Jumat, 29 Juni 2012

Renungan Harian: Selasa 3 Juli 2012

Renungan Harian: Selasa 3 Juli 2012

Yoh 20:24-29

Pada hari Minggu Paskah, ketika Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya, Tomas, seorang dari kedua belas murid, yang juga disebut Didimus, tidak ada bersama-sama mereka. Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya, "Kami telah melihat Tuhan!" Tetapi Tomas berkata kepada mereka, "Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya, dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, aku sama sekali tidak akan percaya." Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu, dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang. Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata, "Damai sejahtera bagimu!" Kemudian Ia berkata kepada Tomas, "Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah....

 

APAKAH ANDA ORANG YANG TIDAK MUDAH PERCAYA?

"Kamu seperti Tomas tidak mau percaya," ungkap Deny pada temannya yang tidak gampang percaya sebelum melihat fakta. Ungkapan ini benar, rasul Tomas memang tidak gampang percaya akan sesuatu tanpa melihat buktinya. Sikapnya ini terlihat jelas ketika berhadapan dengan peristiwa penampakan Yesus setelah kebangkitan-Nya. "Sebelum aku melihat bekas luka paku pada tangan dan lambung-Nya dan memasukkan jariku ke dalamnya, aku sama sekali tidak mau percaya."

Ungkapan ini mungkin saja ungkapan rasa frustrasinya akan kematian Yesus yang konyol itu. Namun, Tomas tidak tinggal diam dan tidak mau berlama-lama dalam situasi ketidakpercayaannya itu. Dia mencari tahu, maka delapan hari setelah penampakan Yesus (yang tanpa dihadiri Tomas) itu, ketika mereka berkumpul lagi dia mengatakan kepada dirinya bahwa dia harus hadir. Aku ingin melihat dengan mata kepalaku sendiri apakah benar bahwa Yesus sungguh bangkit. Dan ternyata benar, ketika mereka berkumpul bersama, Yesus datang dan menampakkan diri kepada para murid. Sesudah Dia menyampaikan Salam Damai-Nya kepada para murid, Yesus mendekati Tomas dan berkata, "lihatlah tangan-Ku dan masukkanlah jarimu atas lambung-Ku, semoga engkau semakin percaya.

Pada saat itu segala keraguan Tomas hilang. Tiada kata-kata panjang yang dapat dia uraikan, tiada alasan yang dapat dia ungkapkan. Secara spontan dia berucap, "Ya Tuhanku dan Allahku." Dan apa yang terjadi? Yesus tidak mempersalahkan keraguan Tomas, tetapi dia meneguhkannya, "Engkau percaya karena telah melihat Aku, tetapi berbahagialah orang yang percaya meskipun mereka tidak melihat."  Kita pun tidak pernah melihat Yesus secara langsung, tetapi kehadiran-Nya tetap terasa dan nyata di dalam kehidupan kita setiap hari, di dalam pergaulan kita dengan teman, asal kita mau percaya (JRS).

 

Pelita Hati: Berbahagialah orang yang percaya meskipun mereka tidak melihat.

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Senin 2 Juli 2012

Renungan Harian: Senin 2 Juli 2012

Mat 8:18-22

Pada suatu hari banyak orang mengerumuni Yesus. Melihat hal itu Yesus menyuruh bertolak ke seberang. Lalu datanglah seorang ahli Taurat dan berkata kepada-Nya, "Guru, aku akan mengikuti Engkau, ke mana saja Engkau pergi." Yesus berkata kepadanya, "Serigala mempunyai liang, dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalanya." Seorang lain, yaitu salah seorang murid-Nya berkata kepada-Nya, "Tuhan, izinkanlah aku pergi dahulu  menguburkan ayahku." Tetapi Yesus berkata kepadanya, " Ikutlah Aku, dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka."

 

MENGIKUT YESUS DENGAN SETENGAH HATI?

Sesudah Yesus menyembuhkan berbagai penyakit, banyak orang semakin percaya dan datang berbondong-bondong kepada-Nya, sehingga kadang Dia harus pergi menyendiri untuk menimba kekuatan dari Allah Bapa-Nya. Dalam kesendirian-Nya itu pun ada saja orang yang mau datang dan bertanya serta ingin berdiskusi.

Pada malam itu datanglah seorang ahli Taurat, dengan bersemangat bukan untuk bertanya tetapi menyatakan maksudnya kepada Yesus, bahwa dia ingin mengikuti Dia ke mana saja dan kapan saja. Dengan tenang Yesus memberi keterangan bahwa Dia tidak mempunyai tempat yang menetap, Yesus menyatakan bahwa Dia adalah seorang peziarah yang harus berjalan dan bergerak untuk mewartakan keselamatan kepada sebanyak mungkin orang. Dia pergi ke tempat di mana saja dibutuhkan. Dengan tegas Yesus menyatakan bahkan untuk beristirahat pun seakan-akan  tidak ada tempatnya. Sementara itu, orang yang kedua yakni murid Yesus sendiri juga datang dan bertanya kepada-Nya. "Aku juga ingin mengikuti Engkau, tetapi izinkanlah lebih dahulu aku menguburkan ayahku." Kepada orang kedua ini Yesus bersikap dan memberi jawaban, "OK mari, biarlah orang mati menguburkan orang mati."

Yesus begitu bijak memberi jawaban kepada setiap orang sesuai dengan situasinya. Orang pertama tadi begitu spontan menyatakan niatnya ingin mengikuti Yesus tanpa memikirkan lagi yang lain, sementara yang kedua juga menyatakan niatnya ingin mengikuti Yesus, tetapi masih terikat memikirkan keluarganya. Kita pun bahkan sering menyatakan niat kita ingin mengikuti Yesus. "Tuhan aku sebenarnya mau mengikuti-Mu, tetapi …" Ketika kata tetapi kita ucapkan itu berarti kita belum tulus dan sungguh. Sementara kita semua tahu bahwa mengikut Yesus tidak ada setengah-setengah, tetapi total dan sepenuhnya (JRS).

 

Pelita Hati: Biarlah orang mati menguburkan orang mati.

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Minggu 1 Juli 2012

Renungan Harian: Minggu 1 Juli 2012

Mrk 5:21-43

Sekali peristiwa, setelah Yesus menyeberang dengan perahu, datanglah orang banyak berbondong-bondong lalu mengerumuni Dia. Ketika itu Yesus masih berada di tepi danau. Maka datanglah seorang kepala rumah ibadat yang bernama Yairus. Ketika melihat Yesus, tersungkurlah Yairus di depan kaki-Nya, "Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati. Datanglah kiranya, dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup." Lalu pergilah Yesus dengan orang itu. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia dan berdesak-desakan di dekat-Nya. Adalah di situ seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan. Ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib, sampai habislah semua yang ada padanya; namun sama sekali tidak ada faedahnya, malah sebaliknya: keadaannya semakin memburuk. Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus. Maka di tengah-tengah orang banyak itu ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jubah-Nya. Sebab katanya, "Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh." Sungguh, seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa badannya sudah sembuh dari penyakit....

 

JADILAH PRIBADI PEMBELA KEHIDUPAN

Putri Yairus yang berumur 12 tahun dalam keadaan sakit parah. Yairus memohon kepada Yesus agar dia datang dan menyembuhkannya. Ketika rombongan Yesus tengah dalam perjalanan, berita yang mengenaskan datang bahwa si gadis telah meninggal. Tetapi berita itu tidak menghentikan langkah Yesus Putra Allah sang pemberi hidup. Dia tetap pergi dan membangkitkan gadis itu kembali.

Kristus mengharapkan kita pengikutnya agar menjadi pembela kehidupan. Hidup yang Dia inginkan agar kita sebarkan kepada orang lain: "kehidupan surgawi", "sepotong kue surgawi", yakni suatu kehidupan yang merangkul kebutuhan psikis, biologi, dan emosi. Karena itu, Paulus menuliskan kepada jemaat di Korintus, "kamu hendaknya kaya dalam segala sesuatu: iman, perkataan, pengetahuan, kesungguhan dalam membantu dan dalam kasih." Karena melalui perkumpulan kita, pertemanan kita, Tuhan bisa menyembuhkan penyakit, memberi makan yang lapar dan memulihkan kehidupan orang.

Mungkin kita tidak punya kekuatan spektakuler untuk menyembuhkan penyakit atau membangkitkan orang mati. Tapi kita semua dipanggil untuk dapat berbuat entah sekecil apa pun mengalahkan setan dan membawa kesehatan dan cinta, damai dan kegembiraan kepada sesama kita. Di zaman kita ini, keegoisan dan setan begitu kuat menggoda dan muncul di permukaan. Bagaimanapun, setiap kita dipanggil untuk berbuat mukjizat kecil untuk melawannya demi membela sebuah kehidupan mau melakukan perbuatan cinta dan pelayanan (JRS).

 

Pelita Hati: Kita semua dipanggil untuk dapat berbuat entah sekecil apa pun mengalahkan setan dan membawa kesehatan dan cinta, damai dan kegembiraan kepada sesama kita.

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Rabu, 27 Juni 2012

Renungan Harian: Sabtu 30 Juni 2012

Renungan Harian: Sabtu 30 Juni 2012

Mat 8:5-17

Pada suatu hari Yesus masuk ke kota Kapernaum. Maka datanglah seorang perwira mendapatkan Dia dan mohon kepada-Nya, "Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh, dan ia sangat menderita." Yesus berkata kepadanya,"Aku akan datang menyembuhkannya." Tetapi perwira itu berkata kepada-Nya, "Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku. Katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada ...

IMAN YANG HIDUP MENYELAMATKAN KITA

Perwira Kapernaum itu tentu sudah banyak mendengar cerita dari orang tentang Yesus. Bahkan mungkin ia sendiri sudah pernah menyaksikan mukjizat yang dilakukan Yesus. Itulah sebabnya ia berani menyampaikan kepada Yesus apa yang sedang ia alami dalam keluarganya, yaitu hambanya sakit lumpuh dan sangat menderita. Yang menarik ialah dia sama sekali tidak mengungkapkan satu kata permohonan pun kepada Yesus, ia hanya menyampaikan keadaan yang dihadapinya. Namun, Yesus langsung menanggapi ungkapan hati perwira itu dengan berkata, "Aku akan datang menyembuhkannya." Belum jauh, Yesus dikejutkan dengan keyakinan (iman) yang sangat mendalam dari perwira itu. "Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh." Yesus memuji imannya dan menyembuhkan hambanya, tanpa bertatap muka secara langsung.

Kata-kata Perwira Romawi ini penuh dengan muatan iman. Kekuatan kata-katanya itu mampu menggerakkan Yesus untuk menyembuhkan hambanya yang sedang sakit. Luar biasa ungkapan iman tentara Romawi ini. Kata-kata inilah yang kita ucapkan setiap kali kita merayakan Ekaristi. Namun, sering kali kita tidak mengucapkannya dengan sungguh-sungguh dan penuh iman. Kita bahkan tidak menyadari kekuatan kata-kata tersebut. Belajar dari perwira Romawi tadi, hendaklah doa kita setiap hari lahir dari kebutuhan kita dan keluar dari kedalaman hati.

Apakah kita dalam kehidupan sehari-hari yang penuh kesibukan, masih meluangkan waktu untuk datang kepada Yesus? Yesus senantiasa menunggu kedatangan kita agar kita bercerita kepada-Nya tentang apa saja yang kita alami; kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan, keberhasilan dan kegagalan. Mari datang kepada-Nya untuk menyampaikan permohonan kita, bersyukur atas apa yang telah kita peroleh dan mendoakan orang-orang lain, seperti orangtua, saudara, rekan kerja bahkan siapa saja yang membutuhkan doa kita (JRS).

 

Pelita Hati: Yesus senantiasa menunggu kedatangan kita agar kita bercerita kepada-Nya tentang apa saja yang kita alami; kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan, keberhasilan dan kegagalan

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan

Renungan Harian: Jumat 29 Juni 2012

Renungan Harian: Jumat 29 Juni 2012

Mat 16:13-19

Sekali peristiwa Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi.Ia bertanya kepada murid-murid-Nya,"Kata orang, siapakah Anak Manusia  itu?"Jawab mereka, "Ada yang mengatakan:Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia,dan ada pula yangmengatakan: Yeremia atau salah seorang dari pada nabi."Lalu Yesus bertanya kepada mereka,"Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Simon Petrus,"Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" Kata Yesus kepadanya,"Berbahagialah engkau Simon bin Yunus, sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu,melainkan Bapa-Ku yang di surga.Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus, dan di atas batu karang ini akan Kudirikan jemaat-Ku, dan alam maut tidak akan menguasainya. .....

 

KARYA PENYELAMATAN YESUS

Karya penyelamatan Yesus dapat dialami setiap orang secara amat pribadi, sesuai dengan kenyataan konkret yang sedang dialami. Karya penyelamatan itu senantiasa berjalan kini dan di sini hingga seterusnya, sebagaimana dituntut oleh kenyataan konkret setiap orang. Anda mau mengalami buah nyata penyelamatan dari Yesus? Mari membuka diri untuk mengalaminya. Sadarilah "buah dosa" dalam hidupmu,  yang riil anda alami kini. Ungkapkanlah itu satu demi satu di hadapan Yesus. Mohon dengan rendah hati karya penyelamatan dari-Nya. Rasa apa yang ada dalam batinmu ungkapkanlah kepada-Nya.

Hari ini kita merayakan hari raya Santo Petrus dan Paulus. Petrus adalah nama yang diberikan Yesus sendiri kepada Simon anak Yunus dan saudara Andreas; lahir di Betsaida, Galilea, di tepi danau Genesaret. Kepribadian Simon Petrus yang ulet, jujur, rajin, berterus terang dan berani sangat menarik perhatian Yesus. Karena itu, Dia berkenan menjadikannya sebagai batu cadas dan mengangkatnya menjadi pemimpin para rasul dan pemimpin Gereja perdana. Paulus lahir di Tarsus, Asia kecil dari keluarga Yahudi berkewarganegaraan Romawi. Ia seorang terdidik dan belajar di Yerusalem pada Gamaliel. Sebagai seorang Farisi yang fanatik, Paulus tidak berhenti mengejar dan memenjarakan murid-murid Yesus. Namun, dalam perjalanan ke Damsyik, Yesus menangkapnya dan menjadikannya seorang rasul untuk bangsa-bangsa kafir (non Yahudi). 

Kedua rasul besar ini telah hidup dan mati demi Kristus dan untuk karya pewartaan Injil. Mereka telah menunaikan tugasnya menjaga kerukunan dan persatuan. Iman dan semangat hidup mereka hendaknya dapat kita teladani, wariskan turun-temurun dan sekaligus menjadi tantangan bagi kita agar kita mengandalkan Tuhan serta berani memberi kesaksian tentang Dia dalam kehidupan (JRS).

 

Pelita Hati: Kita selamat apabila kita berani mengandalkan Tuhan dalam kehidupan ini.

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan

Minggu, 24 Juni 2012

Renungan Harian: Kamis 28 Juni 2012

Renungan Harian: Kamis 28 Juni 2012

Mat 7: 21-29

Dalam khotbah di bukit Yesus berkata, "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku,'Tuhan, Tuhan!' akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku, 'Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mukjizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itu Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata, 'Aku tidak pernah mengenal kalian! Enyahlah daripada-Ku, kalian semua pembuat kejahatan!" Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya ia sama dengan orang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas wadas. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak roboh, sebab didirikan di atas wadas. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya ia sama dengan orang bodoh, yang mendirikan...

 

MEMPERKAYA BATIN MENGHASILKAN KEHIDUPAN YANG BESAR

Biasanya, kita mengukur kesuksesan hidup dengan tolok ukur harta, seperti kekayaan yang dimiliki, tanpa memperhatikan aspek-aspek yang berhubungan dengan itu. Bila seseorang memiliki mobil mewah, rumah mewah, deposito di bank dalam jumlah besar tanpa memperhitungkan bagaimana cara dia mendapatkannya, berarti dia sukses. Tolok ukur seperti ini adalah ukuran yang keliru.

Dasar hidup kita orang Kristen ialah Sabda Allah. Sabda Allah itu sendiri adalah petunjuk bagi jalan kita dan pelita bagi langkah kita. Hari ini Yesus memberi nasihat pada kita perihal kebijaksanaan dalam membangun hidup. Membangun hidup itu ibarat membangun rumah. Supaya rumah kita dapat berdiri kokoh dan tahan terhadap goncangan, maka rumah itu harus dibangun di atas batu yang kokoh. Demikian pula dalam membangun hidup, agar hidup kita kokoh kita harus membangunnya dalam Kristus, memperkaya batin dengan mendengar dan melaksanakan sabda Tuhan. "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang bijaksana yang mendirikan rumahnya di atas wadas."

Yesus tidak hanya menuntut kita mendengarkan sabda-Nya. Dia juga menuntut kita untuk melakukannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Itu berarti, kita harus hidup sesuai dengan sabda Tuhan. Yesus mesti kita jadikan sebagai tiang penjuru batin kita dan konkritisasi dari pelaksanaan Sabda itu ialah doa, murah hati, peduli, lemah lembut, dan sabar. Apakah kita telah membangun hidup kita dalam Kristus?  Bersama St. Ireneus, uskup dan martir mari mempertahankan ajaran iman yang benar (JRS).

 

Pelita Hati: Agar hidup kita kokoh kita harus membangunnya dalam Kristus, memperkaya batin dengan mendengarkan dan melaksanakan sabda Tuhan.

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan

Renungan Harian: Rabu 27 Juni 2012

Renungan Harian: Rabu 27 Juni 2012

Mat 7: 15-20

Dalam khotbah di bukit Yesus berkata, "Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. Dari buahnyalah kalian akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? Camkanlah setiap pohon yang baik akan menghasilkan  buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik akan menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik. Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. Jadi dari buahnyalah kalian akan mengenal mereka."

 

PEMIMPIN MEMBERI INSPIRASI MELALUI CONTOH NYATA

Di zaman edan ini muncul aneka pemimpin dan orang yang menyebut diri sebagai guru atau penganut iman yang taat. Mereka menawarkan aneka pengajaran, gaya hidup, bahkan janji-janji manis. Kemasannya pun beragam, ada dalam bentuk religi, kebatinan, mistik atau berbau keimanan dan agama. Tak jarang apa yang ditawarkan satu pihak bertentangan dengan tawaran pihak lain.

"Waspadalah!" Demikian peringatan Yesus, karena akan datang nabi-nabi palsu dengan aneka pengajaran. Mereka datang dalam rupa domba, tetapi hatinya serigala ganas. Tampilan fisik sering kali menipu, maka kita harus hati-hati dan bijak untuk memilihnya. Namun, bagaimana kita dapat mengetahuinya? Yesus menasihati kita, "Dari buah yang dihasilkan, kita menilai apakah sesuatu itu baik atau tidak." Baik, kalau buahnya adalah kebaikan hidup dan mendukung kebaikan bersama serta tidak bertentangan dengan kehendak Tuhan. Pemimpin yang baik menghasilkan buah keadilan, kesejahteraan, dan kerukunan di tengah warga masyarakat. Namun, kalau buah yang dihasilkan justru kebencian, amarah, pengrusakan, keegoisan, keserakahan, kejahatan, dan juga menjauhkan diri dari kehendak Allah, patut dipertanyakan kebenaran dari tawaran-tawaran tersebut, meski dilakukan atas nama Tuhan dan agama.

Kita dipanggil untuk menghasilkan buah-buah kemuridan dalam hidup ini. Buah-buah kemuridan muncul dari penghayatan iman dan pelaksanaan kehendak Tuhan. Apakah hidup kita telah menghasilkan buah yang baik dan berguna bagi diri sendiri dan orang lain? Jangan-jangan kita termasuk dalam golongan nabi palsu itu. Kalau demikian, inilah saatnya untuk berbenah, bertobat, dan menghayati diri sebagai pohon baik agar menghasilkan buah yang baik, sekecil apa pun! (JRS).

 

Pelita Hati: Pemimpin yang baik menghasilkan buah keadilan, kesejahteraan, dan kerukunan di tengah warga masyarakat.

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan

Renungan Harian: Selasa 26 Juni 2012

Renungan Harian: Selasa 26 Juni 2012

Mat 7:6.12-14

Dalam khotbah di bukit Yesus berkata, "Janganlah kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing, dan janganlah kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injak dengan kakinya, lalu babi itu berbalik mengoyak kamu. Segala sesuatu yang kamu kehendaki diperbuat orang kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi. Masuklah melalui pintu yang sempit itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kebinasaan, dan banyak orang telah masuk melalui pintu dan jalan itu. Tetapi sempitlah pintu dan sesaklah jalan yang menuju kehidupan, dan sedikitlah orang yang menemukannya."

 

INSTAN ATAU PROSES, MANA YANG ANDA PILIH?

Sastrawan Franz Kafka, menulis: "Ketidaksabaran mengusir manusia dari Firdaus dan terus-menerus menjauhkannya dari sana." Manusia sudah terbelenggu sikap mau cepat dan tergesa-gesa alias instan. Kita ingin mendapatkan sebanyak-banyaknya dalam waktu sesingkat-singkatnya. Segala-galanya dibuat cepat dan kilat: makanan instan, cinta kilat, pos kilat, foto kilat, hidup kilat, dan mati pun kilat. Kita tidak mau lagi dengan apa yang disebut sebuah proses. Apakah sesungguhnya yang kita cari dalam hidup ini? Bila kita mau semuanya secara instan maka kita bakal jadi korban sistem instan.

 Dalam Injil hari ini, Yesus menunjukkan dua pintu, yaitu pintu sempit yang membutuhkan suatu proses dan waktu dan pintu lebar dengan jalan yang luas. Yesus memerintahkan kita untuk memilih pintu yang sempit, "Masuklah melalui pintu yang sempit!" Mengapa? "Sebab sungguh lebar pintu dan luas jalan menuju kebinasaan." Kejahatan terbuka lebar bagi manusia. Manusia cenderung hidup dalam kejahatan, meski jalan itu akan mengantar mereka pada kebinasaan. Sementara, pintu yang akan mengantar manusia pada kehidupan sejati dan kekal kurang diminati, karena sempit dan jalannya sukar. Maka hanya sedikit orang yang menemukan pintu itu dan melewati jalannya.

Yesus mengharapkan agar kita tidak salah memilih jalan. Jalan menuju surga selalu disertai salib. Itulah yang telah ditempuh oleh Yesus. Yesus mengajak kita untuk selalu sadar bahwa setiap kesulitan yang kita hadapi sebagai pengikut-Nya selalu menjadi jalan menuju surga, asal kita berjalan bersama-Nya. Hidup kita saat ini sudah menunjukkan pintu mana yang kita pilih. Rasanya, belum terlambat untuk berganti pintu, seandainya kita telah salah memilih (JRS).

 

Pelita Hati: Kita dipanggil untuk lebih bijaksana menghadapi kehidupan ini, membuat pembedaan Roh baik dan jahat, benar dan salah, surga dan neraka

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan

Renungan Harian: Senin 25 Juni 2012

Renungan Harian: Senin 25 Juni 2012

Mat 7:1-5

Dalam khotbah di bukit Yesus berkata: "Janganlah menghakimi, supaya kalian tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang telah kalian pakai untuk menghakimi, kalian sendiri akan dihakimi. Dan ukuran yang kalian pakai untuk mengukur akan ditetapkan pada kalian sendiri. Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu, 'Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu,' padahal di dalam matamu sendiri ada balok. Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu sendiri, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar dari mata saudaramu."

 

UBAHLAH DIRI ANDA TERLEBIH DAHULU

Melihat kesalahan orang lain adalah tindakan yang paling mudah kita lakukan. Namun, melihat apalagi mengakui kesalahan diri sendiri, betapa sulitnya. Secara simbolis, tanpa kita sadari, hal ini sering kita lakukan ketika kita menuding orang lain bersalah! Tudingan itu kita lakukan dengan mengarahkan satu telunjuk kepada orang lain, tanpa kita sadari ketiga jari lainnya ternyata mengarah kepada diri kita sendiri.

Yesus menegaskan realitas ini dengan mengatakan, "Jangan kamu menghakimi! Kamu melihat selumbar di mata saudaramu, tetapi balok di matamu sendiri tidak kamu lihat!" Itulah gambaran tegas dan jelas tentang kecenderungan orang untuk menghakimi sesama, tanpa pernah menyadari bahwa dirinya sendiri penuh dengan salah dan dosa. Kita sebenarnya tidak lebih baik dari orang lain.

Yesus mengajak kita agar menyerahkan hal penghakiman itu kepada Allah, karena hanya Dialah yang mempunyai cara yang paling baik, tepat dan adil untuk menghakimi dan menghukum. Oleh karena itu, pertobatan batin senantiasa dibutuhkan untuk menghayati Sabda ini dalam kehidupan, sehingga kita dapat menjauhkan diri dari kecenderungan untuk menghakimi orang lain dan memampukan kita melihat orang lain dengan jernih (JRS).

 

Pelita Hati: Kesalahan yang kita temukan dalam diri orang lain lebih berguna kalau kita jadikan cermin bagi pembenahan diri kita

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan

Selasa, 19 Juni 2012

Renungan Harian: Minggu 24 Juni 2012

Renungan Harian: Minggu 24 Juni 2012

Luk 1:57-66.80

Genaplah bulannya bagi Elisabet untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki. Ketika para tetangga dan sanak saudaranya mendengar bahwa Tuhan telah menunjukkan rahmat-Nya yang begitu besar kepada Elisabet, bersukacitalah mereka bersama-sama dengan dia. Maka datanglah mereka pada hari yang kedelapan untuk menyunatkan anak itu, dan mereka hendak menamai dia Zakharia menurut nama bapanya. Tetapi Elisabet, ibunya berkata,"Jangan, ia harus dinamai Yohanes" Kata mereka kepadanya,"Tidak ada di antara sanak saudaramu yang bernama demikian." Lalu mereka memberi isyarat kepada bapanya untuk bertanya nama apa yang hendak diberikannya kepada anak itu. Zakharia meminta batu tulis, lalu menuliskan ....

 

KEHADIRANMU ADALAH SEBUAH HADIAH BAGI DUNIA

Kita semua mengalami peristiwa kelahiran dari seorang ibu. Pernahkah kita menyadari peristiwa ini sebagai cara Allah menunjukkan rahmat-Nya kepada kita? Sering kita dengar dalam berita, mayat bayi terkapar di pinggir rel kereta api, terapung di sungai atau tergeletak di tengah tumpukan sampah. Sungguh memilukan, betapa pedih hati Allah yang memberi kehidupan kepada anak itu dan yang mempercayakan ibu dan bapak untuk melahirkan dan membesarkannya.

 Kisah kelahiran Yohanes Pembaptis hari ini menyadarkan kita untuk melihat peristiwa kelahiran dari sisi iman. Logika akal budi manusia bisa saja menganggap onggokan bayi sebagai sampah yang tak berguna yang perlu dilenyapkan. Tetapi iman selalu mengantar kita untuk memandang segala peristiwa dari sisi kebesaran kasih dan rahmat Allah. Kemampuan kita melihat karya-karya Allah dalam hidup kita menumbuhkan rasa sukacita dalam hati kita. Dengan demikian, kita pun sanggup mengakui bahwa tangan Tuhan menyertai setiap kita dan anak yang dilahirkan.   

Kelahiran Yohanes memang tepat pada waktunya untuk "mengantar" perubahan dari tradisi para nabi menuju tradisi baru yang dimulai dengan kelahiran Yesus. Yohanes berperan "mengantar" umat Israel meninggalkan  masa lalu guna memasuki "era baru" untuk hidup bersama Yesus, Sang Anak Domba Allah. Ia menjalankan perannya itu dengan kerendahan hati. Kerendahan hati itulah yang ditunjukkan Yohanes kelak, saat ia membaptis Yesus di Sungai Yordan. Bahkan demi kebenaran iman, akhirnya kepalanya dipenggal oleh Herodes karena telah berani mengkritik perkawinannya dengan Herodias, istri Filipus, saudaranya. Itulah tugas "mengantar" yang penuh risiko, bahkan sampai kematian. Apakah kita juga yakin dipanggil untuk "mengantar" saudara kita sampai mengenal Yesus yang kita imani dengan gaya hidup yang benar seturut Sabda-Nya? Semoga! (JRS)

 

Pelita Hati: Kita dipanggil untuk "mengantar" sesama kita untuk mengenal Yesus dengan gaya hidup yang benar seturut Sabda-Nya

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan

Renungan Harian: Sabtu 23 Juni 2012

Renungan Harian: Sabtu 23 Juni 2012

Mat 6:24-34

Dalam khotbah di bukit, berkatalah Yesus, "Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kalian tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada mamon. Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, apa yang hendak kalian makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, apa yang hendak kalian pakai. Bukankah hidup itu lebih penting daripada makanan, dan tubuh itu lebih penting daripada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai, dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, toh diberi makan oleh Bapamu yang di Surga. Bukankah kalian jauh melebihi burung-burung itu? Siapakah di antara kalian yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? Dan mengapakah kalian kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal. Namun Aku berkata kepadamu, Salomo dalam segala kemewahannya pun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan esok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan lebih lagi mendandani kalian, hai orang yang kurang percaya? Maka janganlah kalian kuatir dan berkata, 'Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah .....

 

KEKHAWATIRAN

Manusia merupakan makhluk yang paling khawatir akan hari esok. Rasa khawatir itu muncul akibat berbagai alasan dalam hidup. Misalnya memikirkan uang sekolah, kebutuhan sehari-hari, masalah keluarga, hasil pertanian, pekerjaan dan banyak lagi. Padahal, ketika ditanya secara pribadi-pribadi apa sesungguhnya manfaat rasa khawatir itu maka semua akan menjawab: "Tidak ada". 

Sesungguhnya, sadar atau tidak kita tahu bahwa perasaan khawatir tidak ada manfaatnya bahkan akan membuat diri kita gelisah, tersiksa yang akhirnya bisa menjadi penyebab kegagalan. Kendati demikian, dalam kenyataan kita  senang dan selalu memelihara perasaan khawatir itu dalam relung hati kita masing-masing.

Yesus mengatakan: "Jangan khawatir akan apa yang kamu makan atau minum, semuanya telah diperhatikan Bapa." Yesus mengajak kita untuk hidup dengan penuh rasa optimis, menikmati hidup ini apa adanya. Khawatir atau tidak, Bapa tetap memperhatikan dan memberi apa yang cocok dan yang kita butuhkan. Bapa sangat mencintai kita semua. Maka, mari kita serahkan seluruh perasaan khawatir kita kepada-Nya dan Dia akan menuntun hidup kita dengan tenang dan damai (JRS).

 

Pelita Hati: Rasa khawatir merupakan penyebab kegagalan.

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Jumat 22 Juni 2012

Renungan Harian: Jumat 22 Juni 2012

Mat 6: 19-23

Dalam khotbah di bukit, berkatalah Yesus, "Janganlah kalian mengumpulkan harta di bumi; ngengat dan karat akan merusakkannya, dan pencuri akan membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di surga. Di surga ngengat dan karat tidak merusakkannya, dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Karena di mana hartamu berada, di situ pula hatimu berada. Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu. Jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu."

 

BANGUN KEKAYAAN SAMBIL MENUAI KEDAMAIAN JIWA

"Di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada." Yesus melihat bahwa ada hubungan yang erat antara harta dan hati. Harta adalah tujuan yang dicapai. Tujuan tersebut merupakan ketetapan hati. Hati mengarahkan kita untuk mencapai tujuan dan mempertahankannya seteguh mungkin. Kesesatan muncul tatkala harta yang menjadi tujuan kita bersifat duniawi semata. Maka hati kita pun terikat oleh urusan-urusan duniawi hingga melupakan Tuhan dan kehidupan kekal.

Untuk apa harta kekayaan jika itu tidak mendatangkan kebahagiaan pada hati kita bahkan menjadi sumber petaka? Kita hidup hanya sekali dan sangat singkat. Jangan sia-siakan itu hanya untuk menumpuk harta duniawi dan kehilangan kesempatan menikmati keindahan hidup dan kedamaian hati yang sesungguhnya. Harta kekayaan memang bisa membuat kita senang, tapi itu bukanlah kebahagiaan sejati. Karena kebahagiaan sejati datang dari hati yang penuh kasih, kebaikan, hidup penuh syukur dan selalu berusaha membantu sesama yang membutuhkan.

Harta kita yang paling berharga adalah Allah sendiri. Maka sepatutnya dalam perjalanan hidup kita setiap hari, di tengah begitu banyak hal yang menarik perhatian kita, hati kita lebih terarah pada Allah. Yesus mengingatkan kita untuk mengejar tujuan rohani dari setiap pencapaian kita di dunia ini. Harta rohani itu tak akan habis dimakan ngengat dan tak akan lenyap ditelan waktu (JRS).  

 

Pelita Hati: Kebahagiaan sejati datang dari hati yang penuh kasih, kebaikan, hidup penuh syukur dan selalu berusaha membantu sesama yang membutuhkan.

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Kamis 21 Juni 2012

Renungan Harian: Kamis 21 Juni 2012

Mat 6: 7-15

Dalam khotbah di bukit berkatalah Yesus, "Bila kalian berdoa janganlah bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka doanya akan dikabulkan karena banyaknya kata-kata. Jadi janganlah kalian seperti mereka, karena Bapamu tahu apa yang kalian perlukan, sebelum kalian minta kepada-Nya. Maka berdoalah kalian begini: 

"Bapa kami yang di surga, dikuduskanlah nama-Mu. Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga. Berilah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya, dan ampunilah kesalahan kami, seperti kami pun mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan. Tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. Amin." Karena, jikalau kalian mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di surga akan mengampuni kalian juga. Tetapi jikalau kalian tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu."

 

JADIKANLAH HIDUP ANDA SEBAGAI DOA

Sebelum tahun berakhir, Bapa Uskup ingin mengetahui siapa di antara seluruh umat Keuskupannya yang memanjatkan doa paling bagus selama setahun itu. Maka Vikjen ditugaskan untuk menelitinya. Dalam menjalankan tugasnya, Vikjen mendapat suatu penglihatan bahwa sang pendoa tersebut bukan orang yang hidup di kota, bukan juga dari pastoran, susteran, bruderan ataupun frateran, tetapi orang yang tinggal jauh di pedalaman. Bagaimana mungkin doa yang paling indah diucapkan oleh orang hulu?

Doa adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita sebagai orang beriman. Apakah arti berdoa? Berdoa antara lain berarti berkomunikasi dengan Tuhan, menjalin persahabatan dengan Tuhan. Doa adalah ungkapan yang tulus dan ikhlas yang berasal dari hati. Doa yang relevan mengalir dari pengalaman hidup riil sekaligus mengungkapkan penghayatan hidup kita sebagai orang beriman. Dengan demikian, seluruh hidup kita sesungguhnya unsur penting yang mengisi kualitas doa.

Ajaran Yesus tentang doa menunjukkan semua itu. Doa yang mengalir dari pengalaman hidup kita justru tidak membutuhkan kata yang bertele-tele, bisa hanya dalam keadaan diam, hening di hadapan Allah. Yesus, dengan doa "Bapa Kami" mengajari kita berdoa, namun doa ini bukanlah semata-mata doa verbal untuk dihafal. Kebesaran Tuhan tidak hanya terungkap atas terkabulnya doa kita, tetapi atas kekuatan yang Dia berikan sehingga kita mampu menghadapi kesulitan hidup. Doa Bapa kami yang diajarkan Yesus menjadi pola dan pegangan hidup kita (JRS).  

 

Pelita Hati: Doa adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita sebagai orang beriman.

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Sabtu, 16 Juni 2012

Renungan Harian: Rabu 20 Juni 2012

Renungan Harian: Rabu 20 Juni 2012

Mat 6:1-6.16-18

Dalam khotbah di bukit Yesus bersabda, "Hati-hatilah, jangan sampai melakukan kewajiban agamamu di depan orang, supaya dilihat. Sebab jika demikian, kalian takkan memperoleh upah dari Bapamu yang di surga.

Jadi, apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang-orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya dipuji orang. Aku berkata kepadamu,'Mereka sudah mendapat upahnya.' Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah tangan kirimu tahu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat tersembunyi akan membalasnya kepadamu." "Dan apabila kalian berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan di tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu,'Mereka sudah mendapat upahnya' Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu, dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." "Dan apabila kalian berpuasa, janganlah muram mukamu, seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata.....

 

HATI YANG MEMBERI

Apa yang kita miliki saat ini adalah anugerah dari Allah. Sebuah anugerah yang kita terima akan menjadi lebih indah apabila dibagikan kepada banyak orang. Pemberian kita bisa berbentuk apa saja, seperti perhatian, kepedulian, cinta kasih, kesabaran, teladan, dorongan motivasi, kemurahan hati dan lain-lain. Kehadiran kita di dunia ini diharapkan dapat menjadi inspirasi untuk orang lain, terang bagi kehidupan orang lain, semangat untuk orang yang lemah, penolong untuk orang yang membutuhkan.

Apa pun motivasi kita dalam memberi bantuan, hendaknya kita selalu mengingat pesan Yesus dalam Injil hari ini, "Apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu seperti yang dilakukan oleh orang-orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya dipuji orang." Apakah kita berbuat baik kepada orang lain supaya dilihat dan dipuji orang? Ataukah kebaikan itu keluar dari lubuk hati yang terdalam sebagai konkretisasi penghayatan iman kita sehingga jauh dari segala macam pamrih? 

Mari ciptakan kebiasaan untuk memberi hal sederhana yang dapat kita berikan untuk sesama dengan tulus agar hidup di dunia ini menjadi lebih indah. Tanpa berani memberi dan berbagi dengan tulus dan ikhlas pada sesama maka anugerah Allah pada kita bisa dipertanyakan (JRS).  

 

Pelita Hati: Keterbukaan diri untuk selalu siap memberi ruang bagi orang lain yang membutuhkan perlu kita miliki.

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Selasa 19 Juni 2012

Renungan Harian: Selasa 19 Juni 2012

Mat 5: 43-48

Dalam khotbah di bukit Yesus berkata, "Kalian telah mendengar firman:

Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi aku berkata kepadamu: Kasihilah musuh-musuhmu, dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikian kalian menjadi anak-anak Bapamu yang di surga. Sebab Ia membuat matahari-Nya terbit bagi orang jahat dan bagi orang yang baik pula, hujan pun diturunkan-Nya bagi orang yang benar dan juga orang yang tidak benar. Apabila kalian mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kalian hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya daripada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian? Karena itu kalian harus sempurna, sebagaimana Bapamu yang di surga sempurna adanya."

 

KEBAHAGIAAN ADALAH BUAH DARI KASIH

Kita sudah semestinya belajar saling mengampuni karena ketika anda mengampuni seseorang maka anda menyembuhkan sebahagian penderitaan anda dan penderitaan orang tersebut. Dengan mengampuni, anda mempertahankan identitas pribadi anda, keunikan anda, dan diri anda yang sesungguhnya. Jika hati anda penuh dendam dan kebencian, anda tidak akan bisa merasakan kebahagiaan.

Dalam Injil hari ini, kita melihat perbedaan antara Kitab Perjanjian Lama (PL) dan Perjanjian Baru (PB). Yesus mengingatkan para pengikutnya untuk berbuat melampaui kebiasaan umum, yakni untuk tidak hanya mengasihi sesama yang mengasihi kita dan tidak membalas dendam dengan dendam, kekerasan dengan kekerasan. Yang harus dikedepankan adalah pendekatan hukum kasih, kasih yang universal. Kasih itu dibentuk bukan pada saat kita berada di tempat yang penuh perhatian, tetapi di tempat yang ada penolakan. Kasih kepada musuh dapat dibentuk bila ada pengampunan dari dalam diri. Milikilah hati yang selalu memaafkan, penuh belas kasih, dan selalu memahami maka kebahagiaan akan selalu anda rasakan setiap saat, di mana pun dan kapan pun.

Bila kita menyadari bahwa ada tempat untuk setiap orang di dunia ini dan Allah akan mengatur segalanya, kita akan melihat segala sesuatu seperti Allah dan kita akan menjadi sempurna seperti Allah Bapa. Sayang kita lebih sering kurang menyadari hal itu. Kiranya mulai saat ini kita dapat menyadarinya. Semoga! (JRS)

 

Pelita Hati: Milikilah hati yang selalu memaafkan, penuh belas kasih, dan selalu memahami maka kebahagiaan akan selalu anda rasakan setiap saat, di mana pun dan kapan pun.

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Senin 18 Juni 2012

Renungan Harian: Senin 18 Juni 2012

Mat 5:38-42

Dalam khotbah di bukit, Yesus berkata,  "Kalian mendengar, bahwa dahulu disabdakan, 'Mata ganti mata; gigi ganti gigi.' Tetapi Aku berkata kepadamu, 'Janganlah kalian melawan orang yang berbuat jahat kepadamu. Sebaliknya, bila orang menampar pipi kananmu, berikanlah pipi kirimu. Bila orang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkan juga jubahmu. Bila engkau dipaksa mengantarkan seseorang berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. Berikanlah kepada orang apa yang dimintanya, dan jangan menolak orang yang mau meminjam sesuatu dari padamu."

 

UNDANGAN

Else diundang oleh temannya. Dia sangat gembira atas undangan tersebut, karena sudah lama dia tidak pernah melihat temannya itu. Ketika dia disambut dengan pelukan oleh temannya di bandara, tiba-tiba Else teringat sesuatu: "Saya seharusnya membawakan sesuatu untuk dirinya!" Ketika tiba di rumah temannya tersebut, ia berkata: "Saya seharusnya membawa sesuatu untukmu." Temannya tersebut terdiam sekejap, tetapi segera berkata: "Engkau telah datang. Saya mengharapkan kehadiranmu. Itu saja!"

Cara atau sikap kita kepada orang lain merupakan hadiah terbesar yang dapat kita berikan pada mereka. Bila kita menghidupi cinta, bersikap toleran, dan sabar,  maka kita menjadi tanda yang sangat indah dari cinta, toleransi, dan kesabaran Pencipta kita. Praktik hidup kita yang benar akan menjadi nyanyian Tuhan yang lebih merdu, daripada bila kita hanya berdoa. Bila mempraktikkan hidup yang benar, bukan saja orang lain yang bergembira karena kita, tetapi kita sendiri akan memperoleh hidup yang seimbang, kegembiraan, dan kesehatan. Bahkan kita akan masuk lebih dalam pada kehadiran Allah yang ada di dalam diri kita.

Bila kita bisa masuk ke dalam hadirat Allah, maka kita akan sanggup menghadapi kesukaran atau penderitaan yang mungkin kita hadapi, bahkan sanggup mengasihi dan menerima dengan tenang orang yang menyakiti diri kita. Apakah kita telah sanggup melaksanakan hal tersebut dalam hidup harian kita masing-masing? Semoga! (DES).

 

Pelita Hati: Jangan khawatir. Tubuh itu lebih penting daripada pakaian.

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Minggu 17 Juni 2012

Renungan Harian: Minggu 17 Juni 2012

Mrk 4:26-34

Pada suatu ketika Yesus berkata, "Beginilah halnya Kerajaan Allah : Kerajaan Allah itu seumpama orang  yang menaburkan benih di tanah.

Malam hari ia tidur, siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas, dan tunas itu makin tinggi! Bagaimana terjadinya, orang itu tidak tahu! Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkai, lalu bulir, kemudian butir-butir yang penuh isi pada bulir itu. Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba." Yesus berkata lagi, "Dengan apa hendak kita bandingkan Kerajaan Allah itu? Atau dengan perumpamaan manakah kita hendak menggambarkannya? Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Memang biji itu yang paling kecil daripada segala jenis benih yang ada di bumi, tetapi apabila ditaburkan ia tumbuh dan menjadi lebih besar daripada segala sayuran yang lain, dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam rimbunannya." Dalam banyak perumpamaan semacam itu Yesus memberitakan sabda kepada mereka

sesuai dengan pengertian mereka, dan tanpa perumpamaan Ia tidak...

 

KECIL ITU INDAH

Awal hidup semua makhluk dimulai dari kecil. Misalnya, manusia mulai dengan dua sel yang bersatu, yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop. Bayi bertumbuh menjadi anak-anak, remaja, dan orang dewasa. Tidak seorang pun keluar dari kandungan sebagai orang dewasa dengan gigi lengkap. Pada awalnya kita semua adalah kecil. Bahkan semua hal baik juga dimulai dari kecil.

Demikian juga dengan hal buruk dimulai dari kecil. Bahkan dosa sekalipun dimulai dari kecil. Dosa tidak dapat dilihat, karena dosa ada di dalam pikiran. Bahkan mesin x-ray yang paling canggih sekalipun tidak dapat menampilkan pikiran buruk yang disimpan dalam otak kita. Sedemikian kecil, sehingga tidak dapat dilihat. Akan tetapi, bila kita terus memelihara pikiran buruk tersebut, maka ia dapat menjelma menjadi kata-kata; kata-kata menjadi tindakan; selanjutnya tindakan yang dilakukan berulangkali menjadi kebiasaan; dan kebiasaan menjadi karakter.

Ekonom ternama, E.F. Schumacher, menulis kecil itu indah (small is beautiful). Tetapi kita jangan lupa bahwa kejahatan dan dosa mulai dari yang kecil. Karena itu, jika kita memang ingin menjauhkan diri dari kejahatan dan dosa, maka kita seharusnya tidak hanya memperhatikan sikap atau tindakan kita, tetapi pertama-tama kita harus melihat awal dari sikap dan tindakan kita yang jahat tersebut. Jadi, kita melawan kejahatan dan dosa mulai dari awal kejahatan dan dosa tersebut. Karena bila kebaikan dimulai dari yang kecil, demikian juga kejahatan diawali dari yang kecil (DES).

 

Pelita Hati: Mari sama-sama membuang segala pikiran buruk yang tersimpan dalam otak kita karena itu  merupakan dosa.

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Senin, 11 Juni 2012

Renungan Harian: Sabtu 16 Juni 2012

Renungan Harian: Sabtu 16 Juni 2012

Luk 2:41-51

Tiap-tiap tahun, pada Hari Raya Paskah, orangtua Yesus pergi  ke Yerusalem, ketika Yesus telah berumur dua belas tahun pergilah mereka ke Yerusalem seperti lazimnya pada hari itu. Selesai hari-hari perayaan itu, ketika mereka berjalan pulang, tinggallah Yesus di Yerusalem tanpa diketahui orangtua-Nya. Karena mereka menyangka bahwa Yesus ada di antara orang-orang seperjalanan mereka, berjalanlah mereka sehari perjalanan jauhnya, lalu baru mencari Dia di antara kaum keluarga dan kenalan. Karena tidak menemukan Dia, kembalilah mereka ke Yerusalem sambil terus mencari Dia. Sesudah tiga hari mereka menemukan Yesus dalam Bait Allah; Ia sedang duduk di tengah-tengah alim ulama, sambil mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka. Semua orang yang mendengar Dia sangat heran akan kecerdasan dan segala jawab yang diberikan-Nya. Ketika Maria dan Yusuf melihat  Dia, tercenganglah mereka.Lalu kata ibu-Nya kepada-Nya, "Nak mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau." Jawab Yesus kepada mereka, "Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?" Tetapi mereka tidak mengerti apa yang dikatakan Yesus kepada mereka. Lalu Yesus pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya.

BERDIRI DEKAT YESUS

 

Menurut kebiasaan dalam Gereja Katolik, hari Sabtu dipersembahkan untuk menghormati Bunda Maria. Pelajaran apa yang bisa kita ambil dari sikap Maria selama mendampingi Yesus Kristus, Putranya? 

Pada perayaan Ekaristi, sikap kita adalah berlutut, duduk atau berdiri. Berlutut adalah sikap untuk menyembah. Sementara duduk bukanlah gerak untuk beristirahat, tetapi sikap untuk mendengarkan Sabda Allah dengan penuh perhatian. Berdiri berarti sikap menyatakan siap sedia untuk melakukan sesuatu yang baik.

Ketika Yesus disalibkan, diceritakan bahwa Maria "berdiri dekat" (standing by) salib Yesus. Maria berdiri di kaki salib, di mana Putranya tergantung. Itu artinya Maria siap sedia untuk menggantikan posisi Putranya, jika ia diminta melakukannya.

Maria berdiri dekat salib Yesus, karena ia siap untuk melakukan segala sesuatu untuk mengurangi penderitaan Yesus, Putranya. Kita berdiri, karena kita siap sedia. Siap sedia untuk mengambil posisi seseorang. Maria berdiri dekat Yesus. Maria berdiri untuk Yesus. Untuk siapa kita berdiri? Dekat siapa kita berdiri? (DES).

 

Pelita Hati: Siap sedialah selalu untuk melakukan kebaikan terhadap sesame.

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Jumat 15 Juni 2012

Renungan Harian: Jumat 15 Juni 2012

Yoh 19:31-37

Hari Yesus wafat adalah hari persiapan Paskah. Supaya pada hari Sabat mayat-mayat itu tidak tinggal tergantung pada kayu salib, - sebab Sabat itu adalah hari yang besar – maka datanglah orang-orang Yahudi kepada Pilatus dan meminta kepadanya supaya kaki orang-orang yang disalibkan itu dipatahkan dan mayat-mayatnya diturunkan. Maka datanglah prajurit-prajurit, lalu mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus. Tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus, dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya. Tetapi salah seorang dari prajurit itu menikam lambung Yesus dengan tombak, dan segera mengalirlah darah serta air keluar. Dan orang yang melihat hal itu ....

 

DICINTAI OLEH  TUHAN

Awalnya devosi kepada Hati Kudus Mahakudus merupakan reaksi terhadap ajaran sesat, yang dikenal dengan Jansenisme.  Paham Jansenisme diajarkan oleh Jansen, seorang pastor. Dalam khotbah-khotbah serta pengajarannya, Pastor Jansen selalu mengatakan bahwa manusia itu begitu buruk, sangat lemah, tidak berdaya, tidak berharga, tidak dapat melakukan sesuatu yang baik dari dirinya sendiri. Perasaan tidak layak sungguh penting dalam kekristenan, tetapi perasaan tidak layak tanpa kegembiraan, atau harapan, atau tanpa pengalaman akan belaskasih dan cinta Tuhan adalah salah.

Sebagai reaksi terhadap Jansenisme, devosi kepada Hati Kudus yang Mahakudus ditetapkan. Apa pesan dari Hati Kudus yang Mahakudus? Pada dasarnya kita semua memang tidak layak, akan tetapi Santo Paulus mengatakan, Kristus wafat untuk kita di saat kita masih pendosa.  Karena Kristus wafat  bagi kita, kita diselamatkan. Karena Kristus wafat bagi kita, kita bangkit dengan harapan.

Sekarang kita adalah saksi-saksi dari dua realitas ekstrim yang terjadi di antara orang-orang Kristen. Ekstrim pertama adalah  perasaan berdosa dan tidak layak yang berlebihan. Kita merasa bahwa diri kita sungguh bobrok dan sangat tidak layak. Sebegitu buruknya diri kita, sehingga satu langkah lagi kita masuk ke dalam neraka. Pandangan seperti ini salah. Ekstrim yang lain adalah tidak punya rasa berdosa sedikit pun. Ada orang Kristen yang merasa paling benar dan sangat mulia. Mereka memandang diri sebagai kelompok orang yang mulia dan terhormat. Cara pikir seperti itu pun salah.

Hari raya Hati Kudus yang Mahakudus mengatakan bahwa kita adalah orang berdosa dan tidak layak. Kita memang lemah dan gampang jatuh ke dalam dosa. Akan tetapi, masih ada alasan untuk berharap,  dan masih ada alasan untuk berterima kasih, karena kita dicintai oleh Tuhan (DES).

 

Pelita Hati: Perasaan tidak layak sungguh penting dalam kekristenan, tetapi perasaan tidak layak tanpa kegembiraan, atau harapan, atau tanpa pengalaman akan belaskasih dan cinta Tuhan adalah salah.

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.