditangkap, datanglah Yesus ke Galilea, memberitakan Injil Allah. Yesus memberitakan, “Waktunya telah genap. Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!” Ketika Yesus sedang menyusuri Danau Galilea, Ia melihat Simon dan Andreas, saudara Simon. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka itu penjala ikan. Yesus berkata kepada mereka, “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” Mereka pun segera meninggalkan jalanya, dan mengikuti Yesus. Setelah Yesus meneruskan perjalanan-Nya sedikit lagi, dilihat-Nya Yakobus, anak Zebedeus, dan Yohanes saudaranya, sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus segera memanggil mereka, dan mereka mening-galkan ayahnya, Zebedeus, dalam perahu bersama orang-orang upahannya. Lalu mereka mengikuti Yesus.

Waktunya Telah Genap
Kerap kali kepada kita diberikan kesempatan untuk berbuat baik. Namun, pada saat kesempatan itu ada, kita sering kurang berani untuk menggunakannya. Kita terlalu sering ragu dan bimbang dalam berbagai pertimbangan logika kita. Dan akhirnya, kita menjadi terhenti untuk melakukan tindakan kasih. Hal ini cukup sering kita alami, ketika kita hendak membantu sesama kita. Keinginan hati untuk mengungkapkan kebenaran pun tidak terjadi, karena kita takut diancam dan menjadi tidak diperhitungkan lagi.
Dalam Injil hari ini, jelas sikap Yesus. Meskipun Yohanes telah ditangkap, Yesus tidak takut untuk menyatakan kasih Bapa kepada umat-Nya. Bagi Yesus, inilah waktu yang tepat untuk bersaksi bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Dan, Kerajaan Allah itu adalah ada dalam diri Yesus sendiri yang membawa damai, kasih, dan keadilan. Karena itulah, Yesus mengundang orang untuk bertobat dan percaya kepada Injil, serta langsung memilih para murid.
Bagi kita tuntutan yang sama bisa terjadi. Kita dituntut untuk tetap setia pada apa yang baik. Bersaksi akan kebenaran dan melakukannya pada waktunya. Kita tidak perlu takut akan ancaman dan risiko yang harus kita hadapi. Kita akui bahwa hal ini sangat sulit untuk diterapkan. Untuk itu, kita memang perlu bertobat dan percaya kepada Yesus, yang menjanjikan kehidupan kekal bagi kita yang setia melakukan kebenaran demi nama-Nya. Semoga! (DG).

Pelita Hati: “Kerajaan Allah ada dalam diri Yesus sendiri yang membawa damai, kasih, dan keadilan.”.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Jumat, 20 Januari 2012

Setia Melayani (Mrk 3:20-21)


RENUNGAN HARIAN: Sabtu, 21 Januari 2012
Mrk 3:20-21
Sekali peristiwa Yesus bersama murid-murid-Nya masuk ke sebuah rumah. Maka datanglah orang banyak berkerumun pula, sehingga makan pun mereka tidak dapat. Waktu kaum keluarga-Nya mendengar hal itu,
mereka datang hendak mengambil Dia, sebab kata mereka, “ Ia tidak waras lagi.”

Setia Melayani
Ketika kita sedih, kita sering mengharapkan orang yang dekat dengan kita menghibur kita. Kita butuh perhatian orang-orang sekitar kita. Namun, pada saat perhatian itu tidak kita temukan, otomatis kita kecewa berat. Dan yang paling menyedihkan lagi, orang yang dekat dengan kita bahkan yang termasuk keluarga kita, memburuk-burukkan kita di hadapan orang lain. Singkatnya, kita sangka teman padahal lawan.
Pengalaman seperti ini sungguh dialami oleh Yesus. Injil yang cukup singkat ini menggambarkan hal itu. Yesus cukup memperhatikan pelayanan-Nya bagi banyak orang bahkan sampai makan pun Ia tidak sempat. Tanggapan negatif atas perbuatan baik Yesus kepada banyak orang sehingga Ia tidak sempat makan, datang dari keluarga Yesus sendiri. Mereka menuduh Yesus tidak waras lagi. Pernyataan ini sungguh menyakitkan.
Dalam keseharian hidup kita hal serupa bisa muncul. Tidak semua pelayanan kita mendapat dukungan dari para saudara kita, bahkan boleh jadi mereka menuduh kita yang bukan-bukan. Dalam kesempatan ini, kita diundang untuk melihat pengalaman Yesus. Yesus sendiri sudah terlebih dahulu diburuk-burukkan orang, terlebih itu datang dari kalangan keluarga-Nya sendiri. Namun, Yesus tetap bertahan untuk melakukan hal yang baik. Karena Yesus tahu bahwa hal itu adalah kehendak Bapa-Nya. Maka mari tetap setia pada perbuatan baik, meskipun tantangan datang dari orang terdekat kita! (DG).

Pelita Hati: “Tetaplah setia melakukan perbuatan baik, meskipun tantangan datang dari orang terdekat kita!”.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Kamis, 19 Januari 2012

Dipanggil untuk Melanjutkan Karya Yesus (Mrk 3:13-19)


RENUNGAN HARIAN: Jumat, 20 Januari 2012
Mrk 3:13-19
Pada suatu hari Yesus naik ke atas bukit. Ia memanggil orang-orang yang dikehendaki-Nya dan mereka pun datang kepada-Nya. Ia menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia, untuk diutus-Nya memberitakan Injil, dan untuk menerima dari Dia kuasa mengusir setan. Kedua belas orang yang ditetapkan-Nya itu ialah : Simon, yang diberi-Nya nama Petrus, Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, yang keduanya Ia beri nama Boanerges, yang berarti anak-anak guruh ; selanjutnya Andreas, Filipus, Bartolomeus, Matius, Thomas, Yakobus anak Alfeus, Tadeus, Simon orang Zelot, dan Yudas Iskariot yang mengkhianati Dia

Dipanggil Untuk Melanjutkan Karya Yesus
Yesus semakin merasakan bahwa tugas-Nya semakin berat. Tugas itu makin berat karena semakin banyak orang yang membutuhkan uluran tangan kasih-Nya. Maka untuk membantu-Nya melaksanakan tugas itu Ia memanggil ataupun memilih para murid-Nya. Sebelum memilih para rasul ini, Yesus naik ke gunung terlebih dahulu untuk berdoa. Yesus perlu berbicara dengan Bapa-Nya dalam melakukan tugas perutusan-Nya. Maka dengan keyakinan penuh, setelah berbicara dengan Bapa-Nya, Yesus menetapkan kedua belas rasul untuk menyertai-Nya dalam memberitakan Injil. Yesus pun membekali mereka kuasa untuk mengusir setan.
Pada zaman ini, Yesus pun sangat membutuhkan kesediaan kita untuk mengikuti-Nya. Kita bisa menyaksikan di Negara kita ini bahwa semakin banyak orang yang membutuhkan pertolongan. Banyak orang yang dibelenggu oleh sistem yang ada; banyak orang terpaksa harus berbuat dosa;  banyak orang yang ikut-ikutan melakukan hal yang tidak benar; banyak orang hidup dengan seenaknya tanpa peduli akan yang lain. Semuanya ini nyata terjadi di sekitar kita pun dalam Gereja kita.
Semakin hari, kita semakin kehilangan tokoh Gereja yang andal. Kelanjutan karya Yesus tampaknya semakin mengkhawatirkan. Apakah kita hanya berdiam diri? Hal-hal apa yang harus kita lakukan dalam melanjutkan visi dan misi Yesus? Yesus membutuhkan rasul-rasul yang andal pada masa kini; butuh hal serius untuk mempersiapkan itu. Semoga hal ini menjadi perhatikan kita semua (DG)

Pelita Hati: “Yesus sangat membutuhkan kesediaan kita untuk mengikuti-Nya”.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Rabu, 18 Januari 2012

Ketulusan Kasih Yesus (Mrk 3:7-12)


RENUNGAN HARIAN: Kamis, 19 Januari 2012
Mrk 3:7-12
Sekali peristiwa, Yesus menyingkir ke Danau Galilea bersama murid-murid-Nya, dan banyak orang dari Galilea mengikuti Dia. Juga dari Yudea, dari Yerusalem, dari Idumea, dari seberang Yordan, dan dari daerah Tirus serta Sidon datanglah banyak orang kepada-Nya. Sesudah mereka mendengar segala yang dilakukan-Nya. Karena orang banyak itu, Yesus menyuruh murid-murid-Nya menyediakan sebuah perahu bagi-Nya,  jangan sampai Dia terhimpit oleh mereka. Sebab Yesus menyembuhkan banyak orang, sehingga semua penderita penyakit berdesak-desak ingin dijamah oleh-Nya. Bilamana roh-roh jahat melihat Yesus, mereka jatuh tersungkur di hadapan-Nya dan berteriak, “Engkaulah Anak Allah!” Tetapi dengan keras Yesus melarang mereka memberitahukan siapa Dia.

Ketulusan Kasih Yesus
Pada zaman ini, banyak orang berlomba-lomba untuk terkenal. Setiap ada kesempatan, orang akan menggunakan semua cara untuk semakin dikenal, disanjung, dan dihormati semua orang. Hal ini bukan hanya terjadi di kalangan selebritis, pun terjadi juga di kalangan tokoh pemerintah dan masyarakat. Kebanyakan dari antara mereka, sadar ataupun tidak, berprinsip semakin terkenal maka semuanya akan semakin lancar.
Bila kita mengikuti bacaan Injil hari ini, tampak bahwa Yesus pun semakin dikenal banyak orang. Dari berbagai tempat, banyak orang datang untuk bertemu dengan Yesus. Mereka ingin disembuhkan oleh Yesus dan berharap agar Yesus mengusir roh-roh jahat dari mereka. Dan nyatanya roh-roh jahat itu jatuh tersungkur dan mengakui bahwa Yesus adalah Anak Allah.
Dalam hal ini, kita diundang untuk bermenung sejenak tentang siapakah Yesus. Titik utama kita bukanlah pada keterkenalan Yesus, melainkan kepada apa yang telah dilakukan oleh Yesus bagi banyak orang dan kerendahan hati-Nya. Yesus banyak membantu orang dan sekaligus tidak ingin  dipuji orang. Karena itu, Yesus sangat melarang roh jahat memberitahu siapakah sesungguhnya diri-Nya. Yesus ingin agar Bapa semakin dimuliakan. Tujuan-Nya murni hanya menjalankan kehendak Bapa-Nya. Mampukah kita meniru teladan Yesus, yakni bersedia membantu sesama tanpa mengharapkan pujian dan maksud supaya semakin terkenal berbuat baik? Semoga kita tulus membantu sesama dan rendah hati! (DG).

Pelita Hati: “Yesus banyak membantu orang dan sekaligus tidak ingin  dipuji orang”.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Selasa, 17 Januari 2012

Berbuat Kasih Sebagai Pilihan (Mrk 3:1-6)


RENUNGAN HARIAN: RABU, 18 JANUARI 2012
Mrk 3:1-6
Pada suatu hari Sabat Yesus masuk ke rumah ibadat. Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya. Orang-orang Farisi mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang itu pada hari Sabat, supaya mereka dapat mempersalahkan Dia. Kata Yesus kepada orang yang mati sebelah tangannya itu, “Mari, berdirilah di tengah!” Kemudian Yesus berkata kepada mereka, “Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat? Menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?” Tetapi mereka itu diam saja. Yesus jengkel karena kedegilan mereka! Dengan marah Ia memandang sekeliling, lalu berkata kepada orang tadi, “Ulurkanlah tanganmu!” Ia pun mengulurkan tangannya, dan sembuhlah seketika. Lalu keluarlah orang-orang Farisi dan segera bersekongkol dengan orang-orang Herodian untuk membunuh Dia.

Berbuat Kasih Sebagai Pilihan
Saya kita banyak dari antara kita mempunyai prinsip dan komitmen yang kokoh dalam hidupnya. Militansi dan sikap menjunjung tinggi aturan yang disepakati sungguh menjiwai orang-orang demikian. Mereka berpikir bahwa prosedur dan aturan main yang berlaku adalah hal yang patut untuk diterapkan dengan sebaik mungkin.
Kisah Injil tentang Yesus yang menyembuhkan orang yang sebelah tangannya mati, pada hari Sabat, membuat kita kembali merenung atas komitmen dan segala kesepakatan. Apakah dari semuanya itu nilai kesejahteraan manusia sungguh diutamakan? Ataukah semuanya selesai hanya dengan pembuktian bahwa segala peraturan dan kesepakatan berjalan dengan semestinya? Apa dampaknya bagi manusia dan apakah manusia semakin merasa lebih baik?
Pertanyaan-pertanyaan yang muncul tadi, mengundang kita untuk semakin berefleksi akan segala peraturan yang kita jalankan. Kita diundang untuk mengerti akan nilai apa yang mau dicapai ketika kita menjalankan peraturan ataupun kesepakatan dalam kebersamaan kita. Dengan kisah Injil hari ini, Yesus mengundang kita untuk lebih mengutamakan perbuatan kasih daripada peraturan kaku yang kebanyakan merugikan manusia sendiri. Semoga kita semakin mampu melihat lebih dalam akan arti pentingnya nilai hidup manusia. Hendaknya kita semakin bijaksana dalam mengutamakan kepentingan manusia daripada peraturan-peraturan kaku (DG).

Pelita Hati: "Yesus mengundang kita untuk lebih mengutamakan perbuatan kasih daripada peraturan kaku yang kebanyakan merugikan manusia sendiri".

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Senin, 16 Januari 2012

MANUSIA DAN HARI SABAT (Mrk 2:23-28)


RENUNGAN HARIAN: SELASA, 17 JANUARI 2012
Mrk 2:23 -28
Pada suatu hari Sabat, Yesus berjalan di ladang Gandum, dan sementara berjalan murid-murid-Nya memetik bulir gandum. Maka kata orang-orang Farisi kepada Yesus, “Lihat! Mengapa mereka berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?” Jawab Yesus kepada mereka,
“Belum pernahkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan para pengiringnya kekurangan dan kelaparan? Tidakkah ia masuk ke dalam Rumah Allah waktu Abyatar menjabat sebagai Imam Agung lalu makan roti sajian yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam dan memberikannya juga kepada pengikut-pengikutnya?” Lalu kata Yesus kepada mereka, “Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat. Jadi Anak Manusia adalah Tuhan, juga atas hari Sabat.”

Manusia Dan Hari Sabat
Manusia adalah ciptaan yang paling sempurna dan paling mulia dari semua ciptaan. Karena itu, segala sesuatunya diarahkan demi perkembangan kehidupan manusia. Dalam proses selanjutnya, manusia semakin bertambah banyak. Agar tidak kacau dan membingungkan serta agar terjadi keharmonisan, maka manusia membuat aturan demi kebaikan semuanya. Aturan-aturan inilah yang menjadi tolok ukur untuk menjalin hubungan dengan sesama manusia, juga terhadap ciptaan lain dan terhadap Allah.
Salah satu aturan itu, pada bangsa Israel adalah aturan hari Sabat. Pada hari Sabat orang dilarang bekerja, pun memetik gandum. Injil hari ini mengisahkan bahwa para murid memetik gandum pada hari Sabat. Kemungkinan mereka mengambilnya untuk dimakan. Lalu yang muncul adalah kritikan orang Farisi kepada Yesus. Yesus menjawab, “Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat”.
Dalam hal ini, Yesus ingin mengingatkan orang Farisi dan kita semua bahwa nilai tertinggi dari suatu aturan adalah kehidupan manusia, sebagai ciptaan yang paling mulia. Kalau aturan yang ada pada akhirnya menghancurkan kehidupan manusia, maka aturan apa pun itu harus diperbaiki demi kebaikan manusia. Mengingat hal itulah Gereja Katolik tidak menerima hukuman mati sebagai aturan yang harus dilaksanakan. Hukuman mati tidak menjunjung nilai dan martabat manusia (DG).

Pelita Hati: ” Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat”.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Minggu, 15 Januari 2012

Kebijaksanaan Dalam Berpuasa (Mrk 2:18-22)


RENUNGAN HARIAN: SENIN, 16 JANUARI 2012
Mrk 2:18-22
Waktu itu murid-murid Yohanes dan orang-orang Farisi sedang berpuasa. Pada suatu hari datanglah orang-orang kepada Yesus dan berkata, “Murid-murid Yohanes dan murid-murid orang Farisi berpuasa,
mengapa murid-murid-Mu tidak?” Jawab Yesus kepada mereka, “Dapatkah sahabat-sahabat pengantin pria berpuasa selagi pengantin itu bersama mereka? Selama pengantin itu ada bersama mereka, mereka tidak dapat berpuasa. Tetapi waktunya akan datang pengantin itu diambil dari mereka, dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa. Tidak seorang pun menambalkan secarik kain yang belum susut  pada baju yang sudah tua, karena jika demikian, kain penambal itu akan mencabiknya; yang baru mencabik yang tua, sehingga makin besarlah koyaknya. Demikian juga tak seorang pun mengisikan anggur baru ke dalam kantong kulit yang sudah tua, karena jika demikian anggur tersebut akan mengoyakkan kantong itu, sehingga baik anggur maupun kantongnya akan terbuang. Jadi anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong yang baru pula.

Kebijaksanaan Dalam Berpuasa
Ada pepatah yang mengatakan, “Lain lubuk, lain ikannya”. Ungkapan ini menyatakan agar kita jangan menyamaratakan kebiasaan-kebiasaan yang ada di semua tempat dan keadaan. Yohanes dan orang Farisi berbeda dengan Yesus. Kebiasaan para murid Yohanes dan orang-orang Farisi berpuasa, tidak bisa begitu saja harus diikuti para murid Yesus.
Injil hari ini menyatakan bahwa berpuasa itu bukanlah berdasar pada suatu kebiasaan ataupun aturan turun-temurun. Berpuasa itu berasal dari hati dan terlebih melihat situasi kebutuhan yang ada. Dengan demikian, tujuan dari berpuasa semakin terarah, yaitu melatih manusia untuk menempatkan diri pada posisinya; hidup seimbang, serta menghargai nilai-nilai yang menjunjung kemanusiaan melebihi aturan kaku dari cara berpuasa.
Kita pun, dituntut untuk berpuasa. Hendaknya puasa yang kita lakukan bukan menjadi penghalang kita dalam mencinta, akan tetapi semakin mendekatkan kita pada Tuhan lewat menghargai serta tetap hormat akan kebutuhan yang ada (DG).

Pelita Hati: “Berpuasa bukanlah berdasar pada suatu kebiasaan ataupun aturan turun-temurun melainkan berasal dari hati”

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Sabtu, 14 Januari 2012

Menemukan Diri Di Dalam Yesus (Yoh 1:35-42)


RENUNGAN HARIAN: MINGGU, 14 JANUARI 2012
Yoh 1:35-42
Pada keesokan harinya Yohanes berdiri di situ pula dengan dua orang muridnya. Dan ketika ia melihat Yesus lewat, ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah!" Kedua murid itu mendengar apa yang dikatakannya itu, lalu mereka pergi mengikut Yesus. Tetapi Yesus menoleh ke belakang. Ia melihat, bahwa mereka mengikut Dia lalu berkata kepada mereka: "Apakah yang kamu cari?" Kata mereka kepada-Nya: "Rabi (artinya: Guru), di manakah Engkau tinggal?" Ia berkata kepada mereka: "Marilah dan kamu akan melihatnya." Mereka pun datang dan melihat di mana Ia tinggal, dan hari itu mereka tinggal bersama-sama dengan Dia; waktu itu kira-kira pukul empat. Salah seorang dari keduanya yang mendengar perkataan Yohanes lalu mengikut Yesus adalah Andreas, saudara Simon Petrus. Andreas mula-mula bertemu dengan Simon, saudaranya, dan ia berkata kepadanya: "Kami telah menemukan Mesias (artinya: Kristus)." Ia membawanya kepada Yesus. Yesus memandang dia dan berkata: "Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas (artinya: Petrus)."

Menemukan Diri Di Dalam Yesus
Masing-masing dari antara kita, ketika mencari dan bertemu dengan Tuhan tentu mempunyai kisahnya sendiri. Para murid Yesus yang pertama pun memiliki kisah khusus dan sederhana dalam pertemuan mereka dengan Yesus. Tanpa banyak basa-basi, para murid pertama langsung datang untuk bertemu dengan Yesus dan tinggal bersama-Nya. Dalam hal ini tampak kesiapsediaan dan iman para murid dalam mengikuti Yesus.
Kita tahu bahwa setiap manusia memiliki keinginan untuk memperoleh yang lebih baik dalam hidupnya, terlebih menemukan jati dirinya. Setiap orang tentu berharap bertemu dengan sosok yang tepat agar dapat membantunya untuk sampai kepada kesejatian hidupnya. Injil hari ini mengungkapkan secara implisit kerinduan para murid untuk bertemu dengan Sang Guru. Panggilan Yesus atas murid-murid demi kepentingan Kerajaan Allah. Mereka menemukannya dalam diri Yesus sebagai Guru Sejati. Mereka pun tinggal dan belajar bersama-Nya, mengikuti dan melakukan apa yang dikatakan-Nya.
Sebagai seorang Kristen, Sang Guru kita adalah Yesus Kristus. Kristus memanggil kita untuk tinggal bersama-Nya, agar kita lebih mengenal Yesus dan semakin sadar untuk melakukan kehendak-Nya. Pengenalan kita akan Yesus dan terlebih kesediaan kita dalam melakukan kehendak-Nya adalah hal yang sangat penting untuk mencapai aktualisasi diri, yakni menjadi manusia yang sejati. Di dalamnya, kita bisa menemukan kisah indah bersama Yesus, yang kita kisahkan dalam kebersamaan kita, yakni dengan mencintai sesama (DG).

Pelita Hati: ”Sebagai seorang Kristen, Sang Guru kita adalah Yesus Kristus”.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan

Jumat, 13 Januari 2012

Tabib Bagi Yang Sakit (Mrk 2:13-17)


RENUNGAN HARIAN: SABTU, 14 JANUARI 2012
Mrk 2:13-17
Sekali peristiwa Yesus pergi ke pantai danau Galilea, dan semua orang datang kepada-Nya. Yesus lalu mengajar mereka. Kemudian ketika meninggalkan tempat itu, Ia melihat Lewi anak Alfeus duduk di rumah cukai. Yesus berkata kepadanya, “Ikutlah Aku!” Maka berdirilah Lewi, lalu mengikuti Yesus. Kemudian, ketika Yesus makan di rumah Lewi, banyak pemungut cukai dan orang berdosa makan bersama dengan Dia dan murid-murid-Nya, sebab banyak orang mengikuti Dia. Waktu ahli-ahli Taurat dari golongan Farisi melihat, bahwa Yesus makan bersama dengan pemungut cukai dan orang berdosa, berkatalah mereka kepada murid-murid-Nya, “Mengapa Gurumu makan bersama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?” Yesus mendengar pertanyaan itu dan berkata kepada mereka, “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit! Aku datang bukan untuk memanggil orang benar,
melainkan orang berdosa!” 

Tabib Bagi Yang Sakit
Mencintai orang-orang yang terpandang dan dekat kepada mereka adalah hal yang sangat diinginkan oleh kebanyakan orang. Dengan dekat kepada mereka, maka orang yang dekat itu pun akan ikut terkenal pula. Orang yang dekat dengan selebritis akan merasa bangga, apalagi mendapat tanda tangannya. Ia akan bercerita dan menjadi terkenal karena itu. Akan tetapi, siapakah yang mau bergaul dengan orang kecil, yang dicap sebagai sampah masyarakat?
Yesus berkata, “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit”. Sabda Yesus ini sungguh menantang kita untuk melihat realitas hidup kita. Betapa banyak orang yang berebut untuk bisa bertemu dengan pejabat negara dan tokoh masyarakat agar status dan gaya hidupnya meningkat? Dan betapa banyak orang yang tak mau dicemari oleh persoalan-persoalan orang pinggiran dan bahkan menganggap mereka sebagai penghalang pembangunan?
Bukankah kita harus lebih bertanggung jawab terhadap orang yang terpinggirkan dan kurang mampu daripada membantu orang yang sudah mampu? Masih banyak pertanyaan yang bisa dilontarkan. Kita sudah sering dan hampir bosan melihat tayangan tentang debat situasi bangsa ini. Namun, siapakah yang peduli akan nasib orang kecil? Dan, bagaimana dengan Gereja? Sudahkah bertindak kenabian? Kita dipanggil bagi mereka yang membutuhkan keselamatan, khususnya bagi “pemungut cukai-pemungut cukai” masa kini, yakni: mereka yang terpinggirkan (DG).

Pelita Hati: “Kita dipanggil bagi mereka yang membutuhkan keselamatan, khususnya bagi mereka yang terpinggirkan”.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit PT. Bina Media Perintis, Medan

Kamis, 12 Januari 2012

Berani Mencinta (Mrk 2:1-12)


RENUNGAN HARIAN: JUMAT, 13 JANUARI 2012
Mrk 2:1-12
Selang beberapa hari sesudah Yesus datang ke Kapernaum, tersiarlah kabar, bahwa Ia ada di rumah. Maka datanglah orang-orang berkerumun
sehingga tidak ada lagi tempat, bahkan di muka pintu pun tidak. Sementara Yesus memberitakan sabda kepada mereka, beberapa orang datang membawa kepada-Nya seorang lumpuh, digotong oleh empat orang. Tetapi mereka tidak dapat membawanya ke hadapan Yesus karena orang banyak itu. Maka mereka membuka atap yang di atas Yesus. Sesudah atap terbuka, mereka menurunkan tilam, tempat orang lumpuh itu terbaring. Melihat iman mereka, berkatalah Yesus kepada orang lumpuh itu, “Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!” Tetapi di situ duduk juga beberapa ahli Taurat. Mereka berpikir dalam hati, “Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah! Siapa yang dapat mengampuni dosa selain Allah sendiri?” Tetapi Yesus langsung tahu dalam hati-Nya bahwa mereka berpikir demikian; maka Ia berkata kepada mereka, “Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu? Manakah lebih mudah : mengatakan kepada orang lumpuh itu ‘Dosamu sudah diampuni’ atau mengatakan....

Berani Mencinta
Orang yang tulus hati membantu, bila berhadapan dengan sesama, umumnya lebih mengetahui apa yang dibutuhkan sesamanya itu dan membantu mereka dengan tidak tanggung-tanggung. Ia lebih peka akan dunia sekitarnya dan tahu persis akan apa yang harus dilakukan. Hal ini membuat orang seperti ini semakin dicintai dan dirindukan oleh banyak orang.
Ketulusan Yesus dalam pelayanan-Nya adalah cerminan yang dimaksud. Kebaikan Yesus dan wibawa-Nya dalam berhadapan dengan semua orang, menimbulkan rasa simpati dan kagum dari banyak orang. Banyak orang ingin selalu bersama Yesus, sebab bersama Yesus mereka semua mengalami rahmat penyembuhan dan pembebasan.
Injil hari ini berkisah bagaimana Yesus ingin menyembuhkan orang sampai ke akar-akarnya. Hati Yesus yang berbelas kasih melihat bahwa kebutuhan si lumpuh bukan hanya pada kesembuhan fisik, melainkan juga kesembuhan rohani. Hal inilah yang membuat Yesus lebih awal berkata, “Hai anak-Ku dosamu sudah diampuni” dan sesudahnya Ia melanjutkan, “Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu”.
Keberanian Yesus ini tidak disambut gembira oleh ahli-ahli Taurat. Mereka menuduh Yesus menghujat Allah. Padahal Yesus melakukan apa yang seharusnya dilakukan-Nya, yakni membebaskan orang dari penderitaan fisik dan rohani. Beranikah kita seperti Yesus untuk tampil membantu sesama, meskipun kita dibenci orang? Saudara-saudari, kita diundang untuk punya prinsip: “kalau itu benar…lakukanlah”! (DG).

Pelita Hati: “Yesus membebaskan orang dari penderitaan fisik dan rohani”

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit PT. Bina Media Perintis, Medan.

Rabu, 11 Januari 2012

BERLANDASKAN BELAS KASIH (Mrk 1:40-45)


RENUNGAN HARIAN: KAMIS, 12 JANUARI 2012
Mrk 1 : 40-45
Sekali peristiwa, seorang sakit kusta datang kepada Yesus. Sambil berlutut di hadapan Yesus, ia mohon bantuan-Nya, katanya, “Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku.” Maka tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan, lalu ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu, dan berkata kepadanya, “Aku mau, jadilah engkau tahir.” Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu, dan ia menjadi tahir.
Segera Yesus menyuruh orang itu pergi dengan peringatan keras, kata-Nya,”Ingatlah, janganlah engkau memberitahukan hal ini kepada siapa pun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam, dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan yang diperintahkan oleh Musa, sebagai bukti bagi mereka.” Tetapi orang itu pergi memberitakan peristiwa itu dan menyebarkannya ke mana-mana
sehingga Yesus tidak dapat lagi terang-terangan  masuk ke dalam kota.
Yesus tinggal di luar kota di tempat-tempat yang sepi ; namun orang terus datang kepada-Nya dari segala penjuru.

BERLANDASKAN BELAS KASIH
Setiap orang yang mengalami kesesakan mengharapkan kelepasan dan setiap orang yang mengalami penderitaan mengharapkan kesembuhan. Bila orang-orang seperti ini datang kepada kita, apakah yang akan kita perbuat? Bila melihat sikap Yesus, Ia akan menolong orang-orang yang demikian. Yesus tahu bahwa orang-orang seperti merekalah yang membutuhkan bantuan. Terlebih bila orang yang susah dan menderita memohon dengan penuh percaya, Yesus pasti mengabulkan permohonannya.
Dari kisah Injil hari ini ada dua hal yang perlu kita renungkan. Pertama: kita diundang untuk datang kepada Tuhan dengan memohon penuh kepercayaan, agar Tuhan sudi menolong kita dalam setiap kesesakan hidup kita. Kedua: teladan Yesus adalah panggilan bagi kita untuk siap mendengar dan memberi perhatian bagi siapa pun yang mengharapkan pertolongan dari kita.
Dalam kenyataannya, hal ini tidak gampang. Kita dituntut untuk bijaksana dalam membantu sesama. Bantuan yang kita berikan hendaknya mendidik dan terarah kepada sasarannya. Kita yang membantu mungkin sedikit menjadi lebih repot karena harus mengawasi bantuan yang diberikan agar tidak disalahgunakan. Namun, bertambahnya kerepotan ini bukan menjadi alasan bagi kita untuk enggan membantu sesama. Intinya adalah: kalau kita sungguh mempunyai belas kasih seperti Yesus, apa pun akan kita lakukan demi menolong sesama. Semoga! (DG).

Pelita Hati: ”Yesus adalah panggilan bagi kita untuk siap mendengar dan memberi perhatian bagi siapa pun”.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit PT. Bina Perintis, Medan.