Senin, 30 April 2012

Renungan Harian: Kamis 3 Mei 2012

Renungan Harian: Kamis 3 Mei 2012

Yoh 14:6-14

Dalam amanat  perpisahan-Nya Yesus berkata kepada Tomas, "Akulah jalan, kebenaran dan hidup. Tidak seorang pun dapat datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia, dan kamu telah melihat Dia."Kata Filipus kepada Yesus, "Tuhan, tunjukkanlah Bapa kepada kami, dan itu sudah cukup bagi kami."  Kata Yesus kepadanya, "Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa kepada kami. Tidak percayakah engkau bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri,  tetapi Bapa yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya. Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku; atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya, barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar daripada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa; dan apa pun yang kamu minta dalam nama-Ku, ....

 

JANGAN SESAT DI JALAN

Sebuah ungkapan mengatakan: "Banyak jalan menuju ke Roma". Ungkapan ini mengingatkan bahwa ada banyak cara untuk mencapai suatu tujuan. Cara yang dimaksud adalah cara yang benar, baik, dan halal bukan menghalalkan segala cara. Cara curang dan tidak benar untuk mencapai suatu tujuan harus dihindarkan bukan dihalalkan sebagaimana banyak terjadi di negeri ini. Sebagaimana korupsi dianggap jalan yang benar padahal nyata-nyata salah.

Dalam Injil hari ini Yesus berkata: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup." Hal ini menunjukkan bahwa untuk mencari Tuhan tidak lain dan tidak bukan harus meluruskan jalan hidup. Jalan yang benar akan menghantar kita pada kebenaran. Segala yang benar dan baik akan memberikan inspirasi dan semangat dalam kehidupan. Kristus telah mengalahkan kematian menuju kehidupan. Semua itu dilakukan untuk kita karena kasih-Nya yang besar. Beriman pada Yesus artinya kita mesti meninggalkan cara-cara mengandalkan pikiran dan berani keluar dari pikiran untuk mengerti dan merasakan Tuhan itu hidup dan hadir di hati kita.

St. Filipus dan Yakobus, Rasul yang pestanya kita rayakan hari ini diajar untuk meminta dalam nama Yesus. Karena setiap yang mereka minta atas nama-Nya akan diberikan oleh Tuhan. Apakah kita juga sudah meminta kepada Yesus dengan kesungguhan hati kita? Kiranya kita dapat meneladani semangat hidup Filipus dan Yakobus dalam hidup kita sehingga jalan kebenaran yang kita cari tidak sesat. Semoga! (RBM)

 

Pelita Hati: Jalan yang benar akan menghantar kita pada kebenaran akan Kristus.

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Rabu 2 Mei 2012

Renungan Harian: Rabu 2 Mei 2012

Yoh 12: 44-50

Sekali peristiwa Yesus berseru di hadapan orang-orang Farisi yang percaya kepada-Nya, "Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia percaya bukan kepada-Ku, tetapi kepada Dia yang telah mengutus Aku ; dan barangsiapa melihat Aku, ia melihat Dia yang telah mengutus Aku. Aku telah datang ke dalam dunia sebagai terang, supaya setiap orang yang percaya kepada-Ku, jangan tinggal di dalam kegelapan. Dan jikalau seorang mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, bukan aku yang menjadi hakimnya, sebab aku datang bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya. Barangsiapa menolak Aku, dan tidak menerima perkataan-Ku, ia sudah ada hakimnya, yaitu firman yang telah Kukatakan ; itulah yang akan menjadi hakimnya pada akhir zaman. Sebab bukan dari diri-Ku sendiri Aku berkata-kata, tetapi Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan Aku, untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku sampaikan. Dan Aku tahu, bahwa perintah-Nya itu adalah hidup yang kekal. Jadi apa yang Aku katakan, Aku menyampaikannya sebagaimana difirmankan oleh Bapa kepada-Ku."

 

PENGHAKIMAN

Suatu hari seorang pencuri tertangkap tangan sedang beraksi. Semua orang memukul, menendang, menampar, pencuri itu hinggga nyaris tewas. Sungguh ironis, padahal pada masyarakat selalu disuguhkan slogan "jangan main hakim sendiri, tetapi serahkan kepada pihak yang berwenang untuk melakukan proses penghakiman sesuai undang-undang". Begitu mudah orang menghakimi seseorang yang dianggap bersalah.

Injil hari ini mengetengahkan kepada kita bagaimana sikap Yesus akan penghakiman. Yesus sendiri berkata: "Aku datang bukan untuk menghakimi dunia, tetapi untuk menyelamatkannya." Hal ini berarti bahwa tugas utama Yesus bukanlah sebagai hakim atas dunia melainkan untuk menyelamatkan dunia. Yesus sendiri telah mengatakan bahwa yang menjadi hakim dan berhak menghakimi dunia adalah Bapa-Nya yang di surga. Bapa sendiri sebagai hakim atas dunia tidak ingin umat-Nya dihakimi. Karena itu, Bapa mengutus Putra-Nya ke dunia sebagai terang untuk menerangi jalan hidup manusia menuju kehidupan yang kekal dan terhindar dari penghakiman.

Kita dipanggil Yesus untuk ambil bagian dalam tugas perutusan-Nya membawa terang keselamatan pada dunia, bukan untuk menghakimi dunia. Sanggupkah kita menjadi terang dan cahaya bagi sesama yang berada dalam kegelapan? Atau jangan-jangan kita merupakan orang yang mudah menghakimi sesama, yang sebenarnya bukan hak dan wewenang kita (RBM).

 

Pelita Hati: Kita dipanggil Yesus untuk ambil bagian dalam tugas perutusan-Nya membawa terang keselamatan pada dunia, bukan untuk menghakimi dunia.

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Selasa 1 Mei 2012

Renungan Harian: Selasa 1 Mei 2012

Yoh 10: 22-30

Pada hari raya Pentahbisan Bait Allah di Yerusalem, ketika itu musim dingin, Yesus berjalan-jalan di Bait Allah, di serambi Salomo. Dan orang-orang Yahudi mengelilingi Dia dan berkata kepada-Nya, "Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam kebimbangan? Jikalau Engkau Mesias, katakanlah terus terang kepada kami."  Yesus menjawab mereka, "Aku telah mengatakannya kepada kamu, tetapi kamu tidak percaya; pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama Bapa-Ku, itulah yang memberikan kesaksian tentang Aku, tetapi kamu tidak percaya, karena kamu tidak termasuk domba-domba-Ku. Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku. Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar daripada siapa pun, dan seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa. Aku dan Bapa adalah satu.

 

MILIK ALLAH SATU-SATUNYA

"Tak kenal maka tak sayang, setelah kenal barulah sayang". Ungkapan ini lazim kita dengar dalam hidup harian kita. Ungkapan ini menunjukkan betapa penting saling mengenal sebagai tanda mengawali sebuah relasi yang sejati. Relasi yang sejati perlu saling kenal antara pihak-pihak yang berelasi, jika tidak maka relasi itu akan dangkal.

Injil hari ini menampilkan perjumpaan Yesus dengan orang-orang Yahudi di serambi Salomo. Sayang, kedegilan hati orang-orang Yahudi membuat mereka tidak mampu mengenal Yesus sebagai Mesias. Meski orang-orang Yahudi telah melihat karya yang telah dilakukan oleh Yesus sebagai tanda bahwa Yesus berasal dari Bapa, mereka belum juga percaya. Kedegilan hati mereka itu membuat Yesus tidak mengakui mereka sebagai umat-Nya. Mereka menjalin relasi yang dangkal dengan Yesus sebab mereka belum juga mengenal Yesus.

Setiap orang yang percaya telah menjalin relasi yang mesra dengan Yesus. Relasi yang mesra tercipta karena orang sungguh mengenal Yesus dan sebaliknya Yesus sungguh mengenal umat-Nya. Dengan percaya kepada Yesus sebagai Mesias Utusan Allah, maka setiap orang yang percaya menjadi milik Allah satu-satunya. Apakah kita salah satu dari orang yang percaya itu? Semoga! (RBM).

 

Pelita Hati: Setiap orang yang percaya telah menjalin relasi yang mesra dengan Yesus.

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Jumat, 27 April 2012

Renungan Harian: Senin 30 April 2012

Renungan Harian: Senin 30 April 2012

Yoh 10: 1-10

Sekali peristiwa Yesus berkata kepada orang-orang Farisi, "Aku berkata kepadamu : Sesungguhnya siapa yang masuk ke dalam kandang domba tidak melalui pintu, tetapi dengan memanjat tembok, ia adalah seorang pencuri dan seorang perampok ; tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba. Untuk dia penjaga membuka pintu, dan domba-domba mendengarkan suaranya ; ia memanggil dombanya, masing-masing menurut namanya, dan menuntunnya keluar. Jika semua dombanya telah dibawanya keluar ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya. Tetapi seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka lari daripadanya, karena suara orang-orang asing tidak mereka kenal.' Itulah yang dikatakan Yesus dalam perumpamaan kepada mereka, tetapi mereka tidak mengerti apa maksudnya Ia berkata demikian kepada mereka. Maka kata Yesus sekali lagi,"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Akulah pintu kepada domba-domba itu. Semua orang yang datang sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok, dan domba-domba itu tidak mendengarkan mereka. Akulah pintu ; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat ; ia akan masuk dan keluar, dan menemukan padang rumput. Pencuri datang hanya untuk mencuri, membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyai dalam segala kelimpahan."

YESUS ADALAH PINTU

Ada iklan menarik yang lazim kita tonton atau dilihat di televisi. Iklan itu berbunyi demikian: "Jalan pintas dianggap pantas". Iklan ini sarat makna dan sorotannya adalah sifat manusia yang selalu menginginkan hasil besar tanpa perjuangan dan usaha. Hal ini tentu sangat bertentangan dengan aturan atau sistem dalam suatu unit usaha.

Yesus menyatakan diri-Nya sebagai pintu bagi domba-domba-Nya. Pintu merupakan jalan masuk ke dalam rumah. Mereka yang memakai prinsip jalan pintas dianggap pantas dengan memanjat tembok atau membongkar rumah merupakan pencuri alias maling. Pencuri selalu mempunyai maksud jahat. Maka, lewat pernyataan ini, Yesus mewartakan warta gembira bagi kita. Yesus dengan tegas dan jelas mengajak kita agar menjadikan-Nya sebagai satu-satunya jalan dalam hidup.

Maka, kita mesti menata ulang iman kepercayaan kita agar menjadikan Yesus sebagai satu-satunya pintu, jalan menuju hidup kekal. Bersediakah kita melakukan hal demikian? Jangan-jangan kita merupakan salah satu dari orang yang selalu mencari jalan pintas. Jika demikian, mari kita ubah sebelum terlambat dengan menata ulang iman kita dengan menjadikan Yesus satu-satunya pintu menuju hidup kekal (RBM).

Pelita Hati:Yesus satu-satunya pintu, jalan menuju hidup yang kekal.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan

 

Renungan Harian, Minggu 29 April 2012

Renungan Harian, Minggu 29 April 2012

Yoh 10: 11-18

Sekali peristiwa Yesus berkata kepada orang Farisi, "Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu. Ia lari karena ia seorang upahan, dan tidak memperhatikan domba-domba itu. Akulah gembala yang baik. Aku mengenal domba-domba-Ku, dan domba-domba-Ku mengenal Aku sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa,dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku. Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga; mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala. Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk meneri-manya kembali. Tidak seorang pun mengambilnya daripada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri, ...

 

YESUS GEMBALA YANG BAIK

Seorang gembala yang baik tidak ingin ternak gembalaannya kelaparan dan kehausan. Maka setiap hari entah pagi, siang, sore ia selalu memberi makan dan minum ternak gembalaannya. Bukan hanya itu, ia juga menjaga ternak gembalaannya dari setiap pemangsa yang mencoba mendekatinya. Singkatnya, gembala itu memberi seluruh perhatiannya pada ternak gembalaannya.

Demikianlah Yesus Kristus menjadi gembala yang baik bagi semua orang. Kegembalaan Kristus atas diri kita berlangsung dari zaman dulu hingga sekarang, masa yang akan datang, dan selamanya. Sebagai gembalaan-Nya kita harus menjadi domba yang baik, yang mengenal Sang Gembala. Mengikuti perintah dan petunjuk Sang Gembala serta suara-Nya yang menuntun kita. Suara Tuhan ada di dalam hati kita masing-masing, yakni suara hati kita. Ke mana pun kita melangkah hendaknya kita mengikuti tuntunan suara hati kita masing-masing. Kita terjebak dalam perbuatan dosa akibat melawan suara hati kita. Misalnya, kita tahu bagaimana perbuatan yang baik, tetapi kita melakukan yang jahat.

Bagaimana agar kita kuat melakukan perbuatan baik dalam hidup kita? Rahasianya ada dalam diri kita masing-masing. Caranya adalah kita harus mendengarkan suara dan mengikuti tuntunan Yesus gembala yang baik serta menyerahkan hati dan diri kita seutuhnya pada penyelenggaraan-Nya. Sanggupkah kita berbuat demikian? Semoga! (RBM)

Pelita Hati: Suara Tuhan ada di dalam hati kita masing-masing, yakni suara hati kita.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: 28 April 2012

Renungan Harian: 28 April 2012

Yoh 6: 60-69

Setelah Yesus menyelesaikan ajaran-Nya tentang roti hidup, banyak dari murid-murid-Nya berkata, "Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?" Yesus dalam hati-Nya tahu bahwa murid-murid-Nya bersungut-sungut tentang hal itu, maka berkatalah Ia kepada mereka, "Adakah perkataan itu menggoncangkan imanmu? Lalu bagai-manakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada? Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna! Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup. Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya." Sebab Yesus  tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia. Lalu Ia berkata, "Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorang pun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya." Mulai dari waktu itu banyak murid Yesus mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia. Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya, "Apakah kamu tidak mau pergi juga?" Jawab Simon Petrus kepada-Nya, "Tuhan, kepada siapakah kami ....

 

MENJADI PERCAYA

Suatu malam banjir kiriman melanda suatu dusun. Penduduk dusun pun berbondong-bondong menyelamatkan diri. Tapi penghuni satu rumah tampak tidak berusaha untuk menyelamatkan diri. Pintu rumahnya pun tertutup rapi. Ketika dusun mulai lengang ditinggal penduduk beberapa orang mendengar suara minta tolong. Mereka bergegas ke asal suara itu. Ketika dekat mereka tahu bahwa suara itu berasal dari rumah yang tertutup itu. Mereka memeriksa rumah itu ternyata dikunci dari luar. Akhirnya, mereka mendobrak pintu rumah itu. Begitu pintu terbuka mereka melihat dua anak menangis di atas kursi. Mereka pun menyelamatkan kedua anak itu.

Tuhan tidak ingin kita melakukan kehendak-Nya secara terpaksa. Tuhan memberi kebebasan secara penuh. Sebagaimana dalam Injil tentang kisah pertobatan Zakheus, Maria Mangdalena, Matius, Paulus, dan wanita dari Samaria bukan dengan terpaksa melainkan atas kemauan masing-masing. Pertemuan mereka dengan Yesus "Membangunkan" mereka dan membuat mereka sadar akan hidup mereka yang mesti diubah. Perubahan itulah yang membuka hati mereka dengan menerima Yesus.

Yesus mengutus murid-murid-Nya bukan dengan paksaan melainkan atas dasar sukarela dan keyakinan teguh. Hal itu nyata dari tanggapan para murid-Nya. Sikap Petrus yang menerima tugas utusan hendaknya menjadi bagian dari sikap kepercayaan kita. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mengabaikan sapaan Yesus. Kita kurang percaya pada Yesus. Pengabaian ini merugikan diri kita sendiri. Maka, mari menjadi utusan yang percaya kepada Yesus (RBM).

Pelita Hati: Tuhan tidak ingin kita melakukan kehendak-Nya secara terpaksa.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Jumat 27 April 2012

Renungan Harian: Jumat 27 April 2012

Yoh 6: 52-59

Di rumah ibadat di Kapernaum orang-orang Yahudi bertengkar antar mereka sendiri dan berkata, "Bagaimana Yesus ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan." Maka kata Yesus kepada mereka,

"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku ia mempunyai hidup yang kekal, dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan, dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa memakan Aku, akan hidup oleh Aku. Akulah roti yang telah turun dari surga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya." Semua ini dikatakan Yesus di Kapernaum ketika Ia mengajar di rumah ibadat.

BERBAGI MAKANAN

Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia. Jika manusia tidak mau berbagi makanan dengan sesama maka tidak akan ada damai, tidak ada surga, dan tidak ada harmoni. Jika setiap orang mendapat makanan, maka hidup manusia akan damai dan indah. Hal ini berarti bahwa tidak berbagi makanan sama dengan tidak berbagi surga.

Dalam Injil hari ini secara langsung Yesus mengajak kita untuk mau berbagi. Bahkan Yesus sendiri memberi teladan bagaimana berbagi hidup dengan yang lain yakni dengan menyerahkan Tubuh dan Darah-Nya sendiri. Tindakan Yesus ini merupakan tamparan keras bagi kaum Yahudi terutama ahli Taurat dan kaum Farisi yang selalu berbicara tentang kasih, tetapi mereka tidak peduli akan keadaan orang-orang yang menderita di sekitarnya. Makna terdalam dari ungkapan Yesus itu adalah bahwa jika kita hidup hanya untuk diri sendiri tanpa peduli pada sesama maka kita tidak akan berkembang. Perkembangan sejati seseorang bergantung pada sejauh mana tingkat kepeduliannya pada masyarakat.

Di zaman sekarang ini gagasan berkorban memang kurang diminati dan diterima sehingga sangat sedikit orang yang merelakan diri untuk itu. Karena itulah, kita harus tampil mengobarkan semangat berkorban seperti yang telah dilakukan oleh Yesus. Jika kita bersedia berbagi dengan tulus kita tidak akan pernah kekurangan bahkan kita akan mengalami kelimpahan (RBM). 

 

Pelita Hati: Perkembangan sejati seseorang bergantung pada sejauh mana tingkat kepeduliannya pada masyarakat

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Jumat, 20 April 2012

Renungan Harian: Senin 23 April 2012

Renungan Harian: Senin 23 April 2012
Yoh 6:22-29
Setelah Yesus mempergandakan roti, keesokan harinya orang banyak, yang masih tinggal di seberang danau Tiberias, melihat bahwa di situ tidak ada perahu selain yang dipakai murid-murid Yesus. Mereka melihat juga bahwa Yesus tidak turut naik ke perahu itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya, dan bahwa murid-murid-Nya saja yang berangkat. Tetapi sementara itu beberapa perahu lain datang dari Tiberias ke dekat tempat mereka makan roti, sesudah Tuhan mengucapkan syukur atasnya. Ketika orang banyak melihat bahwa Yesus tidak ada di situ dan murid-murid-Nya juga tidak, mereka naik ke perahu-perahu itu lalu berangkat ke Kapernaum untuk mencari Yesus. Ketika orang banyak menemukan Yesus di seberang laut itu, mereka berkata kepada-Nya,
"Rabi, bilamana Engkau tiba di sini?" Yesus menjawab,"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang. Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu ; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya." Lalu kata mereka...

JALAN MENUJU HIDUP KEKAL

Sejak kecil, banyak orangtua mendidik anak-anak mereka untuk selalu berbuat baik dalam kehidupan ini. Sikap ini ditanamkan agar anak-anak mereka kelak atau sekurang-kurangnya dapat menuju jalan hidup kekal. Kepada anak-anak ini pun ditanamkan berbagai macam aturan seperti jangan berbuat ini atau itu dan harus rajin berdoa. Singkatnya, semua diarahkan untuk berbuat hal-hal bernuansa kerohanian. Akibatnya terbentuklah sikap pasif mendambakan keselamatan kekal. Mereka tidak lagi ditantang untuk mencari perwujudan konkret dari iman yang menyelamatkan.
Yesus melihat gejala itu tertanam kokoh dalam diri orang-orang yang mengikuti-Nya. Mereka pada umumnya adalah orang Yahudi. Mereka biasa hanya taat sebatas hukum dan peraturan tanpa mau terbuka akan situasi konkret yang terjadi di sekitarnya. Kehadiran Yesus pun memberi warna baru bagi pemahaman mereka akan hukum Taurat. Warna baru itu lebih pada tindakan berbuat baik kepada sesama. Berbuat baik sebagai bentuk kepedulian pada sesama itulah yang menjadi tawaran Yesus. Yesus membuktikannya dengan memberi mereka makan.
Apakah kita telah berbuat baik terhadap sesama sebagai bentuk kepedulian kita? Jangan-jangan kita sama seperti orang-orang Yahudi, tidak terbuka terhadap situasi di sekitar kita. Kita sering merasa rugi atau tidak punya urusan terhadap sesama orang di sekitar kita. Jika demikian, mari kita ubah sikap kita tersebut dengan memberi warna baru pada sesama yakni berbuat baik pada sesama (RBM).

Pelita Hati: Berbuat baik pada sesama merupakan tawaran Yesus pada kita sebagai bentuk kepedulian pada sesama.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Pax et Bonum

Kamis, 19 April 2012

Renungan Harian: Minggu 22 April 2012

Renungan Harian: Minggu 22 April 2012

Luk 24:35-48

Dua murid yang dalam perjalanan ke Emaus ditemui oleh Yesus yang bangkit, segera kembali ke Yerusalem. Mereka menceritakan kepada saudara-saudara apa yang terjadi di tengah jalan, dan bagaimana mereka mengenali Yesus pada waktu Ia memecah-mecahkan roti. Sementara mereka bercakap-cakap tentang hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata, "Damai sejahtera bagi kamu!" Mereka terkejut dan takut, karena menyangka bahwa mereka melihat hantu. Akan tetapi Yesus berkata kepada mereka, "Mengapa kamu terkejut, dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hatimu? Lihatlah tangan dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini! Rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku." Sambil berkata demikian Ia memperlihatkan tangan dan kaki-Nya kepada mereka. Dan ketika mereka belum juga percaya karena girang dan masih heran, berkatalah Yesus kepada mereka, "Adakah padamu makanan di sini?" Lalu mereka memberikan kepada-Nya sepotong ikan goreng. Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka. Yesus berkata kepada mereka, "Inilah perkataan yang...

 

DAMAI SEJAHTERA BAGI KAMU!

Tiap orang mendambakan damai khususnya mereka yang hidup dalam peperangan, kekacauan keluarga, pertikaian masyarakat, perselisihan antarteman dan sebagainya. Mereka yang hidup demikian selalu diselimuti perasaan ketakutan, ketidaktenangan, kegelisahan, kemarahan, dan berbagai macam perasaan negatif.

Dalam Injil hari ini Yesus mengajarkan kepada kita bahwa damai itu bukan hanya cukup kita mohon melainkan mesti diwujudkan secara konkret dalam kehidupan. Maka Yesus datang dengan salam damai kepada para murid-Nya, tetapi mereka malah ketakutan dan ragu-ragu bahkan berprasangka negatif. Sikap para murid ini sungguh berlawanan dengan kehendak Yesus dengan salam damai itu. Maka Yesus meminta para murid untuk mengarahkan pandangan mereka pada-Nya. Setelah itu, barulah mata mereka terbuka dan percaya pada Yesus.

Dalam hidup sehari-hari damai sejati sungguh sulit kita wujudkan sebab hati manusia cenderung berprasangka negatif. Namun, bukan berarti bahwa kita bisa tidak mewujudkannya dalam hidup kita sehari-hari. Mewujudkan damai merupakan tugas dan perutusan kita sebagai umat Kristen. Kita harus membuat pesan paskah berbuah dalam diri dan hidup kita baru kita bagikan pesan itu kepada orang lain. Itulah tugas perutusan kita. Pesan paskah ialah damai, percaya, cinta kasih, pertobatan, rendah hati, lemah lembut, ketulusan dsbnya (RBM).

 

Pelita Hati: Mewujudkan damai sejahtera merupakan tugas dan perutusan kita sebagai umat Kristen.

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Sabtu 21 April 2012

Renungan Harian: Sabtu 21 April 2012

Yoh 6:16-21

Setelah mempergandakan roti dan memberi makan lima ribu orang, Yesus mengundurkan diri ke gunung. Ketika hari sudah mulai malam, murid-murid Yesus pergi ke danau, lalu naik ke perahu dan menyeberang ke Kapernaum. Ketika hari sudah gelap Yesus belum juga datang mendapatkan mereka, sedang laut bergelora karena angin kencang.

Sesudah mereka mendayung kira-kira dua tiga mil jauhnya, mereka melihat Yesus berjalan di atas air mendekati perahu itu. Maka ketakutanlah mereka. Tetapi Yesus berkata kepada mereka,"Ini Aku, jangan takut!"

Mereka lalu mempersilahkan Yesus naik ke perahu, dan seketika itu juga perahu mereka sampai ke pantai yang mereka tuju.

RASA TAKUT

Setiap orang tentu pernah merasa takut. Perasaan takut ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti takut akan kematian, takut ditinggalkan orang yang dicintai, takut kehilangan nama baik, dan berbagai macam ketakutan lainnya. Rasa ketakutan ini muncul akibat ketidakmampuan menghadapi sesuatu yang menakutkan.

Pengalaman takut juga dialami oleh para murid Yesus. Hal itu terjadi ketika para murid sedang berlayar di danau pada waktu malam. Ketika itu angin kencang dan gelora laut melanda mereka dengan hebat. Mereka pun sangat ketakutan, apalagi Yesus tidak ada bersama dengan mereka. Namun, Yesus datang menemui mereka dengan berjalan di atas air. Yesus berkata: "Aku ini, jangan takut!" Bersama Yesus mereka akhirnya tiba di pantai dengan selamat.

Yesus adalah Putra Allah yang Mahakuasa. Segala ciptaan takluk dan tunduk pada-Nya. Maka kita juga jangan takut bila bersama dengan Yesus dan selalu mengandalkan-Nya  dalam menghadapi kesulitan hidup kita. Kita tidak perlu cemas dan takut sebab Tuhan akan selalu membantu kita. Beranikah kita menyandarkan hidup kita kepada Tuhan? (RBM)

 

Pelita Hati: Bersama Yesus tidak perlu takut menghadapi kesulitan sebab Ia akan membantu kita.

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Jumat 20 April 2012

Renungan Harian: Jumat 20 April 2012

Yoh 6:1-15

Pada waktu itu Yesus berangkat ke seberang danau Galilea, yaitu danau Tiberias. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia, karena mereka melihat mujizat-mujizat penyembuhan, yang diadakan-Nya terhadap orang-orang sakit. Yesus naik ke atas gunung dan duduk di situ dengan murid-murid-Nya. Ketika itu Paskah, hari raya orang Yahudi, sudah dekat. Ketika Yesus memandang sekeliling-Nya, dan melihat bahwa orang berbondong-bondong datang kepada-Nya, berkatalah Ia kepada Filipus, "Di manakah kita akan membeli roti, sehingga mereka ini dapat makan?" Hal itu dikatakan-Nya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu apa yang hendak dilakukan-Nya. Jawab Filipus kepada-Nya, "Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja!" Seorang dari murid-murid-Nya yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepada-Nya,

"Di sini ada seorang anak, yang membawa lima roti jelai dan mempunyai dua ikan; Tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?" Kata Yesus,"Suruhlah orang-orang itu duduk!" Adapun di tempat itu banyak rumput. Maka duduklah orang-orang itu, kira-kira lima ribu laki-laki banyaknya. Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ; demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki. Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya, "Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih, supaya tidak ada yang terbuang," Maka mereka pun mengumpulkannya, dan mengisi dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan dari kelima roti jelai yang lebih...

 

PEDULI SESAMA

Seorang anak membagi makanannya pada teman-temannya. Ibunya yang menyaksikan kejadian itu menegor anaknya dengan pelan: "Jangan nak, makananmu hanya itu nanti tidak cukup". Si anak tetap membagi makanannya tak peduli pada teguran ibunya. Mereka makan ria bersama menghabiskan makanannya bersama teman-teman.

Kisah ini agak mirip dengan Injil hari ini. Pada saat itu orang banyak berbondong-bondong mengikuti Yesus. Mereka ada sekitar lima ribu orang. Yesus ingin memberi mereka makan, tapi makanan yang tersedia untuk mereka tidak ada. Makanan yang ada hanya lima roti dan dua ikan. Lalu Yesus mengadakan mukjizat perbanyakan roti dan ikan. Mukjizat itu membuat mereka semua dapat makan sampai kenyang, bahkan ada sisa sebanyak dua belas baku.

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mengalami hal demikian. Kita ingin berbagi pada sesama tapi takut tidak cukup. Apabila terjadi demikian maka kita harus membawa masalah itu pada Yesus. Bersama Yesus tiada masalah yang tidak dapat diatasi. Jadi, jangan ragu untuk membagi sesuatu demi kebaikan pada sesama (RBM).

 

Pelita Hati: Bersama Yesus kesulitan apa pun dapat diatasi.

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Rabu, 18 April 2012

Renungan Harian: Kamis 19 April 2012

Renungan Harian: Kamis 19 April 2012
Yoh 3:31-36
Yohanes pembaptis memberi kesaksian tentang Yesus di hadapan murid-muridnya, "Siapa yang datang dari atas ada di atas semuanya ; siapa yang berasal dari bumi, termasuk pada bumi dan berkata-kata dalam bahasa bumi. Siapa yang datang dari surga ada di atas semuanya.
Ia memberi kesaksian tentang apa yang dilihat-Nya dan yang di dengar-Nya, tetapi tak seorang pun menerima kesaksian-Nya itu. Siapa yang menerima kesaksian-Nya, ia mengakui bahwa Allah adalah benar. Sebab siapa yang diutus Allah Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas. Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya. Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal ; tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya."

ALLAH MAHABENAR

Dalam hidup ini kita sering dihadapkan pada dua pilihan, yakni memilih kebenaran atau ketidakbenaran. Apa yang dimaksud dengan kebenaran? Pertanyaan inilah yang ditanyakan Pilatus ketika mengadili Yesus. Pilatus tidak mengenal kebenaran yang dibawa oleh Yesus sehingga ia menanyakan artinya sebagaimana lazim ditanya orang saat ini.
Siapa berasal dari bumi termasuk pada bumi dan berkata-kata dalam bahasa bumi. Siapa yang datang dari surga adalah di atas segalanya. Banyak orang berdebat panjang untuk mempertahankan kebenarannya shingga tidak jarang sampai bertengkar dan membunuh. Yesus sendiri pun mengalami bagaimana kejamnya kebenaran dalam bahasa bumi ini sehingga Ia wafat di salib. Ia menderita, didera, disiksa, diolok-olok. Dengan penderitaan ini Yesus menunjukkan kepada kita bahwa penderitaan benar-benar bagian tak terelakkan bagi kita penghuni bumi ini.
Kepercayaan kita pada Yesus bukan berarti kita akan lolos dari penderitaan di bumi ini. Tapi kita percaya bahwa berkat sabda dan hidup-Nya kita akan mampu menerima penderitaan dengan tabah dan kuat. Kekuatan kita terhadap derita itu akan menyatukan derita kita dengan derita Yesus. Kita akan makin kuat apabila kita menerima, yakin, dan mengakui bahwa Allah mahabesar (RBM).

Pelita Hati: Kepercayaan kita pada Yesus bukan berarti kita akan lolos dari penderitaan di bumi.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.


Pax et Bonum

Selasa, 17 April 2012

Renungan Harian: Rabu 18 April 2012

Renungan Harian: Rabu 18 April 2012
Yoh 3:16-21
Dalam percakapan-Nya dengan Nikodemus, Yesus berkata, "Begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehinga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya. Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; tetapi barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalan nama Anak Tunggal Allah. Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan daripada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat. Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatannya yang jahat itu tidak nampak; tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah."

ALLAH YANG MENYELAMATKAN

Allah menyelamatkan dunia karena kasih-Nya akan makhluk ciptaan-Nya. Wujud dari penyelamatan Allah itu nyata melalui pengutusan putra-Nya ke dunia, sebagai terang. Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia datang pada terang agar nyata bahwa setiap perbuatan-perbuatannya didasarkan pada Allah.
Pengalaman akan kasih Allah yang menyelamatkan tidak kita temukan dalam hidup, jika kita beranggapan bahwa ini sejenis mukjizat besar, penyembuhan, penampakan, keuntungan, dan keberhasilan. Mukjizat besar tidak akan pernah terjadi, jika kita tidak dapat membuka mata bagi mukjizat kecil yang setiap hari Allah berikan secara nyata pada kita. Secara konkret mukjizat itu misalnya, kemampuan kita mengatasi berbagai hal, kemampuan kita bangkit dari keterpurukan atau kegagalan. Semua itu merupakan mukjizat dari Allah untuk kita, apabila kita sadari dan refleksikan secara mendalam.
Mari kita hening sejenak untuk merenungkan setiap aktifitas yang telah kita lakukan hari ini di hadapan Allah dengan menyerahkan seluruhnya pada-Nya. Kita mohon pengampunan atas segala kesalahan, kelalaian yang telah kita lakukan agar kita dapat tenang. Dan kita mohon rahmat agar Allah tetap memberi berkat pada kita sehingga kita dapat hidup lebih baik lagi (RBM).

Pelita Hati: Mukjizat Allah selalu hadir dalam kehidupan kita tapi sering tidak kita tahu dan sadari.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.


Pax et Bonum

Minggu, 15 April 2012

Renungan Harian: Selasa 17 April 2012

Renungan Harian: Selasa 17 April 2012

Yoh 3:7-15

Dalam percakapannya dengan Nikodemus. Yesus berkata, "Jangan-lah engkau heran karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali. Angin bertiup ke mana ia mau; engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu darimana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh." Nikodemus menjawab, katanya, "Bagaimanakah mungkin hal itu terjadi?" Jawab Yesus, "Engkau adalah pengajar Israel, dan engkau tidak mengerti hal-hal itu? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kami berkata-kata tentang apa yang kami ketahui, dan kami bersaksi tentang apa yang kami lihat, tetapi kamu tidak menerima kesaksian kami. Kamu tidak percaya waktu Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal surgawi, bagaimana kamu akan percaya kalau Aku akan berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal surgawi? Tidak ada seorang pun yang telah naik ke surga, selain Dia yang telah turun dari surga, yaitu Anak Manusia. Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal."

 

TIDAK PERCAYA

Kini budaya instan menggerogoti hidup setiap orang. Dalam budaya instan ini kita terancam kehilangan akar. Hal itu karena semua hal dapat kita peroleh dengan cepat tanpa harus bekerja keras. Kebudayaan ini pun akan ikut melanda cara hidup beriman kita, jika kita tidak hati-hati menyikapinya.

Dalam Injil hari ini Yesus berpesan: "Kamu tidak percaya waktu Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal duniawi, bagaimana kamu akan percaya kalau Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal surgawi?" Krisis iman dimulai dengan krisis ketidakpercayaan demikian. Hal-hal duniawi ini pun begitu sulit untuk kita percayai, bagaimana pula halnya dengan hal-hal surgawi yang kita tidak tahu dari mana datangnya atau ke mana perginya.

Lewat kemampuan kita melaksanakan tugas sehari-hari kiranya kita sampai pada kesadaran bahwa Tuhanlah yang telah menciptakan semua itu, sungguh Agung. Dia merupakan asal dan tujuan hidup kita. Kita hanya pemakai bahan ciptaan Tuhan yang kepada-Nya kita percaya. Maka selayaknyalah kita memuji-Nya setiap hari dalam setiap hidup kita. Pujian kepada Tuhan merupakan wujud dari kepercayaan kita. Mari kita percaya selalu hanya kepada-Nya sebagaimana St. Anicetus yang pestanya dirayakan hari ini (BTK).

 

Pelita Hati Mari memuji Tuhan sang pemberi hidup.

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Senin 16 April 2012

Renungan Harian: Senin 16 April 2012

Yoh 3: 1-8

Ada seorang Farisi yang bernama Nikodemus; ia seorang pemimpin agama Yahudi. Ia datang kepada Yesus pada waktu malam dan berkata,

"Rabi, kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah;

sebab tidak ada seorang pun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya." Yesus menjawab, kata-Nya,"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya, jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah." Kata Nikodemus kepada-Nya, "Bagaimana mungkin seorang dilahirkan kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?" Jawab Yesus,"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya, jika seorang tidak dilahirkan dari air dan roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Apa yang dilahirkan dari daging adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh adalah Roh. Janganlah engkau heran karena Aku berkata kepadamu : kamu harus dilahirkan kembali. Angin bertiup ke mana ia mau; engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu darimana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh.'

 

LAHIR DUA KALI

Ketika seseorang sudah berumur tujuh belas tahun ia akan merayakan ulang tahunnya lebih meriah. Mengapa? Karena ia menganggap sudah dewasa. Namun, ingat belum tentu dia sudah punya KTP. Dalam KTP atau ID tertulis tanggal lahir kita masing-masing. Diharapkan kita tidak melupakan tanggal lahir itu. Namun, menjadi aneh kalau seseorang ditanya dan lupa: tanggal berapa Anda dipermandikan? Mungkin Anda sendiri tidak dapat langsung memberikan jawaban tanggal permandian.

Nikodemus berdialog dengan Yesus untuk mendalami hidup imannya. Untuk percaya kepada-Nya perlu dilahirkan kembali dalam air dan Roh. Pertobatan adalah penerimaan terhadap pribadi Yesus. Dalam beriman kita sesungguhnya juga dilahirkan baru dalam Kristus. Ketika kita dibaptis dalam Gereja, entah waktu kecil atau dewasa, kita lahir untuk kedua kalinya. Melalui Sakramen Permandian kita mengalami keselamatan, kita disatukan sebagai anggota Gereja.

Kita dilahirkan dalam Roh yang mempersatukan dan membebaskan dari kuasa kegelapan dan ketakutan. Seperti Petrus dan Yohanes dalam bacaan pertama, mereka justru berani jadi saksi Kristus. Semoga kita juga berani menjadi saksi kabar sukacita karena telah lahir kedua -kalinya dalam Kristus (BTK).

 

Pelita Hati Dengan pohon, iblis menjatuhkan Adam; dengan pohon salib Kristus mengalahkan iblis. (St. Yohanes Krisostomus)

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Selasa, 10 April 2012

Renungan Harian: Minggu 15 April 2012

Renungan Harian: Minggu 15 April 2012

Yoh 20:19-31

Setelah Yesus wafat di salib, pada malam pertama sesudah hari Sabat, berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus, berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata, "Damai sejahtera bagi kamu!"  Sesudah berkata demikian, Yesus menunjukkan tangan dan lambung-Nya kepada mereka. Murid-murid itu bersukacita ketika mereka melihat Tuhan. Maka kata Yesus sekali lagi, "Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu." Dan sesudah berkata demikian, Yesus menghembus mereka dan berkata, "Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada."  Pada waktu Yesus datang itu, Tomas, seorang dari keduabelas murid, yang juga disebut Didimus, tidak ada bersama-sama mereka. Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya, "Kami telah melihat Tuhan!" tetapi Tomas berkata kepada mereka,"Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya, dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu, dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, aku sama sekali tidak akan percaya." Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu, dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang. Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata,"Damai sejahtera bagi kamu!" Kemudian Yesus berkata...

TIDAK MELIHAT NAMUN PERCAYA

Ketika seorang bapak dikatakan dokter tidak punya penyakit apa-apa, keluarga lantas berpikir macam-macam. Bapak jelas-jelas sakit tapi dinyatakan nihil. Mana mungkin! Pengobatan alternatif pun akhirnya dicari sebagai jalan, karena merasa tidak ada gunanya lagi berdoa. Sudah sering berdoa dan novena seakan tidak ada hasilnya.

Thomas juga bagian dari wakil kita orang yang pernah ragu-ragu tentang kebangkitan Yesus. Makam kosong bukanlah bukti kuat bagi Thomas."Kalau saya tidak menjamah-Nya .... saya tidak akan percaya". Itulah kata-kata yang muncul dari kita pada zaman sekarang. Harus ada bukti dulu baru percaya. Zaman sekarang ini adalah zaman instan, seakan proses waktu refleksi tak ada lagi. Ada janji ada bukti. Pemikiran duniawi juga jadi penghambat untuk memahami rahasia cinta Allah. Perlukah kita melihat Allah dulu baru percaya? Perlukah kita merasakan secara fisik baru pasrah kepada kehendak-Nya?

Beriman kepada Allah adalah soal kerelaan hati, bukan terpaksa. Berani membiarkan Allah bekerja dalam diri kita. Allah bukan mengawasi hidup kita, tetapi mendampingi kita untuk jalan keselamatan dan sukacita (BTK).

 

Pelita Hati: Ekaristi juga satu kurban, karena ia suatu kenangan akan Paskah Kristus( KGK, 1365)

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Sabtu 14 April 2012

Renungan Harian: Sabtu 14 April 2012

Mrk 16: 9 -15

Setelah Yesus bangkit dari antara orang mati, pagi-pagi pada hari pertama minggu itu, Ia mula-mula menampakkan diri-Nya kepada Maria Magdalena. Daripadanya Yesus pernah mengusir tujuh setan. Lalu Maria Magdalena pergi memberitahukannya kepada mereka yang selalu mengiringi Yesus, dan yang pada waktu itu sedang berkabung dan menangis. Tetapi ketika mereka mendengar bahwa Yesus hidup dan telah dilihat olehnya, mereka tidak percaya. Sesudah itu Yesus menampakkan diri dalam rupa yang lain kepada dua orang dari para murid, ketika keduanya dalam perjalanan ke luar kota. Ketika mereka kembali dan memberitahukan kepada teman-teman yang lain, kepada mereka pun teman-teman itu tidak percaya. Akhirnya Yesus menampakkan diri kepada kesebelas orang itu ketika mereka sedang makan. Yesus mencela ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka, oleh karena mereka tidak percaya kepada orang-orang yang telah melihat Dia sesudah kebangkitan-Nya. Lalu Yesus berkata kepada mereka, "Pergilah ke seluruh dunia, beritakan Injil kepada segala makhluk!"

 

RAGU-RAGU BAGIAN DARI IMAN

Saat testing ujian masuk perguruan tinggi, Anto mengalami keraguan apakah ini pilihannya sendiri atau orangtuanya. Orangtua ingin agar dirinya jadi dokter. Namun,  suara hatinya tidak. Dirinya ingin menjadi seorang insinyur. Dalam keraguan demikian Anto berharap agar hasil testing tidak masuk ke kedokteran.

Beriman bukan segalanya lancar dan jelas. Banyak hal yang tidak jelas dalam perjalanan hidup ini. Bahkan orang yang memilih jalan jadi biarawan-biarawati pun ada yang masih ragu-ragu dengan pilihan hidupnya. Demikian pula orang yang mau berumah tangga juga digoyang rasa ragu-ragu apakah memang itu pasangan hidupnya. Jangan-jangan nanti kandas di tengah jalan.

Peristiwa kebangkitan tidak gampang diterima. Para murid sebagai saksi mata saja mengalami keraguan itu. Untuk menerima kenyataan itu para murid butuh proses. Yesus sendiri ikut terlibat untuk membina kembali iman mereka. Bahkan mencela sikap kurang percaya dari murid-murid. Berulang-ulang Yesus menampakkan diri-Nya agar mereka makin percaya. Ya ... iman tetap terbuka terhadap keraguan. Ragu-ragu adalah bagian dari perjalanan iman. Namun, satu hal ini yang boleh kita imani bahwa kasih setia Allah jauh lebih besar dari keraguan manusia. Mewartakan kebangkitan-Nya adalah wujud kepercayaan kita (BTK).

 

Pelita Hati: Marilah kita memadahkan alleluya dengan suara kita dan dengan hati, dengan bibir dan hidup kita. (St. Agustinus)

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Jumat 13 April 2012

Renungan Harian: Jumat 13 April 2012

Yoh 21: 1-14

Sesudah bangkit dari antara orang mati, Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias. Ia menampakkan diri sebagai berikut : Di pantai itu berkumpul Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus dan dua orang murid Yesus yang lain. Kata Simon Petrus kepada mereka,"Aku pergi menangkap ikan." Kata mereka kepadanya,"Kami pergi juga dengan engkau." Mereka berangkat lalu naik ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa. Ketika hari mulai siang, Yesus berdiri di pantai;

akan tetapi murid-murid itu tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. Kata Yesus kepada mereka, "Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk pauk?" Jawab mereka,"Tidak ada!" Maka kata Yesus kepada mereka,

"Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh."

Lalu mereka menebarkannya, dan mereka tidak dapat menariknya  lagi karena banyaknya ikan. Maka murid yang dikasihi Yesus berkata kepada Petrus, "Itu Tuhan!" Ketika Petrus mendengar bahwa itu adalah Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian, lalu terjun ke dalam danau. Murid-murid yang lain datang dengan perahu karena...

ITU TUHAN!

Kegagalan sering membuat orang frustrasi, malas, takut, minder. Namun, ada yang berpendapat bahwa kegagalan adalah pengalaman untuk menjadi guru kehidupan. Karena kegagalan orang terus berani mencoba lagi. Berapa kali Edison mengalami kegagalan sampai akhirnya menemukan bola lampu listrik? Berkat kegagalannya berkali-kali akhirnya dia tersenyum, karena sekarang orang lupa siapa penemu bola lampu. Padahal orang menggerutu kalau tidak ada penerangan listrik. Kita gampang melupakan!

Pada saat para rasul ditinggalkan oleh Yesus yang tidak hadir lagi di tengah mereka, mereka juga frustrasi. Mereka beranggapan ada kegagalan. Untuk apa mempertahankan diri di Yerusalem? Mereka kembali pada tugas, pekerjaan sebelumnya. Mereka mau melupakan pendidikan, pengajaran, dan kebersamaan dengan Yesus. Ternyata Yesus yang mencari dan mengembalikan iman mereka.

Kegagalan bukan halangan bagi orang beriman untuk mengalami kehadiran Tuhan. Iman itu berarti taat, setia, dan pasrah kepada kehendak Tuhan. Pasrah bukan berarti pasif dan tidak berbuat apa-apa. Kita tidak terus-menerus bertanya apa yang akan diberikan Tuhan. Pasti Tuhan tahu yang kita butuhkan. Bahkan secara berlimpah ruah tanpa kita duga. Seperti para murid, kita berani berkata dan bersaksi  bahwa Yesus itu Tuhan karena Dia hidup! ( BTK).

 

Pelita Hati: Salib bukan kegagalan. Salib adalah teladan segala kebajikan. (St.Thomas Aquinas).

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Minggu, 08 April 2012

Renungan Harian: Kamis 12 April 2012

Renungan Harian: Kamis 12 April 2012

Luk 24:35-48

Dua murid yang dalam perjalanan ke Emaus ditemui oleh Yesus yang bangkit, segera kembali ke Yerusalem. Mereka menceritakan kepada saudara-saudara apa yang telah terjadi di tengah jalan, dan bagaimana mereka mengenali Yesus pada waktu Ia memecah-mecahkan roti. Sementara mereka bercakap-cakap tentang hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata, "Damai sejahtera bagi kamu!" Mereka terkejut dan takut, karena menyangka bahwa mereka melihat hantu. Akan tetapi Yesus berkata kepada mereka, "Mengapa kamu terkejut, karena hantu kan tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku." Sambil berkata demikian ia memperlihatkan tangan dan kaki-Nya kepada mereka. Dan ketika mereka belum juga percaya karena girang dan masih heran, berkatalah Yesus kepada mereka, "Adakah padamu makanan di sini?" Lalu mereka memberikan kepada-Nya sepotong ikan goreng. Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka. Yesus berkata kepada mereka, "Inilah perkataan yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih....

 

RASA DAMAI DAN BAHAGIA

Sudah beberapa tahun Anita tidak pulang ke rumah orangtua. Ia lama diperantauan karena tugas dan pekerjaannya. Komunikasi mereka pun hanya lewat telepon atau handphone saja.  Suatu hari pulang  ia ke rumah dan terkejut ternyata ibunya sudah 2 tahun sakit di pembaringan, tapi tak ada yang memberi tahu. Ibu dan putrinya berpelukan dan air mata tak tertahankan lagi. Pelan-pelan ibunya ceria dan berkata :" Anita, ibumu sekarang sembuh, karena kerinduan padamu telah terpenuhi. Terima kasih kau datang ya sayang".Benar, ibu itu mulai bangun. Ada semangat baru yang luar biasa.

Keajaiban sering muncul tanpa kita duga. Mungkin tanpa kita sadari bahwa Allah terus berkarya. Ada juga yang mengira bahwa semua itu karena kekuatan manusia. Lihat dalam refleksi kedua murid yang balik dari Emaus. Mereka berubah setelah bertemu dengan Yesus yang bangkit mulia. Apalagi dalam pengalaman ini mereka kembali bertemu dengan Yesus yang menyapa :" Damai sejahtera bagi kamu !" Kekuatan baru telah meresapi mereka. Keraguan telah sirna. Tanda dan sarana yang mempertemukan bahwa Yesus sungguh telah bangkit dan menjadi Tuhan mereka. Perjumpaan ini bukan perkara yang mudah. Para murid harus dibina, dididik oleh Yesus sendiri yang bangkit.

Pertobatan adalah kabar gembira. Pertobatan adalah tawaran untuk menerima kembali rahmat kasih Allah yang membaharui hidup kita. Damai sejahtera bersumber pada kasih Allah sendiri, bukan karena kekuatan manusia. Semoga damai sejahtera itu tinggal di dalam keluarga, pekerjaan, dan cita-cita kita ( BTK ).

 

Pelita Hati: Derita-derita adalah sarana yang memurnikan roh (St. Paulus dari Salib)

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Rabu 11 April 2012

Renungan Harian: Rabu 11 April 2012

Luk 24: 13-35

Pada hari Sabat sesudah Yesus dimakamkan, dua orang dari murid-murid Yesus pergi ke sebuah kampung bernama Emaus, yang terletak kira-kira tujuh mil jauhnya dari Yerusalem, dan mereka bercakap-cakap tentang segala sesuatu yang telah terjadi. Ketika mereka sedang bercakap-cakap dan bertukar pikiran, datanglah Yesus sendiri mendekati mereka, lalu berjalan bersama-sama dengan mereka. Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenali Dia. Yesus berkata kepada mereka, "Apakah yang kamu percakapkan sementara kamu berjalan?" Maka berhentilah mereka dengan muka muram. Seorang dari mereka, namanya Kleopas, menjawab-Nya, "Adakah Engkau satu-satunya orang asing Yerusalem, yang tidak tahu apa yang terjadi di situ pada hari-hari belakangan ini?' Kata-Nya kepada mereka,"Apakah itu?" Jawab mereka,"Apa yang terjadi dengan Yesus orang Nazaret! Dia adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa .....

 

BERSEDIA UNTUK DIUBAH

Ketika menjumpai pengalaman sakitnya, seorang ibu merasa bahwa dirinya yang paling menderita di dunia ini. Dia terbaring lemah opname di rumah sakit. Keluarganya menunggu dan mendengar keluhan-keluhan sakitnya itu. Benarkah dia yang paling menderita?

Suasana hati sangat mempengaruhi keadaan hidup kita. Senang, gembira, penuh sukacita atau sedih, gundah gulana dan menderita dapat mengubah cara hidup kita. Kedua murid yang berjalan menuju desa Emaus juga sedih karena kehilangan Yesus. Mereka tidak menduga Gurunya akan sengsara-wafat di salib. Kabar kebangkitan hanyalah menambah kebingungan mereka. Lebih baik menjauh dari pusat kepedihan yaitu Yerusalem. Mereka tak dapat membohongi dirinya. Semua itu dikatakan kepada Yesus yang kini hadir di sampingnya tapi mereka tak mengenal-Nya. Hati, pikiran, dan cara pandangan hidup mereka telah tertutup oleh kesedihan panjang.

Beriman berarti memberikan kesaksian akan Yesus Kristus yang bangkit. Cara kehidupan baru harus membawa Pribadi Yesus dalam hidupnya. Lihat pengalaman Petrus yang berubah jadi manusia baru. Perjalanan kita masih panjang. Sepahit apa pun, Tuhan tidak meninggalkan kita. Perjalanan kita terus mencari Tuhan sumber hidup dan kebenaran. Kita siap untuk terus berubah menjadi manusia baru dalam Kristus Yesus. Jangan berhenti pada perasaan yang dapat terus berubah-ubah. Kuasailah perasaan dengan sukacita di hadirat Tuhan. (BTK).

 

Pelita Hati: Iman akan Allah tidak memberikan solusi instan atas semua persoalan  dan ketidakpastian hidup, tetapi melengkapi kita untuk mengatasinya.

(Daniel Louw)

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.