Rabu, 26 September 2012

Renungan Harian: Minggu 30 September 2012

Renungan Harian: Minggu 30 September 2012

Mrk 9:38-43.45.47-48

Pada suatu hari Yohanes berkata kepada Yesus, "Guru, kami melihat seorang yang bukan pengikut kita mengusir setan demi nama-Mu. Lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita." Tetapi Yesus berkata, "Janganlah kamu cegah dia! Sebab tak seorang pun yang telah mengadakan mujizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku. Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya, barangsiapa memberi kamu minum secangkir air oleh karena kamu adalah pengikut Kristus, ia tidak akan kehilangan ganjarannya. Barangsiapa menyesatkan salah seorang dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu dibuang ke dalam laut. Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik bagimu dengan tangan terkudung masuk ke dalam hidup daripada dengan utuh kedua belah tangan dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak....

 

Iri Hati

Yosua bin Nun iri hati karena Eldad dan Medad dipenuhi Roh Tuhan seperti nabi. Maka Yosua meminta Musa supaya mencegah mereka. Musa menjawab Yosua: "Tuhan memberikan Roh-Nya kepada mereka". Hal serupa juga dilakukan oleh Yohanes. Yohanes iri hati karena orang yang tidak berasal dari kelompok mereka mengusir setan demi nama Yesus. Yesus berkata kepada Yohanes: "Jangan kamu cegah mereka".

Dari jawaban Musa dan Yesus menjadi jelas bagi kita bahwa Tuhan bebas memberikan Roh-Nya kepada siapa Dia mau. Tuhan juga dapat menggunakan orang lain untuk menghadirkan kebaikan Tuhan dan kedamaian serta cinta kasih di tengah-tengah masyarakat. Maka kita jangan iri hati, mencegah, dan memusuhi mereka. Kita jangan beranggapan bahwa hanya kelompok kita yang terbaik dan menganggap orang di luar kelompok kita jahat. Sebaliknya kita harus mengajak orang banyak untuk berbuat baik tanpa harus membeda-bedakan agama, suku, dan bangsa. Kita harus mendukung dan berusaha bekerja sama dengan setiap orang yang berkehendak baik untuk menghadirkan kebaikan Tuhan di tengah-tengah masyarakat. Semakin banyak orang yang berkehendak baik, tentu semakin baik sebab dengan demikian kuasa Allah semakin tampak di bumi ini.

Kita mungkin iri hati kepada saudara-saudari kita, iri kepada tetangga, memusuhi teman sekerja karena keberhasilannya, menertawai mereka yang dengan hati tulus berbuat baik, menghalang-halangi orang untuk berbuat baik. Sikap seperti ini tidak baik dan tidak berkenan pada Allah. Karena itu, kita harus membuang sikap seperti ini dengan senantiasa mengakui bahwa dalam diri setiap orang Allah juga berkarya (AP). 

 

Pelita Hati: Buanglah sikap iri hati dari dalam diri kita dan mari kita akui bahwa Allah berkarya dalam diri setiap orang.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Sabtu 29 September 2012

Renungan Harian: Sabtu 29 September 2012

Yoh 1:47-51

Pada waktu itu Natanael datang kepada Yesus atas ajakan Filipus. Tatkala melihat Natanael datang, Yesus berkata tentang dia, "Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!" Kata Natanael kepada Yesus, "Bagaimana Engkau mengenal aku?" Jawab Yesus kepadanya, "Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara." Kata Natanael kepada-Nya, "Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!" Yesus menjawab, kata-Nya, "Karena Aku berkata kepadamu: "Aku melihat engkau di bawah pohon ara," maka engkau percaya? Hal-hal yang lebih besar daripada itu akan kau lihat." Lalu kata Yesus kepadanya, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka, dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia."

 

Menjadi Malaikat

Malaikat artinya duta, utusan yang mempunyai tugas khusus dari Allah kepada manusia. Mikael, yang berarti "siapakah yang sama dengan Allah?" adalah malaikat agung dari Allah dan panglima bala tentara surga. Dalam iman Kristen, Mikael dikenal sebagai pembela kaum beriman dalam menghadapi serangan musuh.

Gabriel artinya "kekuatan Allah" dikenal sebagai pembawa "kabar gembira" dari Tuhan kepada manusia. Dalam Perjanjian Baru Gabriel dikenal sebagai pembawa kabar gembira kepada Zakharia. Kabar gembira itu adalah doa Zakharia dikabulkan oleh Tuhan, yakni istrinya Elisabeth akan melahirkan seorang anak yang diberi nama Yohanes. Gabriel menjadi sangat populer saat mengunjungi Maria dengan pesan bahwa dia akan melahirkan Juru Selamat. Rafael artinya "obat Tuhan" atau Tuhan menyembuhkan. Dalam Kitab Suci melaikat inilah yang menyembuhkan Tobias dari kebutaannya dan membebaskan Sara dari gangguan roh jahat. Jadi, malaikat Rafael diutus Allah untuk menyembuhkan manusia dari penyakit dan menguatkan kelemahan jiwa.

Mikael, Gabriel, dan Rafael adalah malaikat agung yang diutus Allah, sebagai perpanjangan tangan Allah untuk mendampingi dan membawa manusia pada keselamatan. Maka, melalui pesta ini kita diajak membalas kebaikan Allah itu dengan kerelaan kita untuk saling membantu, membimbing, melindungi satu sama lain sehingga semua kita mendapat pertolongan dari Tuhan. Semoga aku dapat menjadi malaikat bagi orang lain (AP)

 

Pelita Hati: Allah mengutus malaikat sebagai perpanjangan tangan-Nya untuk mendampingi dan membawa manusia pada keselamatan.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Jumat 28 September 2012

Renungan Harian: Jumat 28 September 2012

Luk 9:19-22

Pada suatu ketika Yesus sedang berdoa seorang diri. Maka datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. Yesus lalu bertanya kepada mereka, "Kata orang banyak siapakah Aku ini?" Mereka menjawab,"Yohanes Pembaptis; ada juga yang mengatakan : Elia; ada pula yang mengatakan:

Salah seorang nabi dari zaman dulu telah bangkit." Yesus bertanya lagi,"Menurut kalian, siapakah Aku ini?" Jawab Petrus,"Engkaulah Kristus dari Allah." Dengan keras Yesus melarang mereka memberitakan hal itu kepada siapa pun. Ia lalu berkata, "Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh para tua-tua, oleh para imam kepala dan para ahli Taurat, lalu dibunuh, dan dibangkitkan pada hari ketiga."

 

Mengenal Secara Benar

Bagai seorang guru, Yesus memberi ujian kepada para murid dengan dua pertanyaan. Pertanyaan pertama ialah: "Siapakah Aku ini menurut orang banyak?" Jawaban pertanyaan pertama ini sangat gampang karena jawabannya adalah apa kata orang tentang Yesus. Pertanyaan yang kedua ialah: "Menurut kalian, siapakah Aku ini?" Jawaban pertanyaan ini sangat sulit. Inilah pertanyaan utama. Nilai para murid bergantung kepada benar tidaknya jawaban mereka atas pertanyaan ini. Jawaban yang diinginkan Yesus tidak sebatas apa yang mereka dengar tentang Yesus, tetapi menuntut jawaban menurut pengalaman iman para murid yang hidup bersama dengan Yesus. Jawaban para murid yang diwakili Simon Petrus, ternyata benar, yakni: "Engkaulah Kristus dari Allah". Setelah mendengar jawaban itu maka Yesus menjelaskan tugas perutusan-Nya serta konsekuensi dari tugas tersebut.

Para murid diandaikan lebih dekat kepada Yesus dibanding dengan orang banyak. Pengalaman dan pengenalan para murid tentu berbeda dengan pengalaman dan pengenalan orang banyak. Orang banyak bisa saja memberi jawaban yang kurang tepat, tetapi pengalaman iman para murid diharapkan memberi jawaban yang benar.

Kita juga termasuk murid dan orang yang hidup dekat dengan Yesus. Terbukti bahwa di rumah kita gantungkan salib Tuhan, kita memiliki Kitab Suci, mendapat pelajaran agama, aktif dalam kegiatan lingkungan, stasi, paroki. Kita juga sering ambil bagian dalam liturgi sakramen-sakramen khususnya Ekaristi. Apakah semuanya itu merupakan perwujudan dari pengalaman iman kita akan Yesus Kristus? Apakah kita sudah mengenal Yesus secara benar? (AP).

 

Pelita Hati: Pengalaman iman kita merupakan tolok ukur pengenalan kita akan Yesus.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Kamis 27 September 2012

Renungan Harian: Kamis 27 September 2012

Luk 9:7-9

Ketika Herodes, raja wilayah Galilea, mendengar segala sesuatu yang terjadi, ia merasa cemas, sebab ada orang yang mengatakan bahwa Yohanes telah bangkit dari antara orang mati. Ada lagi yang mengatakan, bahwa Elia telah muncul kembali, dan ada pula yang mengatakan, bahwa seorang dari nabi-nabi zaman dahulu telah bangkit. Tetapi Herodes berkata,"Yohanes telah kupenggal kepalanya. Siapa gerangan Dia ini, yang kabarnya melakukan hal-hal besar itu?" Lalu ia berusaha untuk dapat bertemu dengan Yesus.

 

Segala sesuatu Adalah Sia-Sia

"Segala sesuatu adalah sia-sia" kata Pengkhotbah. Kita tahu bahwa hidup di dunia ini hanya sementara. Namun, walau sementara tapi kebanyakan orang mengisi waktu yang sementara ini dengan kerja keras untuk mengejar kuasa dan kekayaan duniawi. Padahal kita tahu bahwa bila kematian menjemput, kita tidak akan membawa apa pun dari hasil kerja keras kita tersebut. Harta akan kita tinggalkan dan Tuhan tidak akan bertanya kepada kita apa jabatan dan berapa banyak harta kekayaan yang kita kumpulkan selama hidup. Tetapi selama hidup kebanyakan orang merasa rugi untuk istirahat sebentar dan selalu berusaha untuk menimbun dan menabung kekayaan sebanyak mungkin dengan alasan jaminan untuk masa depan. Dari satu sisi manusia setuju dengan apa yang dikatakan oleh Pengkhotbah bahwa segala sesuatu adalah sia-sia, tetapi dari pihak lain hati manusia juga gampang dikuasai oleh yang sia-sia itu.

Kuasa dunia ini menguasai kehidupan Herodes. Kelekatan kepada kuasa duniawi yang dia miliki, membuat matanya terhalang untuk  mengenal dan beriman kepada Yesus. Tidak ada gunanya kita memiliki jabatan yang tinggi, kerja keras siang dan malam untuk meraih dan memperoleh harta yang melimpah, jika kita tidak mempunyai iman dan cinta kasih. Harta kekayaan dan jabatan akan kita tinggalkan, namun iman dan cinta kasih adalah milik yang tidak akan musnah. Harta duniawi hanya memberi kepuasan sementara, tetapi iman dan cinta kasih adalah jaminan untuk hidup dan kebahagiaan abadi.

Kiranya kita dapat memilih mana yang terbaik untuk kita. Apabila kita telah salah pilih silakan mulai hari ini pilihlah yang bukan sia-sia. Pilihlah iman dan cinta kasih karena ini merupakan jaminan untuk hidup dan kebahagiaan abadi (AP).

 

Pelita Hati: Iman dan cinta kasih adalah jaminan untuk hidup dan kebahagiaan abadi.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Minggu, 23 September 2012

Renungan Harian: Rabu 26 September 2012

Renungan Harian: Rabu 26 September 2012

Luk 9:1-6

Sekali peristiwa Yesus memanggil kedua belas murid-Nya, lalu membe-rikan tenaga dan kuasa kepada mereka untuk menguasai setan-setan dan untuk menyembuhkan penyakit-penyakit. Ia mengutus mereka untuk mewartakan Kerajaan Allah dan menyembuhkan orang-orang. Yesus berkata kepada mereka, "Jangan membawa apa-apa dalam perjalanan. Jangan membawa tongkat atau bekal, roti atau uang, atau dua helai baju. Apabila kalian diterima di suatu rumah, tinggallah di situ sampai kalian berangkat dari situ. Dan kalau ada orang yang tidak mau menerima kalian keluarlah dari kota mereka, dan kebaskanlah debunya dari kakimu sebagai peringatan terhadap mereka." Lalu pergilah mereka, dan menjelajah segala desa, sambil memberitakan Injil serta menyembuhkan orang sakit di segala tempat.

 

Bergantung Kepada Tuhan

 Dewasa ini handphone merupakan suatu kebutuhan dan gaya hidup. Bila kita berada di daerah yang tidak memiliki jaringan maka kita mulai tidak tenang dan gelisah serta mencoba bertanya di mana ada jaringan. Hal ini merupakan suatu gambaran bahwa orang zaman ini bergantung dan sangat dipengaruhi oleh sarana dan fasilitas.

Dalam Injil hari ini Yesus mengingatkan para murid supaya jangan bergantung kepada fasilitas saat mereka diutus mewartakan Injil, sebab kebergantungan kepada fasilitas dapat merusak hidup murid Yesus. Yesus berkata: "Jangan membawa apa-apa dalam perjalanan". Dengan itu Yesus mau mengatakan bahwa pewartaan Injil tidak boleh bergantung kepada fasilitas atau sarana. Fasilitas tidak menjamin berhasilnya suatu pewartaan. Fasilitas dan sarana hanya berupa alat pendukung saja. Hanya Tuhanlah jaminan satu-satunya. Maka, pewarta hanya boleh berserah dan bergantung kepada Tuhan sendiri.

Dalam pelayanan pastoral di paroki, stasi, dan lingkungan misalnya sering petugas pastoral bergantung kepada sarana. Misalnya mobil tipe terbaru, pengganti uang transport, uang rapat, jaringan internet, kantor, dan perangkat-perangkat yang dianggap memadai pada zaman ini. Sampai-sampai tidak jarang terjadi bahwa lebih banyak membicarakan fasilitas dan sarana daripada karya pastoral itu sendiri. Kalau hal ini terjadi, maka pewartaan dan kehidupan kita sebagai utusan Allah telah dirusak oleh sarana atau fasilitas. Semoga kita menjadi pelayan-pelayan Injil yang berhati tulus dan hanya mengandalkan Tuhan bukan sarana dan fasilitas (AP).

 

Pelita Hati: Sebagai pewarta kita hanya boleh berserah dan bergantung kepada Tuhan bukan pada fasilitas dan sarana.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Selasa 25 September 2012

Renungan Harian: Selasa 25 September 2012

Luk 8:19-21

Pada suatu hari datanglah ibu dan saudara-saudara Yesus hendak bertemu dengan Dia. Tetapi mereka tidak dapat mencapai Dia karena orang banyak. Maka diberitahukan kepada Yesus, "Ibu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan ingin bertemu dengan Dikau." Tetapi Yesus menjawab,"Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka yang mendengarkan Sabda Allah dan melaksanakannya."

Menjadi Saudara Yesus

Salah satu penyebab sehingga bangsa dan negara kita kurang berkembang ke arah yang lebih baik ialah karena sikap nepotisme yang kuat. Tidak jarang seorang pemimpin berupaya dengan berbagai cara, bahkan dengan cara yang tidak halal supaya istri, anak, dan menantunya menjadi penggantinya kelak untuk menduduki kursi kepemimpinan yang sedang dia duduki.

Yesus menentang sikap nepotisme. Ketika Yesus sedang mengajar di tengah-tengah orang banyak, seseorang datang menjumpai Yesus dan mengatakan kepada-Nya bahwa ibu dan saudara-saudara Yesus ada di luar dan ingin bertemu. Orang yang membawa pesan itu mungkin berpikir bahwa setelah mendengar pesan itu pasti Yesus akan berhenti mengajar, berhenti menyembuhkan orang sakit, dan meninggalkan orang banyak itu untuk segera menjumpai ibu dan saudara-saudara-Nya. Namun, yang terjadi justru sebaliknya; Yesus meneruskan pekerjaan-Nya dan berkata: "Ibuku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya".

Hal yang utama bagi Yesus bukan soal hubungan darah atau tidak, tetapi soal siapa yang mendengarkan firman dan melakukannya. Orangtua dan saudara-saudara Yesus tidak selalu harus orang yang berhubungan darah dengan Dia. Dengan demikian, siapa pun dapat menjadi saudara Yesus, asal mau mendengar dan melakukan perintah-Nya. Aku juga dapat disebut saudara Yesus bila aku mau mendengar firman Tuhan dan melaksanakannya dengan berbuat baik dan mengasihi sesama dan menjadi saudara bagi orang lain (AP).

 

Pelita Hati: Setiap orang yang mau mendengar dan melakukan perintah Yesus adalah saudara-Nya.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Senin 24 September 2012

Renungan Harian: Senin 24 September 2012

Luk 8:16-18

Sekali peristiwa Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya, "Tidak ada orang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau menempatkannya di bawah tempat tidur; tetapi ia menempatkannya di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk ke dalam rumah melihat cahayanya. Sebab tiada suatu rahasia yang tidak akan diketahui dan diumumkan. Kerena itu perhatikanlah cara kalian mendengar. Karena barangsiapa sudah punya akan diberi, tetapi barangsiapa tidak punya, apa pun yang dianggap ada padanya, akan diambil."

 

Menjadi Pelita Yang Bernyala

Mementingkan diri sendiri adalah sifat alami atau warisan yang kita bawa sejak lahir. Jika warisan ini tidak diolah dengan baik maka akan terbawa sampai dewasa dan kita akan tumbuh menjadi manusia yang egois. Hal itu tentu berpengaruh juga kepada kehidupan rohani. Orang yang hanya mementingkan diri sendiri, akan menyembunyikan harta kekayaan rohaninya untuk diri sendiri.

Yesus berpesan melalui Injil hari ini supaya kita terbuka untuk membagikan kekayaan rohani kita kepada orang lain. Kita diminta supaya menjadi pelita yang dinyalakan bukan untuk ditutupi atau diletakkan di bawah tempat tidur, tetapi diletakkan di atas kaki dian supaya orang dapat melihat dan menikmati cahayanya. Bila setiap orang menjadi pelita yang bernyala di mana mereka tinggal, maka akan banyak pelita-pelita yang bernyala untuk menerangi kegelapan. Demikianlah Gereja kita menjadi terang bagi bangsa-bangsa (Gaudium et Spes).

Apakah aku telah menjadi pelita yang bernyala dan  memberi sinar untuk menerangi kegelapan? Aku akan menjadi pelita yang bernyala bila aku mau menyejukkan hati orang dengan sapaan-sapaan sehari-hari, mau bergaul dengan orang-orang kecil, mengunjungi orang yang sakit, dan senantiasa mau memaafkan. Aku juga akan menjadi pelita yang bernyala jika aku mengerjakan pekerjaanku dengan baik dan bertanggung jawab. Semoga hidupku menjadi pelita yang bernyala. Walau secercah saja, tapi sangat berguna bagi kegelapan (AP).

 

Pelita Hati: Aku akan menjadi pelita yang bernyala bila aku menyejukkan hati orang dan mengerjakan pekerjaanku dengan baik dan bertanggung jawab.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Minggu 23 September 2012

Renungan Harian: Minggu 23 September 2012

Mrk 9:30-37

Setelah Yesus dimuliakan di atas gunung, Ia dan murid-murid-Nya melintas di Galilea. Yesus tidak mau hal itu diketahui orang, sebab Ia sedang mengajar murid-murid-Nya. Ia berkata kepada mereka, "Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia, dan mereka akan membunuh Dia. Tetapi tiga hari setelah dibunuh, Ia akan bangkit." Mereka tidak mengerti perkataan itu, namun segan menanyakannya kepada Yesus. Kemudian tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Kapernaum. Ketika sudah di rumah, Yesus bertanya kepada para murid itu, "Apa yang kamu perbincangkan tadi di jalan?" Tetapi mereka diam saja; sebab di tengah jalan tadi mereka mempertengkarkan siapa yang terbesar di antara mereka. Lalu Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid itu. Kata-Nya kepada mereka, "Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan menjadi pelayan dari semuanya." Yesus lalu mengambil seorang anak kecil ke tengah-tengah mereka. Kemudian Ia memeluk anak itu dan berkata kepada mereka, "Barangsiapa menerima seorang anak seperti ini demi .....

 

Jangan Malu Bertanya

Orang bijak berkata "malu bertanya sesat di jalan". Banyak hal yang membuat mengapa orang tidak mau bertanya. Ada orang tidak mau bertanya karena merasa diri tahu segala sesuatu dan menganggap segalanya gampang. Ada juga karena malu dianggap orang bodoh, sehingga berusaha menyembunyikan ketidaktahuannya. Malu bertanya membuat banyak tindakan menjadi salah, konyol, bodoh yang seharusnya tidak perlu terjadi tetapi terjadi.

Para murid dalam Injil hari ini mengambil kesimpulan yang salah karena segan bertanya kepada Yesus. Setelah Yesus mengatakan tentang penderitaan-Nya kepada para rasul, yang didiskusikan mereka justru siapa yang terbesar di antara mereka, siapa yang akan memimpin selanjutnya. Kesimpulan yang mereka ambil melenceng dan sama sekali tidak sesuai dengan maksud Yesus. Maksud Yesus mengatakan tentang penderitaan-Nya sebenarnya untuk mempersiapkan iman dan mental para murid-Nya dalam menghadapi goncangan itu. Tetapi para murid mengartikan lain. Dasar kekeliruan itu ialah karena mereka segan bertanya dan mencoba menyembunyikan keterbatasan di hadapan Tuhan.

Bacaan Injil hari ini mengajak kita agar selalu bertanya kepada Tuhan untuk mencari dan melaksanakan apa yang dikehendaki-Nya. Kita hendaknya jangan malu bertanya kepada Tuhan. Dia tahu segala kebaikan dan kelemahan kita. Dia juga tahu keterbatasan kita. Tuhan lebih mengenal diri kita daripada kita sendiri. Maka kita tidak perlu malu di hadapan Tuhan atas segala kekurangan dan kelemahan kita (AP).

 

Pelita Hati: Jangan malu bertanya kepada Tuhan sebab Dia tahu segala kebaikan dan kelemahan kita.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Selasa, 18 September 2012

Renungan Harian: Sabtu 22 September 2012

Renungan Harian: Sabtu 22 September 2012

Luk 8:4-15

Banyak orang datang berbondong-bondong dari kota-kota sekitar kepada Yesus. Maka Yesus berkata dalam suatu perumpamaan, "Adalah seorang penabur keluar menaburkan benih. Waktu ia menabur sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu diinjak-injak orang dan dimakan burung-burung di udara sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, dan tumbuh sebentar, lalu layu karena tidak mendapat air. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, sehingga terhimpit sampai mati oleh semak-semak yang tumbuh bersama-sama. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, lalu tumbuh dan berbuah seratus kali lipat." Sesudah itu Yesus berseru, "Barangsiapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah mendengar." Para murid menanyakan kepada Yesus maksud perumpamaan itu. Yesus menjawab, "Kalian diberi kurnia mengetahui Kerajaan Allah, tetapi hal itu diwartakan kepada orang lain.

 

LAHAN YANG SUBUR

Kehidupan para petani bergantung pada cuaca serta hasil pertanian. Situasi itu membuat mereka selalu mengharapkan cuaca yang baik selesai menanam agar tanaman tumbuh dan berkembang serta membuahkan hasil yang baik. Selain itu, mereka juga mengharapkan panen yang baik dengan harga yang mahal. Namun kenyataannya, harga sering tidak menentu, kadang-kadang melambung tinggi dan bahkan sering anjlok sama sekali. Kendati demikian, mereka tidak pernah berhenti mengolah tanah dan menanaminya dengan harapan bahwa kelak akan mendapat cuaca dan harga yang baik.

Derita petani ini agak mirip dengan Injil hari ini. Dalam Injil Penginjil Lukas menceritakan kisah penabur dengan lebih menonjolkan kesulitan-kesulitan yang dapat mengganggu pertumbuhan benih tersebut di lahan hati manusia. Kesulitan itu ialah bahwa hati manusia sangat mudah dikuasai oleh kejahatan, sehingga Sabda Allah tidak mendapat tempat. Manusia tidak tahan menghadapi cobaan, sehingga Sabda itu layu dan mati saat godaan datang. Hati manusia gampang tergiur oleh kuasa dan kenikmatan dunia, sehingga kenikmatan dan harta kekayaan menghimpit Sabda itu dan tidak sampai membuahkan hasil yang matang. Namun, walau bahaya kegagalan besar, benih tetap ditaburkan dengan harapan bahwa benih Sabda Allah akan menemukan tanah yang subur dan mendapat penghargaan yang tinggi dari orang yang mendengarkannya.

Perumpamaan ini mengajak kita untuk menyiapkan hati menjadi lahan yang subur bagi pertumbuhan Sabda Allah serta tidak gampang putus asa bila menghadapi masalah dan kegagalan demi kegagalan dalam kehidupan ini. Sebab, lahan yang subur akan membuahkan kesabaran (AP).

 

Pelita Hati: Hati manusia gampang tergiur oleh kuasa dan kenikmatan dunia, sehingga kenikmatan dan harta kekayaan menghimpit Sabda itu dan tidak sampai membuahkan hasil yang matang.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Jumat 21 September 2012

Renungan Harian: Jumat 21 September 2012

Mat 9:9-13

Pada suatu hari Yesus melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai. Yesus berkata kepadanya, "Ikutlah Aku." Matius segera berdiri dan mengikuti Yesus. Kemudian, ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa, makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya. Melihat itu orang-orang Farisi berkata kepada murid-murid Yesus, "Mengapa gurumu makan bersama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?" Yesus mendengar dan berkata, "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, melainkan orang sakit. Maka pelajarilah arti sabda ini, "Aku menginginkan belas kasihan, bukan persembahan." Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa."

 

IKUTLAH AKU!

Seorang pecandu narkoba akan sulit membebaskan diri dari kebiasaan itu jika dia selalu berteman dengan pecandu narkoba lain, apalagi bila orang di sekitarnya sudah tidak peduli lagi. Demikian juga dengan para koruptor akan semakin terjerumus jauh ke dunia korupsi bila semua sahabat-sahabatnya adalah orang yang senang korupsi.

Pengalaman itu juga terjadi dalam hidup Matius sebelum mengikuti Yesus. Ketika itu Matius dikenal sebagai seorang pendosa (pemungut cukai). Kata "setiap hari dia duduk di rumah cukai" merupakan gambaran bahwa hidupnya tergantung dari pekerjaan itu. Sahabat-sahabatnya juga pemungut cukai dan para pendosa. Hal ini dapat kita ketahui ketika Yesus makan bersama dia di rumahnya, banyak orang pendosa dan pemungut cukai yang ikut makan.

Ketika Yesus melihat Matius duduk di rumah cukai, Yesus berkata: "Ikutlah Aku". Mendengar ajakan itu Matius langsung berdiri dan mengikuti Yesus. Sapaan Yesus langsung mendapat tanggapan positif dari Matius. Dia "berdiri" dan "mengikuti" Yesus. Mulai saat itu dia meninggalkan rumah cukai dengan segala hal yang berkaitan dengan pekerjaan itu untuk memulai babak baru dalam kehidupannya. Mulai hari itu terjadilah perubahan total dalam kehidupan Matius. Nama pendosa (pemungut cukai) berubah menjadi rasul dan kemudian menjadi penginjil.

Mungkin kita juga mempunyai kebiasaan buruk atau sedang terjerumus kepada dosa. Hari ini Yesus datang dan menyapa kita dengan sapaan: "Ikutlah Aku". Maukah kita bangkit, mengikuti Yesus, dan meninggalkan kebiasaan buruk dan keberdosaan kita selama ini? (AP).

 

Pelita Hati: Hidup kita tidak akan berubah apabila kita tidak hidup dengan mengikuti Yesus.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Kamis 20 September 2012

Renungan Harian: Kamis 20 September 2012

Luk 7:36-50

Pada suatu ketika seorang Farisi mengundang Yesus makan di rumahnya. Yesus datang ke rumah orang Farisi itu, lalu duduk makan. Di kota itu ada seorang wanita yang terkenal sebagai orang berdosa. Ketika mendengar bahwa Yesus sedang makan di rumah orang Farisi itu, datanglah ia membawa buli-buli pualam berisi minyak wangi. Sambil menangis ia berdiri di belakang Yesus dekat kaki-Nya, dan membasahi kaki-Nya dengan air matanya, dan menyekanya dengan rambutnya. Kemudian ia mencium kaki Yesus dan meminyakinya dengan minyak wangi. Ketika orang Farisi yang mengundang Yesus melihat hal itu, ia berkata dalam hati,"Seandainya Dia ini nabi, mestinya Ia tahu siapakah dan orang apakah wanita yang menjamah-Nya ini; mestinya ia tahu, bahwa wanita ini adalah orang yang berdosa." Lalu Yesus berkata....

 

MEMPERGUNAKAN KESEMPATAN

Injil hari ini berkisah tentang Yesus yang berhadapan dengan dua orang yang berbeda. Kedua orang itu yakni seorang Farisi bernama Simon dan seorang wanita yang dikenal sebagai orang berdosa. Orang Farisi ini mengundang Yesus makan ke rumahnya. Ia merasa diri bersih, tidak berdosa, dan tidak membutuhkan pengampunan. Undangannya hanya dangkal, yakni makan bersama tanpa memperoleh sesuatu yang penting dan sangat berharga bagi dirinya. Sebenarnya ada banyak waktu baginya untuk menunjukkan kasih dan pertobatan sebelum wanita itu masuk. Tetapi dia tidak berbuat apa-apa kecuali makan. Demikianlah orang yang mengundang Yesus, hanya sedikit mendapat pengampunan.

Berbeda dengan wanita yang tidak dikenal lagi nama aslinya, kecuali sebutan sebagai wanita pendosa. Di situ dia mendengar bahwa Yesus sedang berada di rumah Simon, maka dia masuk ke rumah sebagai tamu yang tidak diundang. Kesempatan itu dipergunakannya untuk menunjukkan kasih dan pertobatan dengan cara menangis di belakang Yesus dekat kaki-Nya, menyambut Yesus dengan membasuh kaki-Nya dengan air matanya, menyekanya dengan rambutnya, meminyaki kaki Yesus dengan minyak wangi. Demikianlah wanita itu mendapat pengampunan dan pergi dengan selamat.

Kita juga mempunyai banyak kesempatan untuk bertemu dengan Yesus, misalnya dengan membaca Kitab Suci, pertemuan lingkungan, Ibadat Sabda, perayaan Ekaristi, dan sakramen-sakramen yang lain. Apakah kita mendapat pengampunan dan pergi dengan selamat melalui perayaan itu? Mari kita pergunakan semua kesempatan itu untuk menimba pengampunan dan keselamatan. Untuk mencapai itu perlu sikap rendah hati, tobat, dan cinta kasih seperti wanita pendosa tadi (AP).

 

Pelita Hati: Pergunakanlah kesempatan yang kamu miliki untuk menunjukkan kasih dan pertobatan pada Yesus.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Sabtu, 15 September 2012

ORDO SAUDARA DINA KAPUSIN DI INDONESIA


ORDO SAUDARA DINA  KAPUSIN DI INDONESIA

I. SEJARAH SINGKAT
Santo Fransiskus mendirikan tiga ordo. Ordo pertama untuk laki-laki, ordo kedua, Klaris dan ordo ketiga untuk awam (regular dan sekular). Kemudian ordo pertama dibagi atas tiga ordo; Ordo Fratrum Minorum (OFM), Ordo Fratrum Minorum  Konventual (OFM Conv) dan Ordo Fratrum Minorum Capuccinorum (OFM Cap), yang biasa disebut dengan ordo Kapusin. Ketiganya menghidupi Anggaran Dasar yang sama yang disusun oleh Fransiskus Assisi yang disahkan oleh paus Honorius III. Ordo Kapusin, dimulai oleh Matheus dari Bascio. Ordo kapusin resmi berdiri tgl 3 Juli 1528 dengan Bulla Religionis Zelus. Anggota ordo Kapusin terdiri dari klerus (imam) dan laicus yang biasa disebut bruder.
Panggilan nama Kapusin awalnya berawal dari sorakan  anak-anak yang melihat para saudara yang memakai jubah yang punya kap panjang dan runcing. Mereka meneriakkan : Scapucini!, Scapucini! (pakai kap). Dari teriakan inilah lahir  nama Kapusin. Ordo Kapusin ini sudah tersebar luas ke seantero dunia.

Kapusin tiba di Indonesia
Missionaris Kapusin tiba di Indonesia pertama kalinya pada tahun 1905 di Singkawang (Kalimantan Barat). Saudara yang pertama tiba di sana adalah: P. Pacificus Bos dari Uden, P. Eugenius dari Reijen, P. Beatus dari Dennenburg, P. Camillus dari Pannendern, Br. Wilhelmus dari Oosterhout dan Theodoricus dari Uden.
Tahun 1912 Misionaris Kapusin mulai berkarya di Pulau Sumatera. Saudara pertama yang tiba di Tanjung Sakti (Sumatera) ialah: P. Mattheus de Wolf, P. Camillus Buil, Mgr. Liberatus Cluts, P. Augustinus Huybrechts dan P. Remigius van Hoof . Dari Tanjung Sakti mereka kemudian melayani seluruh kawasan Sumatera. Tahun 1952 di daerah Sibolga dibuka menjadi daerah missi oleh kapusin dari Jerman. Mereka pada awalnya misionaris di Tiongkok, tetapi karena tempat itu tidak memungkinkan ditempati lagi maka mereka datang ke Indonesia.
Tanggal 31 Januari 1976, Kapusin Indonesia resmi berdiri menjadi satu propinsi yang terdiri atas tiga regio: Regio Kalimantan, Regio Sibolga dan Regio Medan. Pemimpin propinsi Indonesia yang terakhir sebelum dibagi menjadi tiga propinsi adalah Sdr.Thomas Saragi, OFMCap.

Renungan Harian: Rabu 19 September 2012

Renungan Harian: Rabu 19 September 2012

Luk 7:31-35

Sekali peristiwa berkatalah Yesus kepada orang banyak, "Dengan apakah akan Kuumpamakan orang-orang dari angkatan ini? Mereka sama dengan anak-anak yang duduk di pasar dan berseru-seru, "Kami meniup seruling bagimu, tetapi kalian tidak menari. Kami menyanyikan kidung duka, tetapi kalian tidak menangis." Sebab ketika Yohanes Pembaptis datang, dan ia tidak makan roti, dan tidak minum anggur, kalian berkata, "Ia kerasukan setan." Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan kalian berkata, "Lihatlah, seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa." Tetapi hikmat dibenarkan oleh semua orang yang menerimanya."

 

CINTA KASIH

Yohanes Pembaptis ditolak oleh orang Yahudi karena dianggap aneh dan puasanya terlalu keras. Sedangkan Yesus ditolak karena dianggap terlalu biasa-biasa dan bersahabat dengan setiap orang khususnya orang-orang kecil dan pendosa. Dasar penolakan orang Yahudi terhadap Yohanes dan Yesus adalah karena mereka melihat dua tokoh besar itu dari segi lahiriah saja. Mereka tidak sanggup melihat dan menangkap arti terdalam dari kehadiran Yohanes dan Yesus. Hal itu karena orang Yahudi telah membuat definisi, gambaran, tafsiran mengenai kedatangan Mesias sesuai dengan keinginan mereka sendiri.

Kehadiran Yesus ternyata berbeda sama sekali dengan gambaran dan keinginan orang-orang Yahudi. Kedatangan Yesus membawa sesuatu yang baru, yakni menuntut pertobatan dan mengajarkan cinta kasih yang sungguh-sungguh. Hal ini sangat jauh dari alam pikiran orang Yahudi sebelumnya. Memang, tidaklah gampang membawa sesuatu yang baru atau perubahan ke tengah-tengah masyarakat. Ajaran baru atau perubahan itu sering mendapat tantangan dan penolakan dari masyarakat.

Rasul Paulus menandaskan dengan tegas ajaran cinta kasih itu kepada jemaat di Korintus dengan berkata bahwa kefasihan berbicara, karunia bernubuat, memiliki pengetahuan, dan iman yang dapat memindahkan gunung serta kerelaan berbagi akan yang dimiliki, tidak ada gunanya bila tidak berdasar pada cinta kasih. Apakah aku orang yang menerima ajaran Yesus dalam hidupku? Seseorang yang menerima Yesus, hidupnya pasti didasari dan dijiwai oleh cinta kasih (AP).

 

Pelita Hati: Kedatangan Yesus membawa sesuatu yang baru, yakni menuntut pertobatan dan mengajarkan cinta kasih yang sungguh-sungguh.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Selasa 18 September 2012

Renungan Harian: Selasa 18 September 2012

Luk 7:11-17

Pada suatu ketika pergilah Yesus ke sebuah kota bernama Nain. Para murid serta banyak orang pergi bersama Dia. Ketika Ia mendekati pintu gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar, yaitu anak laki-laki tunggal seorang ibu yang sudah janda. Banyak orang kota itu menyertai janda tersebut. Melihat janda itu, tergeraklah hati Tuhan oleh belas kasih. Lalu Tuhan berkata kepadanya,"Jangan menangis!" Dihampiri-Nya usungan jenazah itu dan disentuh-Nya. Maka para pengusung berhenti. Tuhan berkata,"Hai Pemuda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!" Maka bangunlah pemuda itu, duduk, dan mulai berbicara. Yesus lalu menyerahkannya kepada ibunya. Semua orang itu ketakutan, dan mereka memuliakan Allah sambil berkata, "Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita," dan "Allah telah mengunjungi umat-Nya." Maka tersiarlah kabar tentang Yesus ke seluruh Yudea dan ke seluruh daerah sekitarnya.

 

KEHADIRAN YANG MENYELAMATKAN

Kita tentu dapat membayangkan bagaimana perasaan dan kasih sayang seorang janda terhadap anak tunggalnya. Seluruh perhatian dan hasil kerja janda itu pasti tercurah kepada anak tunggal tersebut dan pasti ia tidak pernah merasa rugi untuk mempertaruhkan segalanya demi si anak. Apa pun akan dilakukannya untuk kemajuan dan kebahagiaan anaknya itu. 

Injil hari ini berkisah tentang seorang janda yang kehilangan anak tunggalnya. Kehilangan anak tunggal berarti kehilangan segala-galanya dan kehilangan arti hidup. Saat janda itu mengalami duka yang sangat dalam dan kehilangan arti hidup, Yesus datang dan berkata: "Jangan menangis" dan kepada anak muda yang mati itu berkata: "Hai pemuda, Aku berkata kepadamu bangkitlah". Setelah pemuda itu bangun, Yesus menyerahkannya kepada ibunya. Kehadiran Yesus membawa perubahan total; orang yang mati dihidupkan, harapan yang sirna lahir kembali, dukacita berubah sukacita, orang yang patah hati memperoleh semangat baru, orang yang kehilangan arti hidup menemukannya kembali.

Setiap orang yang telah dibaptis dituntut untuk membawa dan mewartakan sukacita dan pengharapan bagi semua orang. Kehadiran kita di tengah-tengah masyarakat harus memberi warna tersendiri. Pewartaan itu tentu tergantung kepada panggilan dan status kita masing-masing. Bakat, talenta, kemampuan, dan semua anugerah yang kita terima dari Tuhan juga hendaknya kita pergunakan sebagai sumber pengharapan dan sukacita bagi sesama. Apakah kehadiranku di tengah-tengah keluarga, di komunitas, di tempat kerja, dan di tengah-tengah masyarakat menghadirkan sukacita dan keselamatan? (AP).

 

Pelita Hati: Kehadiran Yesus membawa perubahan total pada hidup orang beriman.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Senin 17 September 2012

Renungan Harian: Senin 17 September 2012

Luk 7:1-10

Pada suatu ketika, setelah mengakhiri pengajaran-Nya kepada orang banyak, masuklah Yesus ke Kapernaum. Di situ ada seorang perwira yang mempunyai seorang hamba yang amat ia hargai. Hamba itu sedang sakit keras dan hampir mati. Ketika mendengar tentang Yesus, Ia menyuruh beberapa orang tua-tua Yahudi kepada-Nya untuk meminta agar Ia datang dan menyembuhkan hamba-Nya. Mereka datang kepada Yesus, dan dengan sangat mohon pertolongan-Nya, katanya,  "Sudah selayaknya Engkau menolong dia, sebab ia mengasihi bangsa kita, dan dialah yang menanggung pembangunan rumah ibadat kami." Maka pergilah Yesus bersama mereka. Ketika Yesus tidak jauh lagi dari rumahnya, perwira itu menyuruh beberapa sahabatnya mengatakan kepada Yesus, "Tuan, janganlah bersusah-susah, sebab aku merasa tidak layak menerima Tuan dalam rumahku. Sebab itu aku juga merasa tidak pantas datang sendiri mendapatkan Tuan. Tetapi katakanlah sepatah kata saja, maka hambaku akan sembuh. Sebab aku pun seorang....

 

GEREJA YANG SATU

Dalam rumusan Kredo yang panjang (Pengakuan iman Nikea-Konstantinopel) dikatakan bahwa salah satu sifat atau ciri Gereja adalah "Satu". Gereja yang satu artinya seiya sekata, tidak terpecah-pecah. Orang beriman berhimpun menjadi Umat Allah dan menjadi satu Tubuh. Kesatuan itu menjadi makin kokoh dengan penetapan Petrus sebagai penerima Kunci Kerajaan Surga dan pernyataan Yesus yang mengatakan bahwa Dia mendirikan jemaat-Nya di atas batu karang ini. Demikianlah Petrus diangkat menjadi pemimpin Gereja dan para Paus merupakan pengganti Petrus.

Sifat kesatuan itu makin tampak jelas ketika kita mendoakan Doa Syukur Agung. Dalam doa tersebut kita mendoakan kesatuan umat yang tersebar di seluruh dunia dalam satu kepemimpinan. Semua umat Allah yang berasal dari seluruh penjuru dunia, dari latar belakang bangsa, suku dan bahasa yang berbeda dipersatukan dalam Gereja yang satu. Rasul Paulus dalam suratnya kepada umat di Korintus memberi nasihat supaya setiap pertemuan yang diselenggarakan oleh kaum beriman hendaknya mendatangkan kebaikan bersama. Paulus menentang perselisihan dan perpecahan dan mengulangi ajaran tentang Ekaristi yakni kesatuan dalam satu tubuh.

Yesus menyembuhkan hamba perwira Romawi yang tengah sakit berawal dari iman perwira itu. Penyembuhan itu memberi tanda bahwa kehadiran Yesus tidak hanya terbatas pada orang Yahudi, tetapi juga kepada suku lain dan untuk semua orang. Yesus menginginkan supaya setiap orang yang percaya digembalakan dalam satu kawanan. Dari kita pun dituntut untuk senantiasa mengupayakan dan membangun kesatuan itu dengan ambil bagian dalam kegiatan Gereja (AP).

 

Pelita Hati: Setiap orang yang percaya digembalakan dalam satu kawanan.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Minggu 16 September 2012

Renungan Harian: Minggu 16 September 2012

Mrk 8:27-35

Pada suatu hari Yesus bersama murid-murid-Nya pergi ke kampung-kampung di sekitar Kaisarea Filipi. Di tengah jalan Ia bertanya kepada murid-murid-Nya, "Kata orang, siapakah Aku ini?" Para murid menjawab, "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan: seorang dari para nabi." Yesus bertanya lagi kepada mereka: "Tetapi menurut kamu, siapakah Aku ini?" Maka Petrus menjawab, "Engkaulah Mesias!" Lalu Yesus melarang mereka dengan keras, supaya jangan memberitahukan kepada siapa pun tentang Dia. Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan. Ia akan ditolak oleh para tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh, dan bangkit sesudah tiga hari. Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegur-Nya. Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, kata-Nya, "Enyahlah Iblis! Sebab Engkau bukan..

 

MEMAKNAI KEHIDUPAN

Jika Yesus Putera Allah mengapa Dia harus menderita? Sebenarnya, sebagai Putera Allah, Tuhan sanggup melepaskan diri dari salib dan penderitaan. Namun, Yesus telah memilih penderitaan karena Dia mau ambil bagian dalam penderitaan manusia. Yesus ambil bagian dalam penderitaan itu supaya manusia dapat belajar dari Dia bagaimana mengisi kehidupan serta memaknai penderitaan.

Melalui salib dan penderitaan yang dialami Yesus tampaklah kerendahan hati, ketulusan, kesabaran, dan kasih Allah yang total demi keselamatan manusia. Sebagai pengikut Kristus kita juga harus membalas kasih Tuhan dengan senantiasa belajar hidup seperti Yesus, misalnya rendah hati, tulus, sabar, dan penuh kasih. Rasul Yakobus berkata: "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakikatnya adalah mati".

Iman kita harus tampak dalam perkataan, perbuatan, dan seluruh kehidupan.  Pada saat dunia ini mendewakan kuasa dan kesombongan,  seorang beriman harus tampil dengan semangat kerendahan hati dan menyerahkan diri kepada penyelenggaraan ilahi. Saat marak tipu daya dunia ini, orang Kristen harus tampil dengan hati yang tulus dan hidup ugahari serta apa adanya. Di kala derita menerpa, orang beriman hadir sebagai orang yang sabar dan penuh pengharapan akan hari esok yang lebih baik berkat kebaikan hati Tuhan. Di saat sifat egoisme dan individualisme  meraja lela, orang beriman harus tampil sebagai perpanjangan kasih Allah dengan rela berkorban demi sesama, khususnya orang miskin dan yang disingkirkan. Demikianlah orang beriman mengisi dan memaknai kehidupan dan penderitaan dalam terang salib dan penderitaan Kristus (AP).

 

Pelita Hati: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakikatnya adalah mati.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Rabu, 12 September 2012

Renungan Harian: Sabtu 15 September 2012

Renungan Harian: Sabtu 15 September 2012

Luk 6:43-49

Yesus menyampaikan wejangan ini kepada murid-murid-Nya, "Tidak ada pohon baik yang menghasilkan buah yang tidak baik. Dan tidak ada pula pohon yang tidak baik yang menghasilkan buah yang baik. Sebab setiap pohon dikenal dari buahnya. Karena dari semak duri orang tidak memetik buah ara dan dari duri-duri orang tidak memetik buah anggur.

Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik. Tetapi orang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaan hatinya yang jahat. Sebab yang diucapkan mulut meluap dari hati. Mengapa kalian berseru kepada-Ku,'Tuhan, Tuhan!' padahal kalian tidak melakukan apa yang Kukatakan? Setiap orang yang datang kepada-Ku dan mendengarkan sabda-Ku serta melakukannya, Aku menyatakan dengan siapa ia dapat disamakan. Dia itu sama dengan orang yang mendirikan rumah. Ia menggali dalam-dalam dan meletakkan dasarnya di atas batu. Ketika datang air bah dan banjir melanda rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyahkan, karena dibangun dengan kokoh.

Sebaliknya barangsiapa mendengar sabda-Ku dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang mendirikan rumah di atas tanah tanpa....

 

KITA DIUTUS

Pernah seorang berkata, "Untuk apa aku pergi ke Gereja, buang-buang waktu saja, di rumah juga aku dapat berdoa". Sungguh baik bila kita sering berdoa sendiri di rumah. Tetapi sejak zaman Gereja Perdana pengikut-pengikut Yesus selalu berhimpun dalam waktu-waktu yang sudah ditentukan. Mereka berkumpul untuk mendengarkan Sabda sekaligus perkumpulan itu sebagai bukti bahwa mereka semua sehati sejiwa. Dalam pertemuan itu mereka dipersatukan lebih erat lagi dalam Roti yang Satu yakni Tubuh Kristus.

Persekutuan dalam Tubuh Kristus yang Satu itu dirayakan dalam perayaan Ekaristi yang merupakan sumber dan puncak kehidupan orang beriman. Dalam perayaan itulah  kita men-charging kembali keletihan kita sehari-hari sekaligus memestakan dan mensyukurinya secara bersama. Berkumpul untuk mendengar Sabda dan Ekaristi merupakan hal yang sangat penting bagi  kehidupan setiap orang beriman. Semakin sering kita berkumpul untuk mengikuti perayaan Ekaristi maka semakin erat kesatuan kita dengan Tuhan maupun dengan sesama seiman.

Kesatuan dalam Roti yang satu itu menuntut kita untuk menampakkan buah dari Ekaristi dan kebersamaan itu di tengah-tengah masyarakat. Injil hari ini berpesan supaya kita yang datang kepada-Nya dan yang telah mendengarkan sabda-Nya harus melakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Ritus penutup Ekaristi mengatakan "marilah pergi! Kita diutus" dan jawaban kita "amin". Perayaan Ekaristi mempererat dan merayakan kesatuan umat beriman dalam satu tubuh serta mengingatkan kita akan tugas perutusan kita (AP). 

 

Pelita Hati: Semakin sering kita berkumpul untuk mengikuti perayaan Ekaristi maka semakin erat kesatuan kita dengan Tuhan maupun dengan sesama seiman.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Jumat 14 September 2012

Renungan Harian: Jumat 14 September 2012

Yoh 3:13-17

Tidak ada seorang pun yang telah naik ke surga, selain Dia yang telah turun dari surga, yaitu Anak Manusia. Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal. Dalam percakapan-Nya dengan Nikodemus, Yesus berkata, "Begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya.

INSPIRASI DARI SALIB TUHAN

Ketika orang Israel ke luar dari tanah Mesir, saat berjalan melintasi padang gurun, mereka berbalik melawan Allah dan Musa. Akibat dari kejahatan mereka itu datanglah ular-ular tedung dan memaguti mereka. Maka Musa membuat ular tedung tembaga pada sebuah tiang. Setiap orang yang dipagut ular dan memandang ke ular tembaga itu akan selamat. Peristiwa ini dilihat sebagai nubuat atas peristiwa Putera Manusia yang akan ditinggikan di salib. Barangsiapa percaya dan memandangnya akan diselamatkan. Menurut Injil Yohanes, peristiwa penyaliban dihubungkan dengan peninggian dan pemuliaan.

Di rumah orang Kristen lazim digantungkan sebuah salib. Biasanya salib digantungkan di tempat yang strategis. Dari segi aestetika salib itu memang indah. Maka tidak heran bila salib sering dijadikan sebagai hiasan atau dekorasi. Bahkan orang yang tidak beriman kepada Kristus pun ada yang menggunakannya sebagai aksesori. Tetapi bagi orang Kristen Salib Tuhan tidaklah sebatas hiasan, tetapi sebagai simbol iman kita akan Yesus Kristus. Kita menggantungkan salib di rumah berarti kita mengimani serta memuliakan Kristus setiap saat. Kita menempatkan salib di tempat yang strategis berarti Kristus mendapat tempat yang utama di hati kita.

Dengan memandang salib, kita akan melihat cinta Yesus yang sangat besar bagi manusia. Kematian-Nya di salib adalah demi keselamatan manusia. Salib Tuhan mengajak kita untuk mewujudkan kasih yang sama kepada sesama. Dengan demikian, Salib Tuhan merupakan inspirasi kepada kita untuk lebih mengenal cinta Yesus dan membagikannya kepada orang lain (AP).

 

Pelita Hati: Salib Tuhan merupakan inspirasi kepada kita untuk lebih mengenal cinta Yesus dan membagikannya kepada orang lain.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Kamis 13 September 2012

Renungan Harian: Kamis 13 September 2012

Luk 6:27-38

Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya, "Dengarkanlah perkataan-Ku ini: Kasihilah musuhmu. Berbuatlah baik kepada orang yang membenci kalian; mintalah berkat bagi mereka yang mengutuk kalian. Berdoalah bagi orang yang mencaci kalian. Bila orang menampar pipimu yang satu, berikanlah pipimu yang lain. Bila orang mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu. Berilah kepada setiap orang yang meminta kepadamu, dan janganlah meminta kembali dari orang yang mengambil kepunyaanmu. Dan sebagaimana kalian kehendaki orang berbuat kepada kalian, demikian pula hendaknya kalian berbuat kepada mereka. Kalau kalian mengasihi orang yang mengasihi kalian, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun berbuat demikian. Lagi pula kalau kalian memberikan pinjaman kepada orang dengan harapan akan memperoleh sesuatu daripadanya, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun meminjamkan kepada orang-orang berdosa supaya mereka menerima kembali sama banyaknya. Tetapi kalian kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan berilah pinjaman dengan tanpa mengharapkan balasan, maka ganjaranmu akan besar dan kalian akan...

 

MENGASIHI SETIAP ORANG

Allah menciptakan satu matahari. Matahari yang satu itu terbit setiap pagi dan menjadi penerang yang sejati bagi orang yang baik maupun bagi orang jahat. Bukan hanya itu, Tuhan juga menurunkan hujan bagi setiap orang tanpa membeda-bedakannya. Hal ini membuktikan bahwa Tuhan itu mahabaik dan selalu berbuat baik terhadap semua orang tanpa pilih kasih.

Dalam Injil hari ini Yesus berkata: "Kasihilah musuhmu. Berbuatlah baik kepada orang yang membenci kalian". Berbuat baik kepada saudara dan teman serta membenci musuh dan menginginkan mereka celaka adalah wajar dan adil dari sisi pandang dunia ini. Tetapi Yesus mengatakan supaya kita mengasihi semua orang termasuk musuh dan yang membenci kita. Perintah ini tentu berat dan konyol di mata dunia ini. Hal itu mengingat bahwa di dalam keluarga pun tidak selamanya perhatian dan kasih orangtua bisa sama kepada anak-anaknya.

Bagaimana kita sanggup mengasihi orang yang mencuri, memfitnah, dan berencana mencelakakan kita? Yesus mengatakan ini supaya kasih kita jangan terbatas kepada orang-orang tertentu saja. Bila kita hanya mencintai orang yang mencintai kita tentu kita tidak berbeda dan tidak mempunyai kelebihan dari orang yang tidak mengenal Kristus. Sebagai orang yang mengenal Kristus kita harus melewati batas mencintai saudara dan teman. Cinta kasih pengikut Kristus harus bertumbuh dan berkembang seperti cinta Sang Guru Cinta Kasih yakni mencintai setiap orang. Bagaimana dengan pengalaman kita sehari-hari? (AP).

 

Pelita Hati: Kasihilah musuhmu dan berbuat baiklah kepada orang yang membenci kalian.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Minggu, 09 September 2012

Renungan Harian: Rabu 12 September 2012

Renungan Harian: Rabu 12 September 2012

Luk 6:20 -26

Pada waktu itu Yesus memandang murid-murid-Nya, lalu berkata, "Berbahagialah, hai kalian yang miskin, karena kalianlah yang empunya Kerajaan Allah. Berbahagialah, hai kalian yang kini kelaparan, karena kalian akan dipuaskan. Berbahagialah, hai kalian yang kini menangis, karena kalian akan tertawa. Berbahagialah, bila demi  Anak Manusia kalian dibenci, dikucilkan, dan dicela serta ditolak. Bersukacitalah dan bergembiralah pada waktu itu karena secara itu pula nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi. Tetapi celakalah kalian, orang kaya, karena dalam kekayaanmu kalian telah memperoleh hiburan. Celakalah kalian, yang kini kenyang, karena kalian akan lapar. Celakalah kalian, yang kini tertawa, karena kalian akan berdukacita dan menangis. Celakalah kalian, jika semua orang memuji kalian ; karena secara itu pula nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu."

 

BERSEMANGAT MISKIN

Tak dapat dipungkiri bahwa banyak orang sulit mengerti arti Sabda Tuhan yang mengatakan "berbahagialah orang miskin" dan "celakalah orang kaya". Beranikah kita mengatakan, celaka kepada orang yang mendapat banyak talenta dan menggandakan talentanya dengan baik, dengan suka menderma dan hidupnya saleh? Sebaliknya, beranikah kita mengatakan berbahagia kepada orang miskin yang kerjanya hanya mencuri, mengemis, dan bermalas-malas? Tentu tidak bukan?

Rasul Paulus menasihati umat di Korintus supaya jangan mengikat diri terhadap kekayaan dunia yang sementara ini, sebab dunia ini dapat menutup mata kita terhadap perkara yang kekal adanya. Soal celaka dan berbahagia sebenarnya tidak tergantung kepada banyak tidaknya harta seseorang, tetapi ditentukan oleh sikap terhadap kekayaan dunia itu sendiri. Bila kita terikat dan diperbudak harta dunia ini dan menjadi tamak olehnya dengan menganggap kekayaan adalah segala-galanya serta menutup mata dan perhatian terhadap perkara Tuhan, tentu kita akan celaka. Sebaliknya, bila kita mempunyai harta melimpah tetapi bersemangat miskin dengan rendah hati, mau beramal, bergantung pada Tuhan, selalu mensyukuri segala yang ada sebagai karunia Tuhan, maka kita akan hidup berbahagia.

Maka, mari kita kembangkan bakat dan potensi serta kemampuan yang ada dalam diri kita untuk mencari kekayaan! Tapi ingat, apabila kekayaan itu telah kita raih tetaplah bersyukur dan bergantung kepada Tuhan dengan hidup dalam semangat kemiskinan (AP).

 

Pelita Hati: Kekayaan yang kita miliki bukanlah karena jerih payah kita sendiri melainkan berkat dan karunia dari Tuhan.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Selasa 11 September 2012

Renungan Harian: Selasa 11 September 2012

Luk 6:12-19

Sekali peristiwa Yesus mendaki sebuah bukit untuk berdoa. Semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah. Keesokan harinya, ketika hari siang, Ia memanggil murid-murid-Nya dan memilih dari antara mereka dua belas orang yang disebut-Nya rasul. Mereka itu ialah: Simon, yang diberi-Nya nama Petrus, Andreas, saudara Simon. Yakobus anak Alfeus, dan Simon yang disebut orang Zelot, Yudas anak Yakobus dan Yudas Iskariot yang kemudian menjadi penghianat. Lalu Yesus turun bersama mereka dan berhenti pada suatu tempat yang datar. Di situ berkumpul sejumlah besar murid-murid-Nya dan banyak orang lain yang datang dari seluruh Yudea dan dari Yerusalem, dan dari daerah pantai Tirus dan Sidon. Mereka datang untuk mendengarkan Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka; juga mereka yang kerasukan roh-roh jahat mendapat kesembuhan. Dan orang banyak itu berusaha menjamah Dia, sebab daripada-Nya keluar suatu kuasa, dan semua orang itu disembuhkan-Nya.

 

MEMILIH

Manusia selalu dihadapkan pada banyak pilihan. Mulai dari hal kecil sampai besar yang sangat penting dan menentukan dalam hidup. Dalam hal kecil, memilih dapat kita lakukan seturut selera dan keinginan kita.  Sebaliknya, kita akan kesulitan memilih bila dihadapkan pada pilihan yang penting dan menentukan. Untuk hal seperti ini kita tidak boleh memutuskan pilihan berdasarkan selera dan keinginan. Pengalaman membuktikan bahwa bila kita memilih hal penting berdasarkan selera dan keinginan pribadi, maka pilihan itu sering salah.

Dalam Injil hari ini dikisahkan bagaimana Yesus memilih para rasul-Nya. Pilihan Yesus tidak berdasar pada selera dan keinginan hati-Nya saja. Sebelum menjatuhkan pilihan itu Yesus terlebih dahulu menyepi dan berdoa untuk mencari kehendak Bapa, sehingga pilihan Yesus adalah pilihan Bapa. Apa yang diputuskan oleh Yesus berkenan di hati Bapa-Nya. Paulus dalam suratnya juga menunjukkan kepada jemaat di Korintus bagaimana cara yang tepat untuk menyelesaikan suatu masalah, yakni melalui orang-orang benar dan beriman. Tentu orang-orang benar dan beriman akan menyelesaikan masalah itu sesuai dengan kehendak Tuhan.

Fransiskus Assisi juga mengalami keraguan yang berat untuk menentukan pilihan hidupnya. Maka, dia pergi berdoa di depan Salib Tuhan dengan doa singkat: "Tuhan apa yang Engkau inginkan untuk aku perbuat". Tuhan menjawab doa Fransiskus, dan mulai saat itu Fransiskus memilih cara hidup sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Tuhan.  Dalam kehidupan kita sehari-hari, apakah kita hidup sesuai dengan keinginan Tuhan atau seturut selera dan keinginan kita sendiri saja? (AP).

 

Pelita Hati: Apabila Anda kesulitan dalam memilih sesuatu yang paling menentukan dalam hidup, berdoalah maka pilihan itu akan tepat dan benar.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Senin 10 September 2012

Renungan Harian: Senin 10 September 2012

Luk 6:6-11

Pada suatu hari Sabat Yesus masuk ke rumah ibadat, lalu mengajar. Di situ ada seorang yang mati tangan kanannya. Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang pada hari Sabat, agar mereka mendapat alasan untuk menyalahkan Dia. Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka. Ia berkata kepada orang yang mati tangan kanannya, "Bangunlah dan berdirilah di tengah!" maka bangunlah orang itu dan berdiri di tengah. Lalu Yesus berkata kepada mereka, "Aku bertanya kepada kalian: Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat? Menyelamatkan orang atau membinasakannya?" Sesudah itu Ia memandang keliling mereka semua, lalu berkata kepada orang sakit itu,"Ulurkanlah tanganmu!" Orang itu mengulurkan tangannya dan sembuhlah ia. Maka meluaplah amarah ahli-ahli Taurat dan orang Farisi. Lalu mereka berunding, apakah yang akan mereka lakukan terhadap Yesus.

 

Belas kasih melampaui aturan

Bangsa Yahudi sangat terkenal dengan fanatismenya pada adat istiadat nenek moyang yang telah dibudayakan menjadi suatu aturan yang harus dilaksanakan secara ketat dan konsekuen. Hari Sabat merupakan hari yang sangat istimewa dan tidak boleh dilanggar atau diganggu dengan kegiatan apa pun yang dapat mencemarinya. Pelanggaran sekecil apa pun terhadapnya harus dikenai hukuman yang setimpal.

Tepat pada hari Sabat itu pula, setelah mengajar di Bait Allah, Yesus melihat seorang yang mati tangan kanannya. Yesus pun menaruh belas kasih terhadap dia, serta menyembuhkan dia dari penyakitnya itu. Sikap dan tindakan Yesus itu, mendapat kecaman dari orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Mereka menuduh bahwa Yesus telah menodai  hari Sabat. Kemudian Yesus berkata kepada mereka: "... manakah yang diperbolehkan pada hari sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membinasakannya?" Atas jawaban Yesus itu, para lawannya menjadi bungkam.

Dengan didasari kebijaksanaan cinta kasih, Yesus pun "melanggar" aturan Yahudiah demi suatu nilai yang lebih mulia yang harus diwartakan dan dilaksanakan, yaitu belas kasih terhadap orang lemah. Orang sakit itu membutuhkan kesembuhan dan Yesus datang untuk menyembuhkan dia. Lewat teladan Yesus ini, kita juga diajak agar berani menunjukkan belas kasih terhadap sesama dengan membela keadilan dan perdamaian, walaupun mengalami hambatan atau ancaman (BS).

 

Pelita Hati: Peraturan yang benar bukan untuk mengekang melainkan untuk menyelamatkan sesama.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.