Jumat, 26 Oktober 2012

Renungan Harian: Rabu 31 Oktober 2012

Renungan Harian: Rabu 31 Oktober 2012

Luk 13:22-30

Dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem Yesus berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa sambil mengajar. Maka bertanyalah orang kepada-Nya, "Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?" Jawab Yesus kepada orang-orang di situ, "Berusahalah masuk melalui pintu yang sempit itu! Sebab Aku berkata kepadamu, banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat. Jika tuan rumah telah bangkit dan menutup pintu, kalian akan berdiri di luar dan mengetok-ngetok pintu sambil berkata, 'Tuan, bukakan pintu bagi kami.' Tetapi dia akan berkata,

'Aku tidak tahu dari mana kalian datang.' Maka kalian akan berkata, "Kami telah makan dan minum di hadapan-Mu, dan Engkau telah mengajar di jalan-jalan kota kami.' Tetapi ia akan berkata, 'Aku tidak tahu dari mana kalian datang. Enyahlah dari hadapanku, hai kalian semua yang melakukan kejahatan! Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi, Apabila kalian melihat Abraham dan Ishak dan Yakub dan semua nabi ada di dalam Kerajaan Allah, tetapi kalian sendiri dicampakkan ....

 

HORMAT KEPADA ORANGTUA

Orang Batak sering menasihati anak-anaknya agar senantiasa menaruh hormat kepada orangtua. Dasar dari penghormatan itu ialah orangtua diyakini sebagai gambaran Allah yang kelihatan (Allah yang nampak). Nasihat yang disampaikan oleh orangtua ini sejatinya sangat kristiani. Dalam keluarga diharapkan terjalin relasi pribadi yang sangat mesra di antara anggota keluarga sendiri, sehingga keharmonisan, kebahagiaan, dan sukacita ada di dalamnya. Masing-masing pribadi, sebagai anggota keluarga diharapkan dapat menempatkan dirinya secara tepat, terlebih bagi anak terhadap orangtuanya.

Rasul Paulus juga mengajak kita agar dalam hidup ini senantiasa menaruh hormat kepada orangtua. Pentingnya menaruh hormat yang mendalam kepada orangtua, karena melalui merekalah turun hidup dan berkat dari Allah. Penghormatan terhadap orangtua akan memberikan kebahagiaan dan panjang umur pada anak. Sebab orang yang berbuat baik akan menerima ganjaran dari Tuhan.

Jika kita percaya bahwa orangtua itu merupakan gambaran Allah yang kelihatan maka kita harus bersikap hormat kepada mereka. Sebaliknya dari pihak orangtua juga hendaknya lahir sikap melindungi, menyayangi, dan mengerti terhadap anak. Orangtua yang baik ialah orangtua yang selalu memberi perhatian kepada anak-anaknya. Didiklah anak-anak dengan teladan sehingga anak-anak akan menaruh rasa hormat secara total. Rasa hormat anak kepada orangtua hendaknya keluar dari hati yang terdalam dan tulus, yang terwujud secara nyata dalam kehidupan sehari-hari (MM).

 

Pelita Hati: Orangtua yang baik ialah orangtua yang selalu memberi perhatian kepada anak-anaknya.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Selasa 30 Oktober 2012

Renungan Harian: Selasa 30 Oktober 2012

Luk 13:18-21

Ketika mengajar di salah satu rumah ibadat, Yesus bersabda, "Kerajaan Allah itu seumpama apa? Dengan apakah Aku akan mengumpamakannya? Kerajaan Allah itu seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di kebunnya. Biji itu tumbuh dan menjadi pohon, dan burung-burung di udara bersarang di ranting-rantingnya." Dan Yesus berkata lagi, "Dengan apakah Aku akan mengumpamakan kerajaan Allah? Kerajaan Allah itu seumpama ragi, yang diambil seorang wanita dan diaduk-aduk ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai seluruhnya beragi."

KEBIJAKSANAAN ALLAH

Kalau kita mendengar kata bijaksana, pikiran kita mungkin langsung tertuju kepada orang yang memiliki kepekaan. Dalam Perjanjian Lama salah satu tokoh kebijaksanaan ialah Salomo. Salomo dikenang menjadi orang bijaksana karena dia mampu menjawab persoalan dengan baik.

Sumber kebijaksanaan kita yang paling utama ialah Allah. Dalam bertindak Allah senantiasa menunjukkan kebijaksanaan-Nya. Kebijaksanaan-Nya selalu didasarkan atas cinta kasih kepada manusia. Karena itu, dalam Gereja perkawinan itu dilihat sebagai tanda kasih Allah yang mencintai umat-Nya. Maka cinta kristiani harus utuh dan sejati. Cinta kasih kristiani tidak boleh mendasarkan diri pada keinginan daging, yang disebut seksualitas, menyempit menjadi genitalita (kelamin). Suami-istri membangun cinta atas dasar keseluruhan: jiwa-raga, budi-hati-rasa, dimurnikan dalam kejernihan ajaran Kristus.

Perkawinan sebagai Sakramen dalam Gereja itu termasuk misteri, rahasia besar, yang dapat diterangkan untuk ditemukan arah dan kerangkanya, tetapi hanya akan ditemukan maknanya, dengan menghayatinya secara benar: "Laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Agar kita bisa memberi penilaian terhadap perbuatan-perbuatan, maka kita mesti hidup dalam kebenaran. "Janganlah mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan sebab tidak membuahkan apa-apa."

Kita diajak agar meninggalkan perbuatan-perbuatan yang mengarahkan kita kepada kejahatan. Kejahatan adalah musuh jiwa orang yang percaya. Cinta Sejati tak akan pernah berhenti. Cinta adalah kasih sayang yang terus-menerus (MM).

 

Pelita Hati: Janganlah mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan sebab tidak membuahkan apa-apa.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Senin 29 Oktober 2012

Renungan Harian: Senin 29 Oktober 2012

Luk 13:10-17

Pada suatu hari Sabat Yesus mengajar dalam salah satu rumah ibadat.

Di situ ada seorang wanita yang telah delapan belas tahun dirasuk roh.

Ia sakit sampai bungkuk punggungnya dan tidak dapat berdiri lagi dengan tegak. Ketika Yesus melihat wanita itu dipanggil-Nyalah dia. Lalu Yesus berkata,"Hai ibu, penyakitmu telah sembuh." Kemudian wanita itu ditumpangi-Nya tangan, dan seketika itu juga ia berdiri tegak dan memuliakan Allah. Tetapi kepala rumah ibadat itu gusar karena Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat. Lalu ia berkata kepada orang banyak, "Ada enam hari untuk bekerja. Karena itu datanglah pada salah satu hari itu untuk disembuhkan dan jangan pada hari Sabat." Tetapi...

CINTA MENDASARI HUKUM

Beragama dan beriman berbeda satu sama lain. Orang beragama belum tentu beriman, sebaliknya orang beriman belum tentu beragama. Alangkah indahnya jika beragama sekaligus beriman! Apa yang terjadi akhir-akhir ini perihal kekerasan agama yang dilakukan oleh oknum atau kelompok tertentu cukup menarik dan memprihatinkan. Atas nama agama menyakiti orang lain itulah yang terjadi, entah itu disadari sepenuhnya oleh pelaku atau tidak, atau pelaku hanya sekadar 'wayang' yang dimainkan oleh dalang tertentu. 

Sabda Yesus hari ini mengkritik orang-orang munafik, di mana orang berpegang teguh pada peraturan tanpa dijiwai oleh iman dan cinta kasih. Menurut hukum taurat, pada hari Sabat setiap orang harus istirahat dari kerja. Maka ketika Yesus menyembuhkan pada hari Sabat, kepala rumah ibadat itu gusar. Namun, Yesus sering menentang hukum yang demikian itu dengan alasan bahwa hukum yang menekan hidup tidak dikehendaki Tuhan. Inilah usaha Yesus untuk melepaskan ikatan yang membelenggu manusia. Nilai keselamatan lebih tinggi daripada hukum, karena itu manusia harus dilepaskan dari belenggu ikatan hukum. Yesus adalah Tuhan atas hari Sabat. Dialah yang menetapkan hari Sabat untuk menghidupkan dan membina hubungan mulia antara Tuhan dan manusia.

Kita semua mungkin mengakui diri sebagai umat beriman, namun apakah menghayati iman dengan benar masih merupakan pertanyaan. Beriman berarti mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, sehingga hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan yang utama adalah perintah untuk saling mengasihi satu sama lain. Cinta kasih mendasari aneka peraturan dan kebijakan atau tata tertib, sekaligus menjadi sasaran pelaksanaan peraturan, kebijakan atau tata tertib. Dengan kata lain, cinta kasih mengatasi dan mendasari aneka peraturan, kebijakan, dan tata tertib (MM).

 

Pelita Hati: Kehendak Tuhan yang utama adalah perintah untuk saling mengasihi satu sama lain.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Minggu 28 Oktober 2012

Renungan Harian: Minggu 28 Oktober 2012

Mrk 10:46-52

Pada suatu hari Yesus dan murid-murid-Nya tiba di Yerikho. Ketika Yesus keluar lagi dari Yerikho, bersama murid-murid-Nya, dan orang banyak yang berbondong-bondong, duduklah di pinggir jalan seorang pengemis yang buta bernama Bartimeus, anak Timeus. Ketika didengarnya, bahwa yang lewat itu Yesus dari Nazaret, mulailah ia berseru, "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!" Banyak orang menegurnya supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru, "Anak Daud, Kasihanilah aku!" Maka Yesus berhenti dan berkata, "Panggillah dia!" Mereka memanggil si buta itu dan berkata kepadanya, "Kuatkanlah hatimu. Berdirilah, Ia memanggil engkau." Orang buta itu lalu menanggalkan jubahnya. Ia segera berdiri, dan pergi  mendapatkan Yesus. Yesus bertanya kepadanya, "Apa yang kau kehendaki Kuperbuat bagimu?" Orang buta itu menjawab, "Rabuni, semoga aku dapat melihat." Yesus lalu berkata kepadanya, "Pergilah, imanmu telah menyelamatkan....

 

MELIHAT WAJAH KRISTUS

Seorang tentara membawa istrinya ke sebuah Rumah Sakit Katolik karena hendak melahirkan. Ketika tentara itu melihat sebuah salib tergantung di hadapan tempat tidur istrinya, ia berkata, "Perawat tolong ambil salib itu dari tempatnya. Saya tidak mau mata bayi saya melihat wajah Kristus." Para perawat pun mengangkat salib itu dari gantungannya. Pada malam itu juga, ibu itu melahirkan bayinya. Pagi harinya, sang ayah yang tidak beragama itu bertanya pada perawat, "Bagaimana keadaan bayi saya?" "Dia baik-baik saja," jawab perawat, "tetapi dia tidak akan melihat Kristus." "Itulah keinginan saya," kata sang ayah. Lalu, perawat itu menyambung, "Keinginanmu itu sungguh jahat, tetapi Tuhan sudah mendengarkannya karena anakmu lahir dalam keadaan buta."

Ada paradoks hebat antara sang ayah dalam cerita di atas dengan Bartimeus yang kita dengar dalam Injil hari ini. Sang ayah dalam cerita tersebut bisa melihat, tetapi tidak mau melihat wajah Kristus. Sementara Bartimeus yang tidak bisa melihat ingin melihat wajah Kristus.

Kebanyakan kita bukanlah orang yang buta secara fisik. Namun, mungkin tidak sedikit dari kita yang mengalami kebutaan secara rohani. Dalam kenyataannya, kebutaan rohani kadang-kadang jauh lebih buruk daripada kebutaan secara fisik. Kita bisa saja mengalami kebutaan secara rohani kalau kita gagal melihat kebaikan yang ada pada orang lain. Suami dan istri bisa saja buta secara rohani kalau mereka tidak bisa melihat kebaikan satu sama lain. Demikian pun halnya orangtua dan anak, guru dan murid, atau pastor dan umat. Karena itu, sama seperti Bartimeus, kita pun mohon supaya disembuhkan dari kebutaan secara rohani agar kita sanggup melihat kebaikan orang-orang yang berada di sekitar kita (MM).

 

Pelita Hati: Kebutaan rohani kadang-kadang jauh lebih buruk daripada kebutaan secara fisik.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Sabtu 27 Oktober 2012

Renungan Harian: Sabtu 27 Oktober 2012

Luk 6:12-19

Sekali peristiwa Yesus mendaki sebuah bukit untuk berdoa. Semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah. Keesokan harinya, ketika hari siang, Ia memanggil murid-murid-Nya dan memilih dari antara mereka dua belas orang yang disebut-Nya rasul. Mereka itu ialah: Simon, yang diberi-Nya nama Petrus, Andreas, saudara Simon, Yakobus dan Yohanes, Filipus dan Bartolomeus, Matius dan Tomas, Yakobus anak Alfeus, dan Simon yang disebut orang Zelot, Yudas anak Yakobus dan Yudas Iskariot yang kemudian menjadi penghianat. Lalu Yesus turun bersama mereka dan berhenti pada suatu tempat yang datar. Di situ berkumpul sejumlah besar murid-murid-Nya dan banyak orang lain yang datang dari seluruh Yudea dan dari Yerusalem, dan dari daerah pantai Tirus dan Sidon. Mereka datang untuk mendengarkan Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka; juga mereka yang kerasukan roh-roh jahat mendapat kesembuhan. Dan orang banyak itu berusaha menjamah Dia, sebab daripada-Nya keluar suatu kuasa, dan semua orang itu disembuhkan-Nya.

 

MEMBANGUN HIDUP BERSAMA YANG BERBUAH

Dalam perjalanan hidup kita masing-masing sejak bayi, kita senantiasa menerima binaan, didikan, pendampingan atau asuhan dari mereka yang telah mengasihi atau berbuat baik kepada kita, terutama orangtua, dengan aneka cara dan bentuk. Apa yang mereka lakukan bagaikan sedang 'memupuk' diri kita agar tumbuh berkembang dengan baik, menjadi dewasa baik secara fisik maupun spiritual. Dari usaha atau tindakan 'pemupukan' tersebut diharapkan ada buah-buah atau hasil yang menyelamatkan atau membahagiakan diri kita sendiri maupun saudara-saudari kita. Yang mereka lakukan juga merupakan perawatan rohani, sehingga kita semakin hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Roh dan dengan demikian cara hidup dan cara bertindak kita menghasilkan buah-buah Roh.

Dalam hidup sehari-hari, entah di dalam keluarga, masyarakat atau tempat kerja/tugas, masing-masing dari kita memiliki fungsi, jabatan atau kedudukan yang berbeda satu sama lain. Hendaknya kita menghayati fungsi, jabatan atau kedudukan tersebut 'bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan paguyuban umat beriman', dengan kata lain untuk mengusahakan, membangun dan memperdalam persaudaraan atau persahabatan sejati. Pengalaman kebersamaan hidup di dalam keluarga atau komunitas merupakan senjata dalam kehidupan bersama yang lebih luas, di dalam masyarakat atau tempat kerja/tugas.

Marilah kita bina, didik, dan dampingi anak-anak dalam semangat melayani demi pembangunan hidup bersama, sehingga mereka tumbuh berkembang menjadi pribadi yang senantiasa siap sedia untuk bekerja sama dengan siapa pun dan di mana pun (MM).

 

Pelita Hati: Hendaknya kita menghayati fungsi, jabatan atau kedudukan 'bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan paguyuban umat beriman'.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Jumat 26 Oktober 2012

Renungan Harian: Jumat 26 Oktober 2012

Luk 12:54-59

Pada suatu ketika Yesus bersabda kepada orang banyak, "Apabila kalian melihat awan naik di sebelah barat, segera kalian berkata: Akan datang hujan, dan hal itu memang terjadi. Dan apabila kalian melihat angin selatan bertiup, kalian berkata: Hari akan panas terik, 'dan hal itu memang terjadi. Hai orang-orang munafik, kalian tahu menilai gelagat bumi dan langit tetapi mengapa engkau tidak memutuskan sendiri apa yang benar? Jika engkau dengan lawanmu pergi menghadap penguasa, berusahalah berdamai dengan dia selama di tengah jalan. Jangan sampai ia menyeret engkau kepada hakim dan hakim menyerahkan engkau kepada pembantunya, dan pembantu itu melemparkan engkau ke dalam penjara. Aku berkata kepadamu: 'Engkau takkan keluar dari sana, sebelum melunasi hutangmu."

 

MENGENALI TANDA ZAMAN

Kecenderungan kebanyakan orang masa kini lebih ke arah sikap mental egois, kurang peka terhadap saudara-saudarinya, hanya mencari keuntungan atau kenikmatan diri sendiri. "Hai orang-orang munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya, mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini?" Demikian kecaman Yesus terhadap orang-orang munafik. Kita harus cermat dalam membaca tanda-tanda zaman. Tanda-tanda zaman tidak lain adalah situasi zaman dan dunia tempat Gereja hidup dan berkembang. Agar situasi zaman dan dunia tempat Gereja hidup menjadi jalan menuju Allah, maka Gereja perlu membaca tanda-tanda zaman secara teliti dan cerdik.

Tanda-tanda zaman, misalnya pemanasan global, telah diberitakan atau disebarluaskan ke mana-mana melalui aneka macam media, namun kebanyakan orang tidak menyikapinya dengan benar atau tepat. Hal itu kiranya menggambarkan ketidakpekaan orang terhadap aneka gejala maupun peristiwa yang terjadi di sekitarnya atau di dalam tubuhnya sendiri. Sabda hari ini mengajak dan mengingatkan kita semua tentang pentingnya mengenal diri dengan baik dan memadai, sehingga dapat menempatkan diri dengan tepat dalam kehidupan bersama di mana pun dan kapan pun.

Tanda zaman menunjuk adanya perubahan yang bisa berarti kemungkinan baru, yang bisa dikenali dan bisa dihindari. Kebaruan belum selalu berarti kemajuan. Orang yang tidak berpikir kritis, tidak bisa membedakan unsur membangun dan unsur merusak pada yang baru, sehingga bisa terlena dan menjauhkan diri dari Tuhan. Mengenali tanda zaman perlu untuk memberi arah baik dan benar pada zaman baru yang sedang bergerak, menuju persekutuan dengan Tuhan. Gereja sebagai umat Allah bertanggung jawab untuk memberi arah menuju Allah hingga  akhir zaman (MM).

 

Pelita Hati: Mengenali tanda zaman perlu untuk memberi arah baik dan benar pada zaman baru yang sedang bergerak, menuju persekutuan dengan Tuhan.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Minggu, 21 Oktober 2012

Renungan Harian: Kamis 25 Oktober 2012

Renungan Harian: Kamis 25 Oktober 2012

Luk 12:49-53

Pada suatu ketika Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya, "Aku datang melemparkan api ke bumi, dan betapa Kudambakan agar api itu selalu menyala! Aku harus menerima baptisan dan betapa susah hati-Ku sebelum hal itu berlangsung! Kalian sangka Aku datang membawa damai ke bumi? Bukan! Bukan damai, melainkan pertentangan! Karena mulai sekarang akan ada pertentangan antara lima orang dalam satu rumah, tiga melawan dua dan dua melawan tiga. Mereka akan saling bertentangan, bapa melawan puteranya, dan putera melawan bapanya,

Ibu melawan puterinya, dan puteri melawan ibunya, ibu mertua melawan menantu, dan menantu melawan ibu mertuanya."

 

SENGSARA MEMBAWA NIKMAT

Yesus bukan pembawa damai? Kalau begitu semuanya bohong. Bukankah para malaikat melagukan damai ketika Yesus lahir di Betlehem: "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi..." (Luk 2:14)? Tidak! Tentu Yesus tidak bohong! Yesus datang untuk melemparkan api ke bumi dan menjalani baptisan. Keduanya menjadi satu kesatuan. Baptisan adalah prasyarat agar api menyala di bumi. Api yang dibawa dan dilemparkan Yesus tampaknya lebih mengacu pada Roh Kudus dan api yang dengan-Nya Yesus akan membaptis (Luk 3:16). Pelemparan api itu terjadi setelah Yesus bangkit dari mati dan naik ke surga, lalu mencurahkan Roh Kudus dalam rupa nyala api pada hari Pentakosta (Kis 2:3,33).

Akibat dari kedatangan-Nya itu adalah pertentangan atau perpecahan di antara orang-orang yang menerima dan yang menolak-Nya. Banyak orang takut mengikuti Yesus, karena takut dikucilkan oleh keluarganya. Tetapi banyak juga orang yang dengan teguh memilih Yesus dan pantang mundur menanggung segala risiko, biarpun sampai dibuang dan tak dihitung lagi sebagai anggota keluarganya.

Yesus diutus Allah Bapa bukan untuk membawa damai definitif ke atas bumi. Damai itu baru akan ditegakkan Allah di akhir zaman. Damai itu bukan damai lahiriah, tetapi berupa ketenangan jiwa yang sangat mendalam karena orang terbebas dari segala macam kesalahan dan dosa. Yesus datang bukan supaya kita tinggal aman-aman saja melainkan supaya kita merasa terganggu dan terdorong untuk mengubah hidup kita. Mengikuti Yesus berarti harus siap menanggung beban dan derita, bahkan penganiayaan dari orang-orang yang tak sejalan dengan iman kita, termasuk keluarga sendiri. Tetapi barangsiapa terus berjuang dan tetap bertahan dalam iman kepada Yesus, pada akhirnya akan memperoleh kedamaian abadi. Jadi, ikut Yesus itu "sengsara membawa nikmat"(MM).

 

Pelita Hati: Mengikuti Yesus berarti harus siap menanggung beban dan derita, bahkan penganiayaan dari orang-orang yang tak sejalan dengan iman kita, termasuk keluarga sendiri.

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Rabu 24 Oktober 2012

Renungan Harian: Rabu 24 Oktober 2012

Luk 12:39-48

Pada suatu ketika berkatalah Yesus kepada murid-murid-Nya, "Camkanlah ini baik-baik! Jika tuan rumah tahu pukul berapa pencuri akan datang, ia tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar. Hendaklah kalian juga siap-sedia. Karena Anak Manusia akan datang pada saat yang tidak kalian sangka-sangka." Petrus bertanya, "Tuhan, kami sajakah yang Kaumaksud dengan perumpamaan ini ataukah juga semua orang?" Tuhan menjawab, "Siapakah pengurus rumah yang setia dan bijaksana yang akan diangkat oleh tuannya menjadi kepala atas semua hambanya untuk membagikan makanan kepada mereka pada waktunya? Berbahagialah hamba yang didapati tuannya sedang melakukan tugasnya, ketika tuan itu datang. Aku berkata kepadamu: Sungguh., tuan itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya. Tetapi...

HIDUP: PERSIAPAN UNTUK MATI

Seorang atlet (bulu tangkis, voli, sepak bola, dsb.) bertanding hanya untuk beberapa menit atau beberapa jam, tetapi mereka selama berbulan-bulan mempersiapkan diri. Seorang petinju setelah berlaga di ring tinju selama 10 atau 12 ronde x 3 menit (30 menit atau 36 menit) baru boleh berlaga lagi paling cepat setelah tiga bulan. Selama tiga bulan tersebut seluruh waktu dimanfaatkan untuk penyegaran kembali alias persiapan. Persiapan atau kesiap-siagaan memang penting sekali dan mutlak dilaksanakan jika orang mau sukses dalam 'pertandingan' atau 'penampilan'. Kiranya yang harus bersiap-siap tidak hanya para atlet saja, melainkan kita semua.

Pesan Injil saat ini memberi peringatan bagi kita semua bahwa masing-masing dari kita sewaktu-waktu, kapan saja dan di mana saja, dapat meninggal dunia alias dipanggil Tuhan. Hal itu sebagaimana sering terjadi masa kini, entah karena kecelakaan lalu lintas, serangan jantung, bencana alam, dst. Siapkah kita jika sewaktu-waktu dipanggil Tuhan? Takutkah kita jika sewaktu-waktu dipanggil Tuhan? Jika kita senantiasa hidup bersama dan bersatu dengan Tuhan, maka kita tidak takut jika sewaktu-waktu dipanggil Tuhan dan siap sedia kapan saja maupun di mana saja. Hidup ini merupakan persiapan untuk mati, belajar persiapan untuk ujian atau 'menjadi orang' yang kelak dapat berfungsi dalam karya penyelamatan dunia. Mati adalah peralihan hidup dari dunia ini ke dunia yang lain atau 'perjumpaan secara pribadi dengan Tuhan'. Maka tidak ada alasan untuk takut mati jika dalam hidup sehari-hari kita terbiasa 'bergaul dan berjumpa dengan Tuhan', dalam kesibukan mengurus hal-hal kecil dan sederhana sampai besar dan berbelit-belit. Dengan kata lain, 'hidup sebagai persiapan untuk mati' berarti mampu 'menemukan Tuhan dalam segala sesuatu' atau 'menghayati segala sesuatu dalam Tuhan' (MM).

 

Pelita Hati: Mati adalah peralihan hidup dari dunia ini ke dunia yang lain atau 'perjumpaan secara pribadi dengan Tuhan'.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Selasa 23 Oktober 2012

Renungan Harian: Selasa 23 Oktober 2012

Luk 12:35-38

Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala. Hendaklah kalian seperti orang yang menanti-nantikan tuannya pulang dari pesta nikah, supaya jika tuannya datang dan mengetuk pintu, segera dapat dibukakan pintu. Berbaha-gialah hamba, yang didapati tuannya sedang berjaga ketika ia datang. Aku berkata kepadamu: 'Sesungguhnya ia akan mengikat pinggangnya dan mempersilahkan mereka duduk makan, dan ia akan datang melayani mereka. Dan apabila ia datang di tengah malam atau pada hari dinihari, dan mendapati mereka berlaku demikian, maka berbahagialah para hamba itu."

SIAGA DAN SETIA MENANTI-NYA

Yesus mengajarkan kepada para murid agar dalam menantikan kedatangan Tuhan hendaklah selalu waspada, siap siaga untuk bergerak dan bertindak menjalankan setiap tugas perutusan. Tidak hanya itu, Yesus juga meminta murid-murid untuk selalu menyalakan "pelita". Artinya, supaya mereka memiliki arah dan pegangan yang dapat digunakan untuk menerangi kegelapan di waktu malam atau menghadapi tantangan dan kesulitan hidup. Itulah orang bijaksana yang hidupnya dapat diandalkan dan dipercayai. Ketika Tuhan datang dan mengetuk pintu segera dibukakan bagi-Nya. Kesiapsiagaan dilambangkan sebagai pinggang yang selalu berikat.

Hamba-hamba yang siap sedia, setia, penuh tanggung jawab, dan rela berkurban disebut yang berbahagia. Mengapa? Karena tuan yang disambut kedatangannya adalah tuan yang istimewa, tuan yang jauh lebih besar dari segala tuan-tuan yang ada. Karena tuan yang satu ini setelah menyaksikan hambanya dengan gembira hati berkenan menempatkan diri sebagai hamba yang mengikat pinggangnya dan melayani para hambanya dengan penuh sukacita menikmati makanannya. Sangat membahagiakan. Tuan yang seharusnya dilayani, dihormati, dan ditaati justru berkenan memerankan diri sebagai hamba. Itulah tuan yang sangat murah hati; tuan yang begitu mudah tersentuh hatinya oleh perbuatan baik hambanya yang sebetulnya telah menjadi kewajiban mereka. Di dalam suasana hidup semacam itu, hubungan hamba-tuan tidak terasa lagi. Yang dialami adalah relasi personal, relasi dua pihak yang saling mengasihi, memperhatikan, dan melayani.

Tuan mana yang begitu murah hati, yang begitu besar kasihnya, kalau bukan Tuhan kita sendiri, bukan? Karena itu, sebagai murid Tuhan, kita hendaknya selalu siaga dan setia mengikuti Yesus di dalam perjalanan-Nya (MM).

 

Pelita Hati: Sebagai murid Tuhan, kita hendaknya selalu siaga dan setia mengikuti Yesus di dalam perjalanan-Nya.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Senin 22 Oktober 2012

Renungan Harian: Senin 22 Oktober 2012

Luk 12:13-21

Sekali peristiwa Yesus mengajar banyak orang. Salah seorang dari mereka berkata kepada Yesus,"Guru, katakanlah kepada saudaraku, supaya ia berbagi warisan dengan daku." Tetapi Yesus menjawab,"Saudara, siapa yang mengangkat Aku menjadi hakim atau penengah bagimu?" Kata Yesus kepada orang banyak itu,"Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan! Sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya hidupnya tidak tergantung dari kekayaannya itu." Kemudian Ia menceritakan kepada mereka perumpamaan berikut, "Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. Ia bertanya dalam hatinya,'Apakah yang harus kuperbuat....

 

Menjadi Kaya di Hadapan Allah

Uang termasuk 'makhluk' yang tidak mengenal agama, tidak punya iman, namun kehadirannya sangat dinanti dan diperebutkan. Uang bahkan diburu siang dan malam kalau perlu dengan taruhan nyawa. Kadang dikutuk sebagai penyebab berbagai tindak kekerasan dan kriminal, tetapi kadang-kadang dipuja-puji melebihi Tuhan bahkan sampai melahirkan ungkapan 'siapa punya uang dia punya kuasa.' Harus diakui bahwa uang memang bisa berkaitan dengan sikap jujur, sederhana, pasrah atau menciptakan sikap kerja keras. Tetapi bisa juga memunculkan sikap rakus, korup, kejam, dan tak kenal belas kasihan. Meminjam ungkapan orang kota Jakarta: "ada uang abang disayang, tak ada uang abang ditendang." Hal itu membuktikan bahwa uang pun bisa mempunyai kadar cinta seseorang kepada pasangannya.

Yesus lewat perumpamaan tentang orang kaya yang bodoh kembali melukiskan bagaimana keterikatan hati manusia akan harta. Dalam Injil ini dipakai kata harta dalam bentuk tanah, lumbung, gandum, dan barang-barang lainnya. Semua ini bisa dibahasakan dengan situasi dan keadaan sekarang ini dengan orang yang memiliki uang banyak yang disimpan di bank atau dalam bentuk usaha.

Lalu, pertanyaan sekarang salahkah memiliki harta yang banyak? Sama sekali tidak. Kesalahan yang mau ditunjukkan dalam perumpamaan ini adalah soal keterikatan yang luar biasa pada harta. Artinya orang kaya dalam perumpamaan ini sudah menjadikan harta dunia sebagai tuhannya. Hal penting yang mau diajarkan dalam perumpamaan ini adalah ukuran sukses dalam hidup bukan pertama-tama pada banyaknya harta benda yang kita miliki, namun yang terpenting adalah kemanfaatan hidup kita bagi sesama. Itulah artinya menjadi kaya di hadapan Tuhan. Mau berbagi dan tidak egois. Sebab mesti kita sadari lambat atau cepat kita akan meninggalkan dunia ini. Nah… menjadi bahan refleksi bagi kita, apakah kita sudah memperhatikan sesama yang membutuhkan bantuan kita? (MES).

 

Pelita Hati: Pakailah harta yang ada untuk membangun kesejahteraan diri dan bersama maka dengan demikian hatimu akan merasa damai dan tenteram.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Minggu 21 Oktober 2012

Renungan Harian: Minggu 21 Oktober 2012

Mrk 10:35-45(42-45)

Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata, "Kamu tahu, bahwa orang-orang yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tetapi janganlah demikian di antara kamu! Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia  menjadi hamba untuk semuanya...

 

Rendah Hati dalam Pelayanan

Negeri kita berlimpah kekayaan, tetapi miskin keteladanan. Negeri kita punya belasan ribu pulau, tetapi sangat jarang tertata rapi. Jangan tanya manusianya. Hampir semua rakus. Apa sebenarnya yang kurang lagi di negeri ini? Hasil hutan, perkebunan, laut, dan pertambangan  melimpah. Keindahan alamnya sangat mempesona sehingga  mampu memikat hati jutaan turis manca negara setia datang berkunjung setiap tahunnya. Sekalipun demikian, jutaan rakyat masih tergolong miskin  dan menderita. Utang negara menggunung. Sangat ironis. Mungkin itu sebabnya tetua pada zaman dulu bertanya: kekayaan alam itu berkah atau musibah? Singapura hanya memiliki satu pulau, tetapi karena hanya itu yang dimiliki, mereka merawat dengan baik, tidak saja alamnya tetapi juga perilaku manusianya juga dirawat dengan baik.

Lukisan di atas dibuat untuk memudahkan kita memahami isi Injil pada hari Minggu ini. Seruan Yesus "barangsiapa ingin menjadi besar, hendaklah ia menjadi pelayanmu.." menjadi sangat tepat untuk melukiskan situasi yang kita hadapi di negeri ini. Kemiskinan dan ketidakadilan yang muncul di negeri ini adalah akibat dari sikap para pemimpin yang tidak mau menjadi pelayan yang sesungguhnya. Seruan Yesus yang bernada lembut ini hendak menekankan bahwa kalau masing-masing kita mau saling berbagi dan melayani dengan rendah hati maka penderitaan akan terkikis dari dunia sekitar kita.

Kesediaan untuk  mau menjadi pelayan yang rendah hati merupakan sebuah kearifan yang sangat dibutuhkan pada zaman ini karena melalui pelayanan yang tulus akan terbuka pintu-pintu persahabatan dan persaudaraan. Perhatikan kehidupan  Bunda Teresia dari Kalkuta yang berjuang tanpa senjata, tetapi ia memenangkan pertandingan. Mengapa? Karena Bunda Teresa memiliki spiritualitas pelayanan yang tinggi dan mau menjadi pelayan yang rendah  hati tanpa pamrih bagi orang-orang yang tersingkirkan. Akhirnya, Bunda Teresia menjadi besar dan namanya dikenang dunia dengan sangat baik. Semua itu karena dia sungguh melayani dengan tulus (MES).

 

Pelita Hati: Bunga-bunga tidak akan mekar mewangi jika tanpa disegarkan air, hidup akan menjadi hampa jika tanpa cinta kasih Tuhan.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Rabu, 17 Oktober 2012

Renungan Harian: Sabtu Oktober 2012

Renungan Harian: Sabtu Oktober 2012

Luk 12:8-12

Sekali peristiwa Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya, "Barangsiapa mengakui Aku di depan manusia, akan diakui pula oleh Anak Manusia di depan para malaikat Allah. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, ia akan disangkal pula di depan para malaikat Allah. Setiap orang yang mengatakan sesuatu melawan anak Manusia, ia akan diampuni. Tetapi barangsiapa menghujat Roh Kudus, tidak akan diampuni. Apabila kalian dihadapkan kepada majelis atau pemerintah, atau penguasa, janganlah kuatir bagaimana dan apa yang harus kalian katakan untuk membela dirimu. Sebab pada saat itu juga Roh Kudus akan mengajarkan kepadamu apa yang harus kalian katakan."

 

Kepercayaan Diri yang benar

Kita dapat tahan uji, bila kita mempunyai kepercayaan diri. Perlu diingat bahwa kepercayaan diri memang bisa menjerumuskan kita ke dalam penghargaan diri yang berlebihan. Bila itu terjadi maka kita akan jatuh dalam kesombongan. Namun, hal itu tak akan terjadi jika kepercayaan diri itu kita letakkan dalam iman bahwa Tuhan mempunyai alasan mengapa kita diciptakan dan dicintai-Nya. Tuhan ingin bekerja sama dengan kita dalam rencana penyelamatan-Nya terhadap dunia ini.

Dewasa ini banyak orang kehilangan kepercayaan dan orientasi diri. Mereka tenggelam ke dalam berbagai tawaran yang menyesatkan. Akibatnya mereka kehilangan identitas. Dalam menentukan pilihan mereka hanya mau yang instan dan menyenangkan badan saja. Bila kita jatuh pada pilihan hidup seperti itu maka kita tak tahu lagi apa cita-cita hidup kita. Hilangnya cita-cita akan membuat hidup kita ini tak berarti lagi dan pada akhirnya hidup akan menjadi kacau.

Dalam Injil hari ini Yesus mengajak para murid supaya memiliki kepercayaan diri yang benar dan tahan uji. Kepercayaan diri yang benar itu bersumber dari Roh Kudus. Memiliki kepercayaan diri yang benar perlu menggalinya terus-menerus lewat doa dan karya. Dengan kata lain, perlu latihan rohani supaya kita menemukan orientasi diri yang benar dan semakin menyadari bahwa segalanya berasal dari Allah dan akan berpulang kepada Allah (MES).

 

Pelita Hati: Tuhan, jadikan aku sebuah jembatan yang melintas batas-batas merengkuh yang menderita menyelami hati yang sepi mengulurkan pertolongan  dan menyebar senyuman bagi siapa saja.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Jumat 19 Oktober 2012

Renungan Harian: Jumat 19 Oktober 2012

Luk 12:1-7

Sekali peristiwa berkerumunlah beribu-ribu orang, sehingga mereka berdesak-desakan. Yesus lalu mulai mengajar pertama-tama kepada murid-murid-Nya, kata-Nya, "Waspadalah terhadap ragi, yaitu kemunafikan kaum Farisi. Tiada sesuatu pun yang tertutup yang takkan dibuka, dan tiada sesuatu pun yang tersembunyi yang takkan diketahui.

Karena itu apa yang kalian katakan dalam gelap akan kedengaran dalam terang, dan apa yang kalian bisikkan ke telinga di dalam kamar akan dimaklumkan dari atas atap rumah. Aku berkata kepadamu, hai sahabat-sahabat-Ku, janganlah kalian takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh tetapi kemudian tak dapat berbuat apa-apa lagi. Aku akan menunjukkan kepadamu siapakah yang harus kalian takuti. Takutilah Dia yang setelah membunuh, mempunyai kuasa untuk melemparkan orang ke dalam neraka. Sungguh, aku berkata kepadamu, takutilah Dia!

Bukankah burung pipit dijual lima ekor dua duit? Sungguh pun demikian tidak seekor pun dilupakan Allah. Bahkan rambut kepalamu pun terhitung semuanya. Karena itu jangan takut, karena kalian lebih berharga daripada banyak burung pipit."

 

Bekal Hidup

Gagasan berkorban kurang diminati dan diterima orang dewasa ini. Memberi tenaga, waktu, pikiran, dan materi bagi karya sosial tanpa menerima 'penghargaan' tidak menarik lagi, dan sedikit orang merelakan diri untuk itu. Berkorban identik dengan pahlawan, dan pahlawan tidak ada lagi zaman ini, hanya ada dalam sejarah. Berkorban berarti memberi diri sehabis-habisnya karena kasih.

Allah memberi diri kepada manusia karena kasih-Nya pada manusia. Dalam penjelmaan Yesus jadi manusia, Allah memberikan diri sebagai satu dari kita, memberi hidup-Nya jadi hidup manusia: daging-Nya yang terkoyak jadi santapan manusia, darah-Nya yang tertumpah jadi minuman manusia dalam Ekaristi. Dan akhirnya penyerahan nyawa-Nya di salib dan kebangkitan-Nya dari kubur demi kehidupan manusia merupakan pemberian diri total pada umat manusia. Pengorbanan total ini hanya karena kasih-setia Allah kepada makhluk-Nya.

Dalam Injil hari ini Yesus memberi peneguhan berupa nasihat dan pengajaran kepada para murid-Nya akan nilai dan pentingnya berkorban. Tujuan dari pengajaran Yesus adalah supaya kita tetap menjadi murid yang bijaksana dalam hidup. Inti terdalam dari ajaran Yesus adalah supaya para murid mampu belajar mencari nilai, percaya pada penyertaan Allah, tekun dalam doa, dan kritis terhadap pengaruh dari luar. Mampukah kita menjadikan nasihat Yesus sebagai pegangan dalam hidup kita? (MES).

 

Pelita Hati: Jika kita melayani dengan penyerahan penuh bakti, kita selamanya akan terpuaskan dan merasa terpenuhi. Kita tidak akan berpikir untuk meminta apa pun karena kita merasa bahwa kita memiliki segala sesuatu dalam kelimpahan.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Kamis 18 Oktober 2012

Renungan Harian: Kamis 18 Oktober 2012

Luk 10:1-9

Pada suatu hari Tuhan menunjuk tujuh puluh murid, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. Kata-Nya kepada mereka, "Tuaian memang banyak, tetapi sedikitlah pekerjanya. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. Pergilah! Camkanlah, Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala. Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapa pun selama dalam perjalanan. Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu, 'Damai sejahtera bagi rumah ini.' Dan jika di situ ada orang  yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal padanya. Tetapi jika tidak, salammu itu akan  kembali kepadamu. Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah. Jika kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu, dan sembuhkanlah....

 

Menjadi Saksi Kristus

Mengikuti Kristus secara konsekuen berarti menuju kurban dan salib, mengapa? Karena mengikuti Kristus banyak tuntutannya. Tiada sesuatu pun yang boleh kita pilih di atas Dia. Kita harus menaruh cinta kasih kepada-Nya melebihi keluarga, melebihi segala-galanya bahkan melebihi hidup kita sendiri.

Dalam Injil hari ini tampak  tuntutan Yesus  yang begitu tegas bila mau mengikuti Dia. Tuntutan yang tegas ini tidak lain adalah untuk meyakinkan para pengikutnya bahwa tak mungkin bertemu Kristus tanpa mengangkat salibnya. Dan para murid pun dipilih untuk menghadirkan Dia. Mereka itu diutus oleh-Nya dan Dia sendiri diutus oleh Bapa-Nya. Maka bila kita menerima utusan-Nya kita menerima Dia dan dalam Dia kita menerima Bapa-Nya.

Santo Lukas sadar betul akan tugas perutusan itu. Dia mewartakan Kabar Gembira dengan cara lembut, meyakinkan, dan bersahabat. Dia banyak menghadapi tantangan, tetapi dengan teguh tetap berpegang pada Yesus. Terkadang dalam kehidupan kita mudah goyah karena bujukan atau pengaruh keyakinan lain. Maka melalui pesta santo Lukas hari ini kita kembali disegarkan  bahwa sekali memilih Yesus mesti berani untuk mempertahankan-Nya sampai mati. Mengikuti Dia harus sebulat hati. Kita harus tetap berjuang agar harapan Yesus bagi kita sebagai murid pada zaman sekarang bisa kita laksanakan dan jalankan. Dan terlebih dengan usaha dan perjuangan kita itu, damai sejahtera ada dalam lingkungan dan persahabatan kita semakin bersemi. Sudah siapkah kita menjadi murid? (MES).

 

Pelita Hati: Kuakui dengan mulutku, "Ya Allah kekal, Kasih-Mu menciptakan surga, tetapi kesetiaan-Mu kokoh melebihi langit."

(Mzm 88: 2)

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Jumat, 12 Oktober 2012

Renungan Harian: Rabu 17 Oktober 2012

Renungan Harian: Rabu 17 Oktober 2012

Luk 11:42-46

Sekali peristiwa Yesus bersabda,"Celakalah kalian, hai orang-orang Farisi! Sebab kalian membayar persepuluhan dari selasih, inggu dan segala jenis sayuran, tetapi kalian mengabaikan keadilan dan kasih Allah. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan. Celakalah kalian, hai orang-orang Farisi, sebab kalian suka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat dan suka menerima penghormatan di pasar. Celakalah kalian, sebab kalian seperti kubur yang tidak memakai tanda; orang-orang yang berjalan di atasnya, tidak mengetahuinya. Seorang ahli Taurat menjawab, "Guru, dengan berkata demikian, Engkau menghina kami juga." Tetapi Yesus berkata lagi, "Celakalah kalian juga, hai ahli-ahli Taurat, sebab kalian meletakkan beban-beban yang tak terpikul pada orang, tetapi kalian sendiri tidak menyentuh beban itu dengan satu jari pun."

 

Melawan Kemunafikan

Dalam Injil hari ini kembali dilukiskan sikap tegas Yesus yang mencela kaum Farisi yang banyak berpura-pura dan munafik. Kemarahan Yesus timbul karena perilaku mereka tidak mencerminkan keadilan, perdamaian, dan cinta kasih. Mereka selalu berusaha untuk mendapatkan keuntungan pribadi, sukses pribadi, dan kehormatan tanpa memperhatikan kesukaran hidup yang dialami oleh sesama. Bagi kaum Farisi peraturan dan adat istiadat dipakai hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan. Mereka tidak sanggup lagi melihat cinta kasih dalam aturan dan adat istiadat.

Kritik Yesus dalam Injil hari ini boleh jadi ada dalam diri kita masing-masing. Tidak jarang dalam kehidupan sehari-hari, dalam kehidupan menggereja, kita lebih mementingkan aturan daripada cinta kasih, menjaga status dan harga diri. Mungkin juga kita lebih cenderung mementingkan kepentingan diri dan lupa mengamalkan cinta kasih kepada sesama. Secara sederhana seruan Injil kepada kita hari ini adalah agar kita senantiasa terbuka. Menggantikan kesombongan dengan sikap rendah hati; bermental tuan dengan mau melayani. Mau menerima dan menghargai mereka yang dianggap rendah. Sikap dan tindakan kita hendaknya mencerminkan iman kita. Orang beriman akan tampak dari sikap dan perilaku hidupnya.

Sering terjadi bahwa orang aktif dalam Gereja, tetapi dalam hidup bermasyarakat mereka tidak mampu malah disingkirkan. Kenapa? Karena kita mungkin tampil munafik. Orang dengan cepat dapat menilai kita apakah tulus atau munafik alias pura-pura. Kemunafikan hanya akan bisa diatasi dengan sikap pelayanan tulus. Masihkah kita munafik? (MES).

 

Pelita Hati: Hati kami terbuat untuk-Mu ya Allah, dan hati kami tidak akan beristirahat sebelum beristirahat di dalam-Mu (St. Agustinus).

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Selasa 16 Oktober 2012

Renungan Harian: Selasa 16 Oktober 2012

Luk 11:37-41

Pada suatu ketika, selesai mengajar, Yesus diundang seorang Farisi untuk makan di rumahnya. Maka masuklah Yesus ke rumah itu, lalu duduk makan. Tetapi orang Farisi itu heran melihat Yesus tidak mencuci tangan sebelum makan. Lalu Tuhan berkata kepadanya, "Hai orang-orang Farisi, kalian membersihkan cawan dan pinggan bagian luar, tetapi bagian dalam dirimu penuh rampasan dan kejahatan. Hai orang-orang bodoh, bukankah yang menjadikan bagian luar, Dialah juga yang menjadikan bagian dalam? Maka berikanlah isinya sebagai sedekah, dan semuanya akan menjadi bersih bagimu."

 

Pelita Hati: Jangan Munafik

Kaum Farisi dan ahli-ahli Taurat cukup sering menjadi lawan bicara Yesus. Kritik pedas yang dialamatkan mereka kepada Yesus menjadi bagian dari pewartaan Yesus. Kritik mereka itu menjadi batu uji yang sangat berharga untuk menunjukkan kebenaran ajaran Yesus. Lewat pertanyaan yang mereka ajukan maka makin jelaslah kemunafikan hidup mereka yang hanya banyak berbicara, tetapi sedikit bahkan tidak ada aksi. Yesus mengkritik kaum Farisi dan ahli-ahli Taurat untuk menunjukkan ajaran dan iman yang benar.

Lalu apa yang dapat kita petik dari dialog Yesus dengan kaum Farisi dan ahli Taurat ini? Satu hal yakni bahwa Iman bertumbuh lewat  pengalaman hidup sehari-hari dan kepedulian kepada sesama. Beriman merupakan suatu proses yang tidak sekali jadi. Ada beragam cara orang beriman dalam menghayati imannya. Cara ini menunjukkan betapa kayanya iman itu.  Secara sederhana beriman artinya mempunyai iman dan ketetapan hati serta mau peduli kepada sesama.

Dalam kenyataan hidup kita sering berhadapan dengan orang-orang yang suka mengkritik dan berbicara hebat, tapi tidak ada aksi. Saat itu kita sering merasa tak berdaya. Ini semua karena kita kurang percaya pada iman kita. Maka dengan modal iman dan kepercayaan yang tanpa syarat kepada Allah, kita akan dapat mencari sumber hidup yang sama sekali lain dari dunia ini.

Bagi kita umat beriman Injil hari ini juga menjadi ajakan dan seruan bahwa proses beriman itu bukanlah hapalan dan sekali jadi, tetapi mesti melalui proses yang berjalan terus-menerus melalui ibadah, pelajaran, dan kepedulian kepada sesama (MES)

 

Pelita Hati: Memahami secara bijaksana aneka kenyataan yang kita jumpai dalam peristiwa hidup sehari-hari merupakan jalan menuju upaya mencapai keutamaan tertinggi yakni iman, harapan, dan kasih.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Senin 15 Oktober 2012

Renungan Harian: Senin 15 Oktober 2012

Luk 11:29-32

Sekali peristiwa Yesus berbicara kepada orang banyak yang mengerumuni Dia, "Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menuntut suatu tanda, tetapi mereka tidak akan diberi tanda selain tanda Nabi Yunus. Sebab sebagaimana Yunus menjadi tanda bagi orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda bagi angkatan ini. Pada waktu penghakiman ratu dari selatan akan bangkit bersama orang dari angkatan ini dan ia akan menghukum mereka. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengarkan hikmat Salomo, dan sungguh, yang ada di sini lebih besar daripada Salomo! Pada waktu penghakiman orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan mereka akan menghukumnya. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat waktu mereka mendengarkan pemberitaan Yunus, dan sungguh, yang ada di sini lebih besar daripada Yunus!"

 

Memberi Kesaksian

Orang Yahudi selalu menuntut tanda kepada Yesus. Permintaan itu menunjukkan bahwa orang-orang Yahudi merupakan orang yang serba tertutup dan lebih hebat lagi mereka merasa diri benar padahal hati mereka jauh dari Yesus. Bahkan mereka berusaha menolak Yesus. Karena itu, untuk orang Yahudi, Yesus tidak lebih hanya sebagai pewarta akan Yunus. Yunus sendiri adalah tanda pertobatan untuk orang Niniwe.

Melalui Injil hari ini kita diajak untuk melihat dan memahami tanda sebagai simbol kehadiran Allah. Dengan jelas dan atas cara sederhana Injil hari ini mengajak kita melihat kehadiran Yesus di dunia ini sebagai tanda kehadiran dan kepedulian Allah bagi manusia. Yesus datang sebagai utusan Allah untuk menyelamatkan manusia dari perbudakan dosa. Hal itu diungkapkan Yesus melalui sengsara di salib dan bangkit mulia pada hari ketiga. Tiga hari Yunus dalam perut ikan. Tiga hari Yesus berada dalam kubur. Lukisan ini menunjukkan bahwa Yesus yang wafat dan dikuburkan bangkit dengan mulia karena Dia adalah perwujudan dari Allah.

Simbolisasi ini hendak mengajak kita sebagai umat beriman bahwa tujuan hidup kita bukan hanya di dunia ini, tetapi tujuan terutama adalah untuk memperoleh kebangkitan.  Kebangkitan kita peroleh kalau kita mau senantiasa membaharui hidup lewat pertobatan setiap hari. Orang yang senantiasa mau bertobat akan memperoleh pengampunan dan menggapai hidup gemilang sebagaimana Yunus yang dikisahkan dalam Perjanjian Lama. Maukah kita bertobat?.... (MES).

 

Pelita Hati: "Jangan takut, sebab Aku besertamu;jangan cemas, sebab Aku Allahmu; Aku akan memberikan kekuatan kepadamu; Aku akan menolong engkau dengan tangan keadilan-Ku." (Yes 41:10).

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Minggu 14 Oktober 2012

Renungan Harian: Minggu 14 Oktober 2012

Mrk 10:17-30

Pada suatu hari Yesus berangkat meneruskan perjalanan-Nya. Maka datanglah seorang berlari-lari mendapatkan Dia dan sambil berlutut di hadapan-Nya ia bertanya, "Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Jawab Yesus kepadanya, "Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorang pun yang baik selain Allah! Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah: Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta dan jangan mengurangi hak orang, hormatilah ayah dan ibumu!" Kata orang itu kepada Yesus, "Guru, semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku." Tetapi Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya, lalu berkata kepadanya, "Hanya satu lagi kekuranganmu: Pergilah, juallah apa yang kaumiliki, dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin. Maka engkau akan beroleh harta di surga. Kemudian datanglah kemari, dan ikutlah Aku." Mendengar perkataan Yesus, orang itu menjadi ....

Kaya Rohani

"Jual milikmu dan berikanlah kepada orang-orang miskin.." Sabda Yesus ini sungguh menjadi sebuah pukulan keras bagi orang muda kaya yang dilukiskan dalam Injil hari ini. Keterikatannya kepada harta dunia dan terlebih ketidakmauan untuk berbagi menjadi penghalang baginya menerima rahmat yang lebih besar. Dia cemas karena miskin rohani.

Kecemasan yang keterlaluan terhadap pengamanan diri dan keterkaitan dengan harta benda sering membuat kita menjadi hamba keserakahan. Bahkan tidak jarang kita dengar dan saksikan bahwa ada orang yang sampai bunuh membunuh untuk memperebutkan harta warisan orangtuanya sendiri. Ketamakan sering membutakan mata hati manusia dan membuat orang hanya melihat kenikmatan dan kehormatan yang akhirnya bermuara pada kehampaan hidup. Mengapa manusia begitu terikat pada harta? Tidak lain dan tidak bukan karena adanya ketakutan akan masa depan.

Dalam Injil hari ini Yesus memperingatkan seorang muda yang kaya akan bahaya ketamakan dan keserakahan yang dijelaskan melalui  sebuah dialog yang sangat indah dan menawan. Pesan yang mau disampaikan sangat jelas, yakni berupa undangan agar menjalani satu hidup bahagia dengan menggunakan harta kekayaan secara bertanggung jawab dan juga kerelaan untuk membaginya pada mereka yang sangat membutuhkan.

Kemauan untuk berbagi akan membuat kita kaya di hadapan Allah. Injil hari ini merupakan satu undangan untuk mengumpulkan harta surgawi dengan menjalani satu kehidupan yang dijiwai oleh Roh Allah. Kehidupan yang dijiwai Roh akan dapat mengatasi kehampaan hidup. Itulah kekayaan rohani yang tak akan pernah berkesudahan. Maukah kita berbagi? (MES).

 

Pelita Hati: Dalam hidup sarana dan harta benda lainnya jangan sampai kita pakai sebagai tujuan hidup. Kalau harta yang menjadi tujuan hidup kita maka pada akhirnya kita akan mengalami kehampaan hidup.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Sabtu 13 Oktober 2012

Renungan Harian: Sabtu 13 Oktober 2012

Luk 11:27-28

Pada suatu hari, ketika Yesus sedang berbicara kepada orang banyak, berserulah seorang wanita dari antara orang banyak itu, dan berkata kepada Yesus, "Berbahagialah ibu yang telah mengandung dan menyusui Engkau!" Tetapi Yesus bersabda,"Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan sabda Allah dan memeliharanya."

 

Berbahagia

Nyaris semua manusia begitu berhadapan dengan persoalan, penderitaan langsung bereaksi mau menyingkirkannya tanpa mempelajari bagaimana cara mengatasinya. Bosan lalu cari makan. Jenuh kemudian cari hiburan. Sakit buru-buru mau melenyapkannya dengan obat dosis tinggi. Inilah bentuk nyata dari hidup yang melawan sehingga rumus sejumlah psikolog:"Apa saja yang dilawan akan bertahan." Hal ini menerangkan bahwa sejumlah kehidupan tidak pernah keluar dari terowongan kegelapan karena terus melawan tanpa arah yang jelas. Dalam situasi gelombang hidup seperti ini maka perlu belajar berspiritual.

Manusia yang mau belajar dan berjuang akan menjadi kaya dalam arti luas. Tatkala ada pengertian yang berbeda mengenai filsafat, agama, ideologi, tradisi dia  tidak buru-buru memberi  judul salah. Mereka mulai dengan mendengar, kemudian mempelajari dengan saksama. Kesediaan untuk mengerti itu sebuah kearifan karena melalui pengertian terbuka pintu-pintu persahabatan dan persaudaraan yang menjadi modal kuat dalam membangun sebuah bangsa dan negara. Perhatikan kehidupan, Bunda Teresia dari Kalkuta,  Mohammad Yunus pemenang hadiah Nobel Perdamaian dari Bangladesh, Nelson Mandela, dan Dalai Lama yang berjuang tanpa senjata, tetapi mereka memenangkan pertandingan dan pada akhirnya mereka bahagia dalam hidupnya. Mengapa? Karena mereka memiliki spiritualitas yang tinggi dan mau belajar dari situasi konkret yang dialami oleh mereka yang menderita.

Injil hari ini sangat singkat, namun padat makna, yakni berbicara tentang kebahagiaan. Kebahagiaan terletak pada hati, yakni mau mendengar bisikan Allah. Bisikan Allah itu hanya mungkin kita dengar kalau kita mau senantiasa mengarahkan hati kepada Allah (MES).

 

Pelita Hati: Pencipta segala keindahan dan kebaikan, semoga aku mencintai dan memuliakan-Mu sepanjang masa dan memantulkan rahmat ilahi-Mu dalam tubuh ini....

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Senin, 08 Oktober 2012

Renungan Harian: Jumat 12 Oktober 2012

Renungan Harian: Jumat 12 Oktober 2012

Luk 11:15-26

Sekali peristiwa, setelah Yesus mengusir setan, ada beberapa orang yang berkata, "Ia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, kepala setan." Ada pula yang mencobai Dia dan meminta tanda dari surga. Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata, "Setiap kerajaan yang terpecah-pecah, pasti binasa. Dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh. Jika iblis juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimana mungkin kerajaannya dapat bertahan? Sebab kalian berkata, bahwa Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul. Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa apakah pengikut-pengikutmu mengusir setan? Sebab itu merekalah yang akan menjadi hakimmu. Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu. Apabila seorang yang kuat dan bersenjata lengkap menjaga rumahnya, amanlah segala miliknya. Tetapi jika seorang yang lebih kuat daripadanya menyerang dan mengalahkannya, maka orang itu akan merampas perlengkapan senjata yang diandalkannya, dan akan membagi-bagikan rampasannya. Barangsiapa tidak bersama Aku, ia melawan Daku ...

Mengusir Kuasa Setan

Adanya kejahatan di dunia dan banyak orang beragama terlibat dalam kejahatan itu, bagi kebanyakan orang menyebabkan rasa putus asa atau menantang kritik yang pedas. Argumen yang sering mereka ajukan adalah kalau Allah itu cinta kasih dan Putra-Nya telah menjadi manusia untuk menebus manusia, mengapa dunia nampaknya masih dikuasai oleh kejahatan? Apakah dunia belum ditebus? Pertanyaan dan sekaligus persoalan semacam ini kerap dilontarkan banyak orang bahkan kita pada diri kita sendiri.

Perang antara roh baik dan roh jahat merupakan gagasan Injil hari ini. Yesus kembali menunjukkan kuasa-Nya, yakni dengan mengusir roh jahat yang disebut dengan beelzebul. Kuasa yang ditunjukkan oleh Yesus ini sangat jelas dan pesannya pun sangat terang, yakni bahwa setiap orang dipanggil untuk menjadi lebih baik dan jangan mau  menjadi budak kejahatan. Dalam hidup keseharian kita lebih mudah tergoda mengikuti godaan setan karena tampak seolah-olah lebih indah dan menyenangkan padahal bila kita sadari sungguh bisa menyesatkan.

 Pesan Injil ini hendak menegaskan bahwa bila kita terus-menerus mendekatkan diri  pada Yesus maka kita akan berhasil mengusir segala bentuk kegelapan. Salah satu jalan untuk  memupuk kedekatan dengan Yesus adalah dengan doa.  Doa yang tulus akan mampu mengusir segala bentuk roh jahat. Tulus dalam arti jangan pernah mendua dalam memeluk sebuah kepercayaan. Hanya dengan kebulatan tekat mengikuti Yesus kita akan terbebas dari jerat setan (MES).

 

Pelita Hati: "Ketahuilah bahwa Tuhan itu Allah. Dialah pencipta dan kita milik-Nya, kita umat-Nya, domba gembalaan-Nya." (Mzm 100:3)

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.