Selasa, 31 Juli 2012

Renungan Harian: Minggu 05 Agustus 2012

Renungan Harian: Minggu 05 Agustus 2012

Yoh 6:24-35

Setelah Yesus memperbanyak roti dan menyingkir, orang-orang banyak yang ada di seberang Danau Tiberias melihat, bahwa Yesus tidak ada di situ, dan murid-murid-Nya juga tidak. Maka mereka naik ke perahu-perahu yang ada di situ. Lalu berangkat ke Kapernaum untuk mencari Yesus. Ketika orang banyak itu mendapati Yesus di seberang danau, mereka berkata kepada-Nya, "Rabi, bilamana Engkau tiba di sini?" Yesus menjawab mereka, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang. Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu, sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya." Lalu kata mereka kepada Yesus, "Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami  mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?" Jawab Yesus kepada mereka, "Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah." Maka kata mereka kepada-Nya, "Tanda apakah yang Engkau perbuat, supaya kami dapat melihatnya dan percaya kepada-Mu? Pekerjaan apakah yang Engkau lakukan? Nenek moyang kami telah makan manna di padang gurun, seperti ada tertulis: Mereka diberi ...

ROTI KEHIDUPAN

Setiap orang membutuhkan roti, membutuhkan makanan supaya dia hidup. Ini merupakan satu hal yang tidak diragukan oleh siapa pun. Dan rasa lapar setiap hari membuktikan kebutuhan ini bagi setiap orang.

Tetapi setiap orang yakin pula bahwa makanan jasmaniah ini tidak cukup bagi suatu hidup yang sungguh manusiawi. Manusia juga membutuhkan suatu "roti dari surga", sekaligus membutuhkan makanan rohani yang sungguh membuat hidup  mereka berarti dan layak disebut hidup manusiawi. Manusia  juga membutuhkan suatu "adat", suatu pedoman dan orientasi dalam hidup yang mengatur tingkah lakunya dan yang menjamin berkat surgawi baginya.

Dalam Injil hari ini Yesus mewartakan diri-Nya sebagai roti kehidupan, sebagai roti surgawi yang benar, yang bisa membebaskan manusia dari rasa lapar dan haus. Dengan ini Yesus ingin mengatakan bahwa kalau kamu ingin tahu, bagaimana caranya hidup secara sungguh manusiawi, kamu harus 'memakan' Aku, kamu harus mendalami dan meresapkan dalam hatimu cara Saya hidup di antara kamu, apa yang Saya buat dan Saya ajarkan (HN).

 

Pelita Hati: Manusia membutuhkan makanan rohani yang membuat hidupnya berarti dan layak disebut hidup manusiawi.

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Sabtu 04 Agustus 2012

Renungan Harian: Sabtu 04 Agustus 2012

Mat 14:1-12

Sekali peristiwa sampailah berita tentang Yesus kepada Herodes, raja wilayah. Maka ia berkata kepada pegawai-pegawainya, "Inilah Yohanes Pembaptis.  Ia sudah bangkit dari antara orang mati dan itulah sebabnya kuasa-kuasa itu bekerja di dalam-Nya." Sebab memang Herodes telah menyuruh menangkap Yohanes, membelenggu dan memenjarakannya, berhubung dengan peristiwa Herodias, isteri Filipus, saudaranya. Sebab Yohanes pernah menegur Herodes, "Tidak halal engkau mengambil Herodias!" Herodes ingin membunuhnya, tetapi ia takut kepada orang banyak yang memandang Yohanes sebagai nabi. Tetapi pada hari ulang tahun Herodes, menarilah puteri Herodias di tengah-tengah mereka dan menyenangkan hati Herodes, sehingga Herodes bersumpah akan memberikan kepadanya apa saja yang dimintanya. Maka setelah dihasut oleh ibunya, puteri itu berkata, "Berikanlah kepadaku di sini kepala Yohanes pembaptis di sebuah talam." Lalu sedihlah hati raja. Tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya, diperintahkannya juga....

 

MARTIR DI HADAPAN MATA YESUS

Hidup Yohanes terjalin erat dengan kedatangan Yesus, sebab Ia mewartakan pertobatan demi persiapan jalan-Nya, dan ia menyerahkan murid-muridnya kepada Yesus. Yesus dari pihaknya merendahkan diri di hadapan Yohanes, minta dibaptis olehnya, dan memujinya yang paling besar, dari orang yang dilahirkan oleh wanita. Ia menjawab pertanyaan Yohanes dengan menunjuk pada tanda-tanda, bahwa Mesias sudah datang. Tetapi selanjutnya: Yesus tidak membebaskan Yohanes dari penjara dan maut, tidak membela atau mengunjungi dia di penjara. Ia membiarkan hamba yang setia ini disingkirkan, masuk dalam jalan gelap dan menghilang hina tanpa nama! Itukah perlakuan Yesus terhadap sahabat-Nya?

Jalan para pencinta Yesus dalam hidup, pengorbanan dan karya, mereka yang dikaruniai kemesraan dan persatuan mistik di dalam doa, nampak tiba-tiba tidak diperhatikan, ditinggalkan oleh Yesus, dibiarkan sendirian bergulat dalam kegelapan sengsara, tanpa uluran tangan, tanpa mendapat sinar terang dalam cobaan, kadang sampai akhir hidupnya.

Di sini kita secara manusia tidak lagi mengerti, sebab seluruhnya ternyata lepas dari perhitungan dan pengertian kita. Kita harus mau dan berani menerima, bahwa rencana Tuhan terliput dalam misteri: Tuhan mempunyai rencana sendiri, yang merupakan rahasia, yang hanya harus diterima oleh orang-orang pilihan. Bersama mereka kita hanya bersujud dan menyembah, tidak mau memberanikan diri, tetapi menghargai dan menghormati rahasia Tuhan dengan jiwa kekasih-Nya, khusus para martir-Nya, di zaman dulu dan zaman sekarang juga (HN).

 

Pelita Hati: Tuhan mempunyai cara-Nya sendiri untuk menunjukkan cinta-Nya kepada kita.

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Jumat 03 Agustus 2012

Renungan Harian: Jumat 03 Agustus 2012

Mat 13:54-58

Pada suatu hari Yesus kembali ke tempat asal-Nya. Di sana Ia mengajar orang di rumah ibadat mereka. Orang-orang takjub dan berkata, "Dari mana diperoleh-Nya hikmat itu? Bukankah Dia itu anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka, "Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya." Karena ketidakpercayaan mereka itu, maka Yesus tidak mengerjakan banyak mukjizat di situ.

 

IRIHATI

Jika dihilangkan semua sebutan "Tuhan" dan "guru", Yesus nampak dalam ke-biasa-an-Nya, anak orang kampung, yang waktu bersama mereka tidak menampilkan keistimewaan apa-apa di tengah desa. Maka jelas pertanyaan orang sekampung, seteman, sesaudara, dan seangkatan: "Dari mana diperoleh-Nya hikmat itu dan kuasa untuk mengadakan mukjizat...?" Yesus tidak mengistimewakan diri atau mau menyembunyikan asal usul-Nya. Ia membiarkan mereka bersoal jawab, memeriksa, dan menemukan sendiri "apakah ada kepalsuan di dalamnya".

Pada dasarnya orang tidak bisa menerima, bahwa ada sesuatu yang baik datang dari Nazaret, bahwa ada seorang nabi datang dari Galilea! Bukti dalam perbuatan tidak diikuti, karena orang tidak mau melihat, tidak mau percaya, bahwa "ada seorang nabi di tempat asal mereka sendiri". Inilah bentuk sikap iri, tidak rela ada orang yang melebihi mereka sendiri. Karena iri orang dapat menutup mata terhadap kebenaran: Juga Putera Allah pun tidak dapat membuktikan diri, tetapi ditolak, tak akan diterima. Rasa iri dapat menyesatkan penilaian kita terhadap sesama, bahkan terhadap Allah juga (HN).

 

Pelita Hati: Karena iri, orang dapat menutup mata terhadap kebenaran.

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Kamis 02 Agustus 2012

Renungan Harian: Kamis 02 Agustus 2012

Mat 13:47-53

Sekali peristiwa Yesus bersabda kepada orang banyak, "Hal Kerajaan Surga itu seumpama pukat yang dilabuhkan di laut, lalu mengumpulkan pelbagai jenis ikan. Setelah penuh, pukat itu ditarik orang ke pantai. Lalu mereka duduk dan dipilihlah ikan-ikan itu, ikan yang baik dikumpulkan ke dalam pasu, yang buruk dibuang. Demikianlah juga pada akhir zaman.

Malaikat-malaikat akan datang memisahkan orang jahat dari orang benar.

Yang jahat lalu mereka campakkan ke dalam dapur api. Di sana akan ada ratapan dan kertak gigi. Mengertikah kalian akan segala hal ini?"

Orang-orang menjawab,"Ya, kami mengerti." Maka bersabdalah Yesus kepada mereka, "Karena itu setiap ahli Taurat yang menerima pelajaran hal Kerajaan Allah seumpama seorang tuan rumah yang mengeluarkan harta yang baru dan yang lama dari perbendaharaannya." Setelah selesai menyampaikan perumpamaan itu Yesus pergi dari sana.

 

TUHAN MENGADAKAN PILIHAN

Pemilihan Tuhan berlangsung, kalau Ia memilih para rasul menurut yang dikehendaki-Nya. Pemilihan Tuhan berlangsung, kalau Ia membagi-bagi talenta yang tidak sama. Pemilihan Tuhan terjadi lagi, kalau Ia memanggil pekerja pada waktu yang berbeda-beda dan kemudian memberikan upah yang sama, berdasarkan kebaikan-Nya.

Tuhan juga membiarkan "seleksi" terjadi lewat perjalanan kodrat dan perlombaan alami: ada yang dilahirkan sehat, ada yang cacat, ada yang jadi kaya, ada yang jatuh miskin, ada yang untung, ada yang malang. Permainan alam kodrat, yang dibiarkan oleh Tuhan: pilihan - penyelenggaraan - atau nasib?

Pukat yang mengumpulkan berbagai-bagai jenis ikan, setelah penuh, dipilih di hadapan Tuhan: "malaikat-malaikat akan datang memisahkan orang jahat dan orang benar." Kejahatan atau kebenaran itu bukan nasib, bukan Tuhan yang menghendaki, ini terjadi karena pilihan manusia sendiri. Memang panggilan bakat dan rahmat, berbeda-beda. Tuhan yang memberikan menurut kerelaan-Nya. Pemilihan atau penolakan manusia terhadap kebaikan Tuhan akan menentukan tempatnya pada akhir zaman (HN).

 

Pelita Hati: Pemilihan atau penolakan manusia terhadap kebaikan Tuhan akan menentukan tempatnya pada akhir zaman.

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Rabu 01 Agustus 2012

Renungan Harian: Rabu 01 Agustus 2012

Mat 13:44-46

Sekali peristiwa Yesus mengajar orang banyak, "Hal Kerajaan Surga itu seumpama harta yang terpendam di ladang yang ditemukan orang, lalu dipendamnya lagi. Karena sukacitanya, pergilah ia menjual seluruh miliknya, lalu membeli ladang itu. Demikian pula hal Kerajaan Surga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah, setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu."

 

PILIHAN UTAMA

Setelah mendengar Injil Mateus hari ini tentang harta terpendam, St. Antonius Abbas pergi dan menjual segala hartanya, membagi-bagikannya kepada orang miskin, dan memilih hidup bertapa di padang gurun.

Sepanjang abad, contoh-contoh seperti ini masih terjadi. Di dalam hidup ada suatu peristiwa timbul, yang tak diduga sebelumnya, tetapi jadi menentukan untuk selanjutnya. Peristiwa itu menjadi titik balik di dalam hidup, saat pertobatan, saat kesadaran lebih dalam akan panggilan: orang mulai dengan "perjalanan baru" dalam hidupnya.

Dalam hidup rohani orang bisa lama mencoba, mencari-cari jalan untuk menentukan cara doa yang sesuai baginya. Dalam mengatur hidup mencoba-coba jadwal, mengubah, menyusun kembali, untuk menemukan keselarasan, imbangan antara doa dan karya. Dalam hubungan dengan sesama orang bergulat untuk menemukan jalan mendekati hari, menghidupkan pelita yang hampir padam. Orang berkehendak baik dan jujur belum tentu gampang menemukan bimbingan dari orang yang mengerti. Tetapi sekali menemukan mutiara indah, segala lainnya ditinggalkan, untuk pilihan yang satu ini. Akhirnya ditemukan apa yang lama dicari-cari (HN).

 

Pelita Hati: Orang yang telah menemukan pilihan utama dalam hidup akan bahagia. Apakah kita sudah menemukan Tuhan sebagai pilihan utama?

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Selasa, 24 Juli 2012

Renungan Harian: Minggu 29 Juli 2012

Renungan Harian: Minggu 29 Juli 2012

Yoh 6:1-15

Pada waktu itu Yesus berangkat ke seberang danau Galilea, yaitu danau Tiberias. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia, karena mereka melihat mujizat-mujizat penyembuhan, yang diadakan-Nya terhadap orang-orang sakit. Yesus naik ke atas gunung dan duduk di situ dengan murid-murid-Nya. Ketika itu Paskah, hari raya orang Yahudi, sudah dekat. Ketika Yesus memandang sekeliling-Nya, dan melihat bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya, berkatalah Ia kepada Filipus, "Di manakah kita akan membeli roti, sehingga mereka ini dapat makan?" Hal itu dikatakan-Nya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu apa yang hendak dilakukan-Nya. Jawab Filipus kepada-Nya, "Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja!" Seorang dari murid-murid-Nya, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepada-Nya, "Di sini ada seorang anak, yang membawa lima roti jelai dan mempunyai dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?" Kata Yesus, "Suruhlah orang-orang itu duduk!" Adapun di tempat itu banyak rumput. Maka duduklah orang-orang itu, kira-kira lima ribu laki-laki banyaknya. Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ; demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki. Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada ...

 

MEMBERI SEMANGAT DAN DUKUNGAN

Berhadapan dengan orang yang sering ragu, ungkapan "kamu bisa" sungguh dapat memberi semangat dan dukungan pada mereka. Ungkapan itu dapat memotivasi mereka untuk berani melakukan sesuatu tanpa ragu lagi. Dari sudut iman, seorang peragu merupakan orang yang kurang percaya akan penyertaan Tuhan padanya, padahal bersama Tuhan apa pun bisa dilakukan. Tuhan dapat memberikan segala-galanya pada kita melebihi siapa dan apa pun.

Hal ini mirip dengan Injil hari ini, yaitu kisah perbanyakan roti dan ikan. Pada saat itu, orang banyak yang jumlahnya kira-kira lima ribu orang laki-laki berbondong-bondong mengikuti Yesus. Yesus ingin memberi mereka makan, namun makanan yang tersedia untuk sejumlah itu tidak tersedia. Yang ada hanya lima roti dan dua ikan. Yesus pun mengadakan mukjizat perbanyakan roti dan ikan. Mukjizat itu membuat semua orang dapat makanan bahkan makanan itu sisa sebanyak dua belas bakul penuh.

Mukjizat ini memberi pesan kepada kita bahwa bila kita mengalami kesulitan sesulit apa pun kesulitan itu bila bersama Tuhan dan mengandalkan-Nya, kesulitan itu akan teratasi. Sebab tiada yang mustahil bagi Tuhan, bila kita percaya dan selalu memohon pada-Nya (RBM).

 

Pelita Hati: Tiada yang mustahil bagi Tuhan bila kita selalu berlindung dan percaya kepada-Nya.

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Senin, 23 Juli 2012

Renungan Harian: Sabtu 28 Juli 2012

Renungan Harian: Sabtu 28 Juli 2012

Mat 13:24-30

Pada suatu hari Yesus membentangkan suatu perumpamaan kepada orang banyak. "Hal Kerajaan Surga itu seumpama orang yang menaburkan benih baik di ladangnya. Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya, menaburkan benih lalang di antara gandum, lalu pergi. Ketika gandum tumbuh dan mulai berbulir, nampak jugalah lalang itu. Maka datanglah hamba-hamba tuan ladang itu dan berkata kepadanya, 'Tuan, bukankah benih baik yang Tuan taburkan di ladang Tuan? Dari manaka lalang itu? Jawab tuan itu,'Seorang musuh yang melakukannya!' Lalu berkatalah para hamba itu, 'Maukah Tuan, supaya kami pergi mencabuti lalang itu?' Tetapi ia menjawab, 'Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kalian mencabut lalangnya.

Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai tiba. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai, 'Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandumnya ke dalam lumbungku.'

 

HIDUP BIJAK

Tidak ada yang abadi di bumi ini. Segala yang ada di dalamnya ada akhirnya. Karena itu, kita harus hidup dengan bijak. Terbuka pada perkembangan pun perubahan yang ada dengan tetap memperhatikan nilai-nilai baik yang ada. Bila saatnya tiba, kita mesti mengambil sikap yang tepat dan bijaksana dan tetap memperhatikan kepentingan bersama.

Injil hari ini berkisah tentang perumpamaan lalang di antara gandum. Gandum merupakan benih yang baik dan sengaja ditanam agar tumbuh dan menghasilkan bulir yang banyak. Sedang lalang merupakan tanaman perusak yang tumbuh untuk menghalangi pertumbuhan gandum. Jika lalang dibiarkan hidup lebih lama bersama dengan gandum, maka pertumbuhan gandum tidak akan baik. Akibatnya gandum tidak akan menghasilkan bulir yang melimpah. Itulah sebabnya hamba tuan si empunya ladang itu mengusulkan agar lalang itu segera dicabut. Sayang, si tuan empunya ladang itu melarang. Ia takut jangan-jangan gandum itu ikut tercabut. Akibatnya, si tuan empunya ladang itu pun menunggu waktu panen tiba.

Perumpamaan ini memberi pesan kepada kita yang belum hidup di jalan Tuhan bahwa Tuhan masih memberi waktu kepada kita untuk bertobat hingga hari Tuhan tiba. Demikian pula bagi kita orang baik, Tuhan menghendaki agar kita juga tetap bertahan dalam perbuatan baik sampai hari Tuhan tiba. Dengan demikian, Tuhan akan sama-sama merangkul kita untuk hidup abadi. Sanggupkah kita berbuat demikian (RBM).

 

Pelita Hati: Tuhan menghendaki agar kita semua memperoleh hidup abadi bersama dengan-Nya..

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Jumat 27 Juli 2012

Renungan Harian: Jumat 27 Juli 2012

Mat 13 :18-23

Sekali peristiwa Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya, "Dengarkanlah arti perumpamaan tentang penabur. Setiap orang mendengar sabda tentang Kerajaan Surga dan tidak mengerti, akan didatangi si jahat, yang akan merampas apa yang ditaburkan dalam hatinya. Itulah benih yang jatuh di pinggir jalan. Benih yang ditaburkan di tanah berbatu-batu ialah orang yang mendengar sabda itu dan segera menerimanya dengan gembira. Tetapi ia tidak berakar dan hanya tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena sabda itu, orang itu pun segera murtad. Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar sabda itu, lalu sabda itu terhimpit oleh kekuatiran dunia dan tipu daya kekayaan, sehingga tidak berbuah.

Sedangkan yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengarkan sabda itu dan mengerti, dan karena itu berbuah ada yang seratus, ada yang enam puluh, dan ada yang tiga puluh ganda."

 

FIRMAN YANG BERBUAH

Firman Tuhan sangat sulit berbuah pada zaman ini. Hal itu karena kebanyakan orang zaman sekarang hanya membaca dan mendengar firman itu saja. Mereka tidak berbuat sesuai dengan firman yang mereka baca atau dengarkan. Akibatnya, firman itu hanya sebatas mereka baca dan dengar sehingga tidak bermakna apa pun. Maka tidak heran jika banyak orang merasa hidup kerohaniannya sekarang ini terasa hampa dan kering.

Senada dengan hal itu, Yesus menjelaskan arti perumpamaan tentang seorang penabur kepada murid-murid-Nya dalam Injil hari ini. Apa yang hendak disampaikan Yesus melalui perumpamaan itu? Yesus ingin menyampaikan bahwa firman Tuhan tidak selamanya berterima dalam hati setiap orang. Hal itu bisa jadi karena firman itu kurang dipahami sehingga hilang begitu saja; firman disambut dengan gembira, tapi di tempat didengar saja dan setelah itu hilang dari ingatan; firman membuat hati orang membara untuk berbuat baik dengan berani, tapi karena banyak pertimbangan tidak dilaksanakan. Namun, tidaklah semua orang demikian sebab ada juga orang yang melaksanakan firman itu dengan baik. Mereka yang melaksanakan firman itu yakin seutuhnya akan apa yang diimaninya dan apa yang harus dikerjakannya, ia tidak takut karena percaya akan Tuhan. Dalam diri orang inilah firman itu tumbuh dan berbuah dengan berlipat ganda.

Apakah firman Tuhan itu telah tumbuh subur dalam hati kita? Jangan-jangan firman itu masih terganjal oleh rintangan kekhawatiran duniawi kita, ketidakmauan kita, dan kepentingan pribadi serta harga diri kita. Jika demikian halnya, mari mengubah diri kita segera (RBM). 

 

Pelita Hati: Firman Tuhan berbuah dengan berlipat ganda hanya dalam diri orang yang seutuhnya percaya dan melaksanakan firman itu dalam hidup nyata.

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Sabtu, 21 Juli 2012

Renungan Harian: Kamis 26 Juli 2012

Renungan Harian: Kamis 26 Juli 2012

Mat 13:10-17

Setelah Yesus menceritakan perumpamaan tentang orang penabur, murid-murid bertanya kepada-Nya, "Mengapa Engkau mengajar mereka dengan perumpamaan?" Jawab Yesus, "Kalian diberi karunia mengetahui rahasia Kerajaan Surga, tetapi orang-orang lain tidak. Karena barangsiapa mempunyai, akan diberi lagi; tetapi barangsiapa tidak mempunyai, maka apa pun yang ada padanya akan diambil juga. Itulah sebabnya Aku mengajar mereka dengan perumpamaan, karena biar pun melihat, mereka tidak tahu, dan biarpun mendengar, mereka tidak menangkap dan tidak mengerti. Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: 'Kalian akan mendengar dan mendengar lagi, namun tidak mengerti, kalian akan melihat dan melihat lagi, namun tidak menanggap. Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan matanya melekat tertutup, agar jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya lalu berbalik sehingga Kausembuhkan.' Akan tetapi berbahagialah mata kalian sebab melihat, berbahagialah telinga kalian sebab mendengar. Sebab Aku berkata kepadamu, 'Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kalian lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kalian dengar, tetapi tidak mendengarnya."

 

ORANG ISTIMEWA

Orang istimewa di hati kita tentu orang-orang yang sungguh berarti dalam hidup kita. Keberartian mereka dalam hidup kita cukup beragam, di antaranya karena mereka bisa mengubah hidup kita sehingga kita menjadi berguna. Mereka bisa orangtua, sahabat, istri, suami, bahkan kekasih kita. Kepada mereka, kita bebas mengungkapkan isi hati kita dan berterus terang akan banyak hal bahkan rahasia sekalipun.

Yesus pun dekat dengan para murid-Nya bahkan sangat mengistimewakan mereka. Kepada murid-murid-Nya Yesus selalu mengatakan segala sesuatu secara terus terang. Sementara pada orang lain, Yesus menyatakan sesuatu dengan perumpamaan. Hal ini dilakukan Yesus agar para murid mengenal-Nya secara jelas dan mengerti misi dan visi-Nya, yaitu mewartakan Kerajaan Allah. Dengan memahami hal itu, Yesus berani mengutus para murid-Nya mewartakan Kerajaan Allah.

Apakah kita telah mengenal Yesus? Semoga kita bukan seperti yang diramalkan nabi Yesaya bagi orang yang bebal hati: "Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti; kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap." Marilah kita apabila belum mengenal Yesus ataupun sudah memperbarui diri, merubah sikap kita ke arah yang lebih baik lagi. Semoga! (RBM)

 

Pelita Hati: Orang istimewa dalam diri Yesus adalah mereka yang mengenal-Nya secara dekat.

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Rabu 25 Juli 2012

Renungan Harian: Rabu 25 Juli 2012

Mat 20:20-28

Sekali peristiwa, menjelang kepergian Yesus ke Yerusalem, datanglah ibu Zebedeus serta anak-anaknya kepada Yesus, lalu sujud di hadapan-Nya untuk meminta sesuatu. Kata Yesus,"Apa yang kau kehendaki?" Jawab ibu itu,"Berilah perintah, supaya kedua anakku ini kelak boleh duduk di dalam kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu, dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu." Tetapi Yesus menjawab,"Kamu tidak tahu apa yang kamu minta! Dapatkah kamu meminum cawan yang harus Kuminum?" Kata mereka kepada-Nya,"Kami dapat." Yesus berkata kepada mereka,"Cawan-Ku memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya." Mendengar itu, marahlah kesepuluh murid yang lain kepada dua bersaudara itu. Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata,"Kamu tahu bahwa pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu...

 

MENJADI PELAYAN

Pengikut Yesus, jangan bermimpi dan berpikir untuk menjadi besar dan termasyur. Pengikut Yesus merupakan orang-orang yang mendedikasikan diri secara total tanpa pamrih menjadi pelayan. Pelayanan ini berupa mengasihi sesama lebih-lebih mereka kaum marginal seturut kehendak Yesus. Bukan penguasa yang melayani sesama kebanyakan dengan tangan besi.

Hal ini dengan tegas dikatakan Yesus dalam Injil hari ini. Yesus berkata: "Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu hendaklah ia menjadi pelayan. Barangsiapa ingin menjadi terkemuka hendaklah ia menjadi hambamu. Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani, dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." Maka, menjadi pengikut Yesus bukanlah menjadi orang terkenal dan termasyur melainkan menjadi pelayan yang mengabdikan diri secara total pada Yesus dan Bapa.

Kiranya kita menyadari hal ini sehingga kita dapat seperti St. Yakobus, rasul yang hari ini pestanya dirayakan oleh Gereja. Awalnya, Yakobus mengira bahwa dengan menjadi pengikut Yesus ia akan menjadi orang besar dan termasyur. Hal ini nyata ketika ibunya datang kepada Yesus untuk meminta posisi. Ternyata jawaban Yesus sungguh di luar dugaan manusia: "Cawan-Ku memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang, bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya." Jawaban Yesus ini menyadarkan Yakobus akan tugasnya yang tidak lain dan tidak bukan adalah pelayan sebagaimana Yesus sendiri (RBM).

 

Pelita Hati: Menjadi pengikut Yesus bukanlah menjadi orang terkenal dan termasyur melainkan menjadi pelayan yang mengabdikan diri secara total pada Yesus dan Bapa.

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Selasa 24 Juli 2012

Renungan Harian: Selasa 24 Juli 2012

Mat 12:46-50

Sekali peristiwa ketika Yesus sedang berbicara dengan orang banyak, ibu dan saudara-saudara-Nya berdiri di luar dan berusaha menemui Dia. Maka berkatalah seseorang kepada-Nya, "Lihat, ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan berusaha menemui Engkau." Tetapi Yesus menjawab kepadanya, "Siapakah ibu-Ku? Dan siapakah saudara-saudara-Ku?" Dan sambil menunjuk ke arah murid-murid-Nya, ia bersabda, "Inilah ibu-Ku, inilah saudara-saudara-Ku! Sebab siapa pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga, dialah saudara-Ku, dialah saudari-Ku, dialah ibu-Ku."

 

MELAKSANAKAN KEHENDAK BAPA

Persaudaraan rohani melebihi persaudaraan jasmani. Mereka yang hidup dalam persaudaraan rohani ini dengan cara khusus ataupun menjadi religius akan lebih akrab dengan saudara rohani ketimbang kerabat jasmani. Sebab persaudaraan rohani memiliki tugas dan tanggung jawab yang lebih penting yang harus lebih diutamakan daripada hal lainnya.

Yesus sangat tegas mengenai hal ini. Yesus sadar bahwa Ia mesti melaksanakan panggilan khusus yang diterima-Nya dari Bapa. Yesus berusaha melaksanakan panggilan-Nya untuk melayani umat dan tanpa bermaksud menyangkal keberadaan keluarga-Nya. Yesus paham mana prioritas utama dalam hidup-Nya. Untuk itu, Yesus sangat mengharapkan pengertian dari keluarga. Hal ini nyata ketika Ia berkata: "Siapa ibu-Ku? Dan siapa saudara-saudara-Ku?" Dalam hal ini, Yesus mau menegaskan bahwa sekarang dan di sini prioritas adalah melayani umat sementara urusan keluarga berbeda waktunya. Hal utama bagi Yesus tidak lain dan tidak bukan adalah melaksanakan kehendak Bapa. Mereka yang melaksanakan kehendak Bapa inilah ibu dan saudara-saudari Yesus.

Kita merupakan saudara-saudari Yesus. Kita akan menjadi prioritas bagi-Nya apabila kita mau dan selalu melaksanakan kehendak Bapa sebagaimana dilakoni-Nya. Apakah kita telah melaksanakan kehendak Bapa? Semoga kita lebih mengutamakan tugas panggilan kita tanpa terhalang oleh apa pun juga (RBM).

 

Pelita Hati: Ibu dan saudara-saudara Yesus adalah orang-orang yang melaksanakan kehendak Bapa.

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Senin 23 Juli 2012

Renungan Harian: Senin 23 Juli 2012

Mat 12:38-42

Sekali peristiwa beberapa ahli Taurat dan orang Farisi berkata kepada Yesus, "Guru, kami ingin melihat suatu tanda daripada-Mu." Jawab Yesus kepada mereka, "Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda Nabi Yunus. Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian pula Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam. Pada waktu penghakiman orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan menghukumnya juga. Sebab orang-orang Niniwe bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus; dan sungguh, yang ada di sini lebih dari pada Yunus! Pada waktu penghakiman ratu dari selatan akan bangkit bersama angkatan ini dan ia akan menghukumnya juga. Sebab ratu itu datang dari ujung bumi untuk mendengar hikmat Salomo!"

 

KERAS KEPALA

Dalam suatu rapat terjadi adu pendapat yang sengit. Kedua orang yang beradu pendapat itu tidak ada yang mengalah. Bahkan pimpinan rapat terpaksa menskorsing rapat akibat perbedaan pendapat itu selama setengah jam. Setelah rapat kembali, adu pendapat itu tetap terjadi. Tidak ada yang mengalah, keduanya sama-sama keras kepala. Kekerasan kepala mereka akhirnya tidak menghasilkan apa pun dari rapat itu. Malah sakit hati dan dendam yang membara.

Hal ini agak mirip dengan Injil yang kita dengar hari ini. Dalam Injil hari ini dikisahkan bahwa orang Farisi dan ahli-ahli Taurat selalu tidak percaya akan Yesus. Maka ketika mereka meminta suatu tanda dari Yesus yang membuktikan bahwa Dia adalah Mesias dan utusan Allah, Yesus tidak memberikan tanda apa pun kepada mereka selain tanda nabi Yunus. Tanda nabi Yunus adalah tanda kematian dan kebangkitan Yesus. Melalui tanda ini dinyatakan bahwa ahli Taurat dan orang Farisi adalah orang-orang yang keras kepala. Mereka sendirilah yang menyalibkan Yesus sebagai bentuk kekerasan hati dan pikiran mereka.

Dalam berbagai pengalaman hidup, kita juga sering keras kepala dan tidak mau mengakui kelebihan orang lain. Kita gampang sakit hati sehingga mencari cara untuk menyingkirkan mereka. Marilah kita tinggalkan sifat keras kepala dengan berjiwa kristiani dalam mendukung sesama sesuai kompetensi mereka. Janganlah kita terpengaruh oleh mentalitas haus kuasa dengan menghalalkan segala cara (RBM).

 

Pelita Hati: Keras kepala tidak akan menghasilkan apa pun malah sakit hati dan dendam yang membara.

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Kamis, 19 Juli 2012

Renungan Harian: Minggu 22 Juli 2012

Renungan Harian: Minggu 22 Juli 2012

Mrk 6:30-34

Pada waktu itu Yesus mengutus murid-murid-Nya mewartakan Injil. Setelah menunaikan tugas itu mereka kembali berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan kepada-Nya semua yang mereka kerjakan dan ajarkan. Lalu Yesus berkata kepada mereka, "Marilah kita pergi ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah sejenak!" Memang begitu banyaknya orang yang datang dan pergi, sehingga makan pun mereka tidak sempat. Maka pergilah mereka mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi. Tetapi pada waktu mereka bertolak banyak orang melihat,  dan mereka mengetahui tujuannya. Dengan mengambil jalan darat segeralah datang orang dari semua kota ke tempat itu dan mereka malah mendahului Yesus. Ketika mendarat, Yesus melihat jumlah orang yang begitu banyak. Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Yesus mengajarkan banyak hal kepada  mereka.

 

GEMBALA YANG BAIK

Seorang gembala adalah orang yang sanggup membela kawanannya dari binatang yang ganas dan penuh perhatian terhadap domba-dombanya serta mengumpulkannya demi keamanan dan kedamaian. Kewibawaan seorang gembala tak dapat diragukan lagi karena dia mengenal domba-dombanya dan rela menggendong domba yang sakit atau lelah. Sikap ini karena gembala itu sangat mencintai domba-dombanya.

Sayang, kewibawaan ini sering disalahgunakan sebagaimana diceritakan nabi Yeremia. Para pemimpin–disamakan dengan para gembala–bertindak sewenang-wenang atas umat-Nya yang disamakan dengan domba.  Mereka memeras domba-domba hingga tercerai-berai. Tetapi Yahwe tidak membiarkan domba-domba itu tercerai-berai. Ia mengambil penjagaan atas domba-domba itu sebagaimana dinubuatkan dan dinantikan oleh para nabi yang terwujud dalam diri Yesus. Yesuslah gembala yang baik.

Yesus dan para gembala yang baru, yaitu para murid-Nya akan menggembalakan umat yang ditebus dengan darah-Nya yang mulia serta akan diperhatikan. Tetapi kini sangat sulit menemukan orang yang rela melayani dan mencurahkan hatinya sepenuhnya dalam masyarakat bila tidak ada kompensasi atau kepentingan. Para gembala umat kristiani di segala lapisan tertahbis atau tak tertahbis dalam pelayanan pewartaan dan meja seharusnya bebas dari kepentingan dan kesibukan pribadi demi pelayanan ini (SS).

 

Pelita Hati: Gembala yang baik mengenal domba-dombanya dan tidak membuat domba-domba itu tercerai-berai..

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Sabtu 21 Juli 2012

Renungan Harian: Sabtu 21 Juli 2012

Mat 12:14-21

Sekali peristiwa orang-orang Farisi bersekongkol untuk membunuh Yesus. Tetapi Yesus tahu maksud mereka, lalu menyingkir dari sana. Banyak orang mengikuti Dia, dan Ia menyembuhkan mereka semua. Dengan keras Ia melarang mereka memberitahukan siapa Dia, supaya genaplah sabda yang telah disampaikan oleh nabi Yesaya. "Lihatlah, itu hamba-Ku yang Kupilih, yang Kukasihi, yang kepadanya jiwa-Ku berkenan. Roh-Ku akan Kucurahkan atas Dia, dan Ia akan memaklumkan hukum kepada sekalian bangsa, Ia tidak akan berbantah dan tidak akan berteriak, suara-Nya tidak terdengar di jalan-jalan. Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai ia menjadikan hukum itu menang. Kepada-Nyalah semua bangsa akan berharap."

 

JANGAN BALAS DENDAM!

Nabi mengecam penguasa yang memimpin rakyat dengan tangan besi. Secara terang nabi mengatakan bahwa kepemimpinan demikian merupakan perbuatan dosa yang dimulai dengan kata: "celakalah", menyusul hukuman dari Tuhan dan akibatnya. Bahkan nabi menggambarkan kejahatan itu sebagai kerakusan yang haus akan kekuasaan. Tuhan tidak menghendaki penderitaan yang diakibatkan oleh penguasa demikian. Maka Tuhan mencabut kuasa itu dari pemimpin demikian sehingga mereka kehilangan kekuasaannya.

Penderitaan rakyat akibat kepemimpinan tangan besi juga dialami oleh Yesus. Bedanya, penginjil dengan mengutip nabi Yesaya mengatakan bahwa Yesus tidak pernah membalas rencana jahat dari kaum Farisi terhadap-Nya. Yesus lebih memilih menghindari mereka dengan menyembuhkan orang sakit dalam beraneka kesulitan. Segala penderitaan-Nya disampaikan-Nya kepada Bapa lewat doa. Yesus Hamba Allah tahan menderita sehingga berkenan pada Bapa-Nya.

Kita pun hendaknya memandang Yesus sebagai Hamba karena dia solider dengan manusia dengan rela kehilangan keilahian-Nya untuk semakin serupa dengan kita. Dia tidak menuntut apa pun, tetapi memperhatikan sesama yang menderita. Inilah hati Yesus, hati Allah kita. Yesus merupakan teladan cinta kasih. Perjumpaan dengan-Nya hendaknya memperkaya perasaan dan sikap kita (SS).

 

Pelita Hati: Janganlah balas dendam terhadap penguasa tetapi lakukanlah hal berharga terhadap sesama.

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Jumat 20 Juli 2012

Renungan Harian: Jumat 20 Juli 2012

Mat 12:1-8

Pada suatu hari Sabat, Yesus dan murid-murid-Nya berjalan di ladang gandum. Karena lapar murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya. Melihat itu, berkatalah orang-orang Farisi kepada Yesus,

"Lihatlah, murid-murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat." Tetapi Yesus menjawab, "Tidakkah kalian baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan para pengikutnya lapar? Ia masuk ke dalam bait Allah, dan mereka semua makan roti sajian yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam. Atau tidakkah kalian baca dalam Kitab Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat, imam-imam melanggar hukum Sabat di dalam bait Allah, namun tidak bersalah? Aku berkata kepadamu; Di sini ada yang melebihi bait Allah. Seandainya kalian memahami maksud sabda ini, 'Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan,' tentu kalian tidak menghukum orang yang tidak bersalah.

Sebab Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.

 

DICINTAI ALLAH

Salah satu tugas seorang nabi adalah dengan cahaya ilahi, menafsir kejadian dan arah sejarah bangsa Israel. Tugas itu dilaksanakan oleh nabi Yesaya pada Raja Hiskia tentang penyakit raja dan penyembuhannya. Hasilnya, raja sakit parah dan telah dekat dengan kematiannya. Situasi ini membuat raja cemas sehingga ia berdoa kepada Tuhan. Doanya memohon agar Tuhan mengingat bahwa dia telah hidup dengan setia dan melakukan apa yang baik di hadapan Tuhan. Permohonan itu mendapat respon dari Tuhan melalui nubuat nabi Yesaya: Tuhan telah mendengar doamu dan Ia mengabulkannya dengan memperpanjang umurmu 15 tahun lagi.

Pengalaman Raja Hiskia yang dicintai Allah mirip dengan pesan Injil hari ini. Pesan Injil hari ini cukup sederhana, yakni hukum harus dibarengi dan ditegakkan dengan cinta sehingga kita mengerti apa makna yang terdapat dalam hukum itu. Dengan mengerti makna dari hukum itu akan membuat kita bijaksana menilai kesalahan dan perbuatan setiap orang dengan terang dan kebenaran. Dengan kata lain, hukum harus mempertimbangkan aspek keadilan dan hati bukan tumpul pada orang kecil.

Perintah atau peraturan dari Gereja bukanlah otomatis menyelamatkan manusia. Manusialah yang menyelamatkan diri mereka melalui perbuatan yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Tuhan menyelamatkan kita melalui wafat dan kebangkitan-Nya dan Sabda-Nya adalah pelita yang mengarahkan hidup kita ke terang dan kebenaran. Tuhan dekat pada orang yang berseru dan memberi jawaban atas segala jeritan, karena belas kasih-Nya (SS).

 

Pelita Hati: Allah selalu menampakkan belas kasih-Nya pada orang yang setia pada-Nya dengan cara yang spesial.

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Minggu, 15 Juli 2012

Renungan Harian: Kamis 19 Juli 2012

Renungan Harian: Kamis 19 Juli 2012

Mat 11:28-30

Sekali peristiwa bersabdalah Yesus, "Datanglah kepada-Ku, kalian semua yang letih lesu dan berbeban berat. Aku akan memberikan kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang kupasang dan belajarlah pada-Ku, sebab Aku ini lemah lembut dan rendah hati. Maka hatimu akan mendapat ketenangan. Sebab enaklah kuk yang kupasang, dan ringanlah beban-Ku."

 

TINDAKAN TUHAN

Kitab nabi Yesaya dalam bacaan pertama merupakan petunjuk tentang bagaimana Tuhan bertindak terhadap orang yang mengikuti kebijaksanaan ilahi dan anugerah-anugerah yang diberikan kepada mereka yang taat kepada-Nya. Di dalamnya terdapat pengakuan mengenai bagaimana Tuhan bertindak dalam sejarah manusia dan bagaimana manusia belajar berperilaku adil dan baik berdasarkan peristiwa dan kegagalan. Sebab hanya Tuhan yang dapat menjauhkan kegelapan; Dialah pemberi keadilan, kedamaian, dan keberhasilan pada yang setia.

Injil hari ini melanjutkan doa syukur Yesus. Di mana seorang sebelum disebut "kecil", maknanya diperluas menjadi golongan orang yang lelah, lapar, haus, dan tertindas. Siapa dari mereka yang setia mengikuti Yesus akan menikmati kedamaian – shalom. Kata kuk dapat diartikan secara simbolis, sebagai suatu beban untuk mengikuti ratusan perintah dan larangan yang ada dalam PL dan  disimpulkan oleh Yesus dalam satu perintah yang bercabang: kasih Tuhan dan sesama. Bukan berarti bahwa ajakan Yesus hanya untuk mereka yang termasuk dalam golongan 12 orang saja, tetapi juga untuk kita: belajar pada-Ku, Aku lemah- lembut dan rendah hati.

Inilah wajah sejati Yesus: rendah hati, tak menggunakan kekerasan, menerima semua, dan solider dengan sejarah manusia yang ditandai dengan derita dan siksaan. Dia seperti orang Samaria yang baik hati, dekat pada setiap orang yang luka dalam badan dan jiwa; Dialah yang akan membawa kasih dan penghiburan. Kuk Yesus adalah jalan yang telah didahului, membawa harapan dan angin yang baru (SS).

 

Pelita Hati: Kuk Yesus adalah jalan yang telah didahului, membawa harapan dan angin yang baru.

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Rabu 18 Juli 2012

Renungan Harian: Rabu 18 Juli 2012

Mat 11:25-27

Sekali peristiwa berkatalah Yesus, "Aku bersyukur kepada-Mu, ya Bapa, Tuhan langit dan bumi! Sebab semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang  pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan di hati-Mu. Semua telah diserahkan oleh Bapa-Ku kepada-Ku, dan tidak seorang pun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorang pun mengenal Bapa selain Anak, serta orang-orang yang kepadanya Anak berkenan menyatakannya."

 

BEBAS DARI RASA TAKUT

Nubuat nabi Yesaya merupakan suatu permenungan mendalam berkaitan dengan kejadian sejarah pada waktu itu. Ketika itu, penguasa Assir diangkat oleh Allah sebagai alat untuk melindungi bangsa Yahudi, agar mereka kembali setia pada-Nya. Tetapi Assir malah menyalahgunakan kepercayaan dan peranan yang diberikan Allah padanya. Kepercayaan Allah itu mereka selewengkan dengan menggunakan kekerasan dan keangkuhan untuk menindas bahkan berencana menghancurkan bangsa Yahudi. 

Penderitaan bangsa Yahudi ini hampir serupa dengan kisah Yesus dalam Injil hari ini. Dalam Injil, Yesus berdoa dan mengajak kita untuk menerima Dia. Yesus berdoa saat muncul penolakan terhadap ajaran dan karya-Nya. Yesus tidak disambut baik oleh sebagian besar masyarakat Yahudi. Hal itu membuat Ia berdoa sebab hanya dalam Diri Bapa-Nyalah Yesus berteduh. Doa syukur sebagai berkat atas rencana ilahi. Kata-kata dalam doa syukur ini merupakan kabar baik bagi mereka yang menganggap diri kecil. Dalam kata-kata ini terlukis kebahagiaan bagi "orang miskin".

Mendengar kata-kata doa Yesus ini kita dibebaskan dari rasa takut atas keterbatasan pribadi kita dan membuka cakrawala sampai kita bisa menyentuh hati Allah Bapa bersama Putra-Nya. Kita, dalam diri Yesus ambil bagian dalam keputraan ilahi dan diperkaya oleh-Nya. Maka siapa merasa diri kuat, besar, memiliki kekuasaan, merendahkan, dan menindas orang lain, seperti dalam bacaan pertama, mereka akan gagal dan tidak dapat menikmati kebesaran kasih Allah (SS).

 

Pelita Hati: Orang yang merasa besar di hadapan Allah merupakan orang yang gagal dan tidak akan menikmati kebesaran Allah.

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Selasa 17 Juli 2012

Renungan Harian: Selasa 17 Juli 2012

Mat 11:20-24

Sekali peristiwa Yesus mulai mengecam kota-kota yang tidak bertobat meskipun di sana Ia melakukan paling banyak mukjizat. Ia berkata,"Celakalah engkau, Khorazim! Celakalah engkau, Betsaida! Karena jika di Tirus dan Sidon terjadi mukjizat-mukjizat yang telah Kulakukan di tengah-tengahmu, pasti sudah lama mereka bertobat dan berkabung. Tetapi Aku berkata kepadamu, 'Pada hari penghakiman tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan daripada tanggunganmu.'

Dan engkau, Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak! Engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati?

Karena jika di Sodom terjadi mukjizat-mukjizat yang telah terjadi di tengah-tengahmu, kota itu tentu masih berdiri sampai hari ini. Maka Aku berkata kepadamu, "Pada hari penghakiman, tanggungan negeri Sodom, akan lebih ringan daripada tanggunganmu."

 

BERTOBATLAH!

Karya nabi Yesaya terlibat dalam politik yang menimpa bangsa Yehuda. Keterlibatan itu memaksa nabi turun tangan untuk mencegah Raja Akas berperang dengan tentara Assiria. Hal itu karena perang tidak akan menyelamatkan Yerusalem dan rakyat. Yerusalem dan rakyat akan selamat bila raja percaya pada Yahwe. Nabi meyakinkan raja untuk percaya pada Yahwe karena dari Yahwelah diperoleh stabilitas dan perlindungan, bukan dari kekuatan senjata.

Pertentangan yang terjadi pada era nabi Yesaya mirip dengan Injil hari ini. Dalam Injil hari ini, muncul dua sikap yang bertentangan satu sama lain, yaitu yang menerima Yesus dan berjuang bersama-Nya dan sikap tidak percaya dengan akibat bahwa kelompok atau kota yang bersikap tak menerima Yesus akan hancur. Teguran dan ancaman Yesus terhadap tiga kota itu, yakni Khorazim, Betsaida, dan Kapernaum. Di tengah kota-kota ini Yesus telah menunjukkan karyanya yang disertai dengan mukjizat, tetapi penduduk tetap tidak menerima Yesus. Hal itu membuat Yesus mengucapkan nada ancaman dengan kata "celakalah". Ancaman ini diungkapkan Yesus sebagai ajakan kepada mereka untuk bertobat.

Nasib ketiga kota yang tidak bersedia menerima Yesus ini hendaknya menjadi suatu peringatan yang kuat dan menuntut perubahan tingkah laku kita. Hal itu mengingat di daerah mana pun karya keselamatan tidak akan nyata bila kita tidak bertobat dan menerima Injil. Sebab mendengar Sabda ilahi sungguh-sungguh membebaskan kita dari kebutaan hati. Celakalah, itu bukan untuk menimbulkan ketakutan, rasa gelisah, dan ancaman melainkan menyegarkan semangat kesetiaan karena hanya Injil yang mampu membawa kita kepada kehidupan (SS).

 

Pelita Hati: Hanya Injil yang mampu membawa kita kepada kehidupan.

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Rabu, 11 Juli 2012

Renungan Harian: Senin 16 Juli 2012

Renungan Harian: Senin 16 Juli 2012

Mat 10:34-11:1

Pada suatu hari Yesus bersabda kepada kedua belas murid-Nya, "Janganlah kalian menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi. Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah seisi rumahnya. Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih daripada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku. Dan barangsiapa mengasihi puteranya atau puterinya lebih daripada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikuti Aku, ia tidak layak bagi-Ku. Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya demi Aku, ia akan memperolehnya kembali. Barangsiapa menyambut kalian, ia menyambut Aku, dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku. Barangsiapa menyambut seorang nabi ....

 

KRISTUS DI ATAS SEGALANYA

Allah tidak berkenan menerima kurban persembahan dari manusia apabila manusia tidak meninggalkan kejahatan. Allah mau menerima kurban dan persembahan itu apabila mereka bertobat. Pertobatan yang dikehendaki Allah, yaitu perubahan tingkah laku yang disertai dengan penghormatan terhadap hak-hak sesama, seperti yatim piatu, membantu yang tertindas, dan membela kaum lemah.

Hal ini agak berbeda dengan pesan Yesus dalam Injil hari ini. Dalam Injil hari ini Yesus bersabda: "Janganlah kalian menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi. Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku." Kristus dapat menimbulkan perpecahan di dalam keluarga berkaitan dengan iman terhadap-Nya bila tidak sama-sama menerima-Nya. Maka, prioritas bagi orang yang memilih Yesus adalah kesetiaan kepada-Nya. Kata-kata Yesus tidak mudah diterima dan selalu menuntut evaluasi atas motivasi untuk mengikuti Dia: "kehilangan untuk mendapat, mati untuk hidup". Hanya dengan mentaati-Nya  dengan iman yang mendalam kita dapat menemukan prioritas hidup kristiani.

Pedang Yesus tidak tajam untuk membunuh, melainkan tajam membawa kehidupan yang benar. Pedang yang membawa kebenaran akan membebaskan dari ketakutan dan dari kemunafikan sehingga berkenan pada-Nya. Sabda ilahi mengungkapkan kepalsuan ibadat-ibadat kita yang tidak disertai dengan kebaikan. Allah berkehendak untuk menciptakan masyarakat yang bebas dari perampasan hak-hak manusia dan memiliki nafas baru yakni solidaritas (SS).

 

Pelita Hati: Pedang Yesus tidak tajam untuk membunuh, melainkan tajam untuk membawa ke kehidupan yang benar.

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.