Senin, 26 Maret 2012

Renungan Harian: Sabtu 31 Maret 2012

Renungan Harian: Sabtu 31 Maret 2012

Yoh 11: 45-56

Banyak di antara orang-orang Yahudi yang datang melawat Maria, dan yang menyaksikan sendiri apa yang telah dibuat Yesus terhadap Lazarus

percaya kepada-Nya. Tetapi ada juga yang pergi kepada orang-orang Farisi, dan menceritakan kepada mereka, apa yang telah dibuat Yesus itu. Lalu imam-imam kepala dan orang-orang Farisi memanggil Mahkamah Agama untuk berkumpul. Mereka berkata,"Apakah yang harus kita buat?

Sebab orang itu membuat banyak mujizat. Apabila kita biarkan Dia maka semua orang akan percaya kepada-Nya, lalu orang-orang Roma akan datang, dan merampas tempat suci kita serta bangsa kita." Tetapi seorang di antara mereka, yaitu Kayafas, Imam Besar pada tahun itu, berkata kepada mereka,"Kamu tidak tahu apa-apa! Kamu tidak insyaf, bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita daripada seluruh bangsa kita ini binasa." Hal itu dikatakan Kayafas bukan dari dirinya sendiri. Tetapi, sebagai Imam Besar pada tahun itu, ia bernubuat bahwa Yesus akan mati untuk seluruh bangsa; bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai. Mulai dari hari itu mereka sepakat untuk membunuh Dia. Karena itu Yesus tidak tampil lagi di muka umum di....

 

ALLAH ITU SETIA

Suami istri mengikrarkan janji setianya di hadapan semua umat, di depan saksi dan imam sebagai pejabat Gereja. Mereka berdua saling menerimakan sakramen dalam kasih Kristus yang menyatukan jadi pasangan hidup.

Cinta kasih manusia yang rapuh itu mereka janjikan kepada Allah dalam kasih Kristus, sehingga bermakna sakramental. Kedua pribadi ini tahu memiliki banyak kelemahan, kekurangan masing-masing, namun tetap berani menjanjikan kesetiaan satu sama lain. Mereka jadi saksi kesetiaan zaman ini di tengah dunia yang kian rapuh untuk setia hanya pada satu orang sebagai partner hidup. Adakah   kesetian pada satu-satunya pasangan zaman sekarang ini? Sementara itu, kawin cerai di sekitar kita tidak aneh lagi di pendengaran kita.

Dalam bacaan pertama Yehezkiel menunjukkan, bahwa dalam segala kesulitan masih ada pengharapan. Bangsa Israel dalam pembuangan ternyata punya harapan untuk keluar dari masa pembuangan. Itulah makna kerinduan untuk pembebasan. Allah itu setia pada umat-Nya meski dalam kepahitan. Kehadiran Yesus juga jadi tanda tanya besar. Siapakah sebenarnya Dia? Apakah ada harapan untuk percaya kepada-Nya? Mukjizat besar dengan kebangkitan Lazarus membuka mata orang yang tak percaya.

Mari kita saling menghargai sesama. Janganlah iri hati karena kebaikan atau keberhasilan orang lain. Hargailah orang lain kalau memang layak kita berikan penghargaan (BTK).

 

Pelita Hati: Perlindungan Tuhan adalah harapan bagi manusia.

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Jumat 30 Maret 2012

Renungan Harian: Jumat 30 Maret 2012

Yoh 10: 31-42

Sekali peristiwa orang-orang Yahudi mau melempari Yesus dengan batu. Tetapi kata Yesus kepada mereka, "Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku Kuperlihatkan kepadamu; manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku dengan batu? Jawab orang-orang Yahudi itu, "Bukan karena suatu perbuatan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah, dan karena Engkau menyamakan diri-Mu dengan Allah, meskipun Engkau hanya seorang manusia." Kata Yesus kepada mereka, "Tidakkah ada tertulis dalam kitab Tauratmu, "Aku telah berfirman : Kamu adalah Allah?"

Padahal Kitab Suci tidak dapat dibatalkan! Maka, jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut allah, masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia. 'Engkau menghujat Allah!' karena Aku telah berkata : Aku anak Allah? Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah kamu percaya kepada-Ku. Tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa ada dalam Aku dan Aku ada di dalam Bapa." Sekali lagi mereka mencoba menangkap Yesus, tetapi Ia luput dari tangan mereka. Kemudian Yesus pergi lagi ke seberang Yordan, ke tempat Yohanes ...

 

SULIT PERCAYA

Pepatah mengatakan: "Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian". Pepatah ini jelas mengungkapkan keberanian untuk menjalani kesulitan dan penderitaan lebih dahulu, karena sesungguhnya ada kemuliaan di balik peristiwa itu semua.

Bacaan hari ini juga menjelaskan bagaimana nabi Yeremia punya keyakinan penuh bahwa di balik kematian ada yang lebih mulia. Kematian bagi orang utusan Tuhan akan membawa berkat keselamatan bagi banyak orang. Itulah semangat yang menjiwai Hamba Tuhan yang harus mengalami semua kesukaran dengan sikap pasrah. Tuhan Allah jadi pembela dirinya.

Dalam Injil Yesus juga berhadapan dengan para penentang. Banyak lawan Yesus, namun Dia tidak gentar. Segala tanda, perbuatan dan ajaran-Nya sulit mereka percaya. Pendengar bukan mendengarkan Sang Sabda yang berbicara, tetapi mereka hanya mendengarkan dirinya sendiri. Mereka terikat dengan daya pikirannya sendiri. Tidak terbuka hatinya. Dengan lugas Yesus mengajukan pilihan: mau percaya kepada Pribadi Yesus atau menolak-Nya sebagai Utusan Tuhan.

Marilah kita coba memahami kehadiran Allah lewat sesama di sekitar kita dan jangan cepat "negatif thinking" terhadap orang lain (BTK).

 

Pelita Hati: Hanya dengan hati seseorang dapat melihat dengan benar; apa yang pokok terlihat dengan mata.

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Kamis 29 Maret 2012

Renungan Harian: Kamis 29 Maret 2012

Yoh 8:51-59

Sekali peristiwa Yesus berkata kepada orang-orang Yahudi, "Aku berkata kepadamu: Sungguh, barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya." Kata orang-orang Yahudi kepada Yesus, "Sekarang kami tahu, bahwa Engkau kerasukan setan. Sebab Abraham telah mati dan demikian juga nabi-nabi, namun Engkau berkata: Barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya. Adakah Engkau lebih besar daripada bapa kita Abraham, yang telah mati! Nabi-nabi pun telah mati! Dengan siapakah Engkau samakan diri-Mu?" Jawab Yesus,"Jikalau Aku memuliakan diri-Ku sendiri, maka kemuliaan-Ku itu sedikit pun tidak ada artinya! Bapa-Kulah yang memuliakan Aku. Tentang Dia kamu berkata Dia adalah Allah kami, padahal kamu tidak mengenal Dia. Sebaliknya, Aku mengenal Dia, dan jika Aku berkata: aku tidak mengenal Dia, maka Aku adalah pendosa, sama seperti kamu. Tetapi Aku mengenal Dia, dan aku menuruti firman-Nya. Abraham bapamu bersukacita bahwa ia akan melihat hari-Ku; ia telah melihatnya dan ia bersukacita." Maka kata orang-orang Yahudi kepada Yesus, "Umur-Mu belum sampai lima puluh tahun dan...

 

HIDUP KEKAL

Ketika sudah mendekati wafatnya, seorang ibu bertanya kepada suaminya: "Pak, sekiranya saya meninggal duluan darimu, apakah bapak nanti akan menikah lagi dengan wanita lain?" Si bapak terkejut mendengar pertanyaan tak terduga itu. Dia pun menjawab: "Ibu, kita sudah 35 tahun hidup sebagai suami istri, selamanya tidak akan terceraikan. Meski nanti kamu yang duluan menghadap Allah, saya tetap setia pada janji nikah kita. Engkau pasti menantikan aku juga di sana!" ujar bapak untuk meyakinkan istrinya.

Itu bukan sekadar isapan jempol. Perjanjian Allah dengan Abram dalam bacaan pertama adalah awal permulaan umat Allah. Janji Allah menyertai keturunan Abraham adalah menunjuk pada kesetiaan Allah yang tak berubah. Janji Allah itu hidup selamanya. Janji itu dipertegas lagi dalam sabda Yesus dalam Injil hari ini. Ada pengharapan.

Kebahagiaan, hidup selamanya adalah dambaan dan harapan setiap orang. Yesus menjanjikan hidup selamanya. Namun, ada syaratnya yaitu ketaatan. Menjadi biarawan-biarawati butuh ketaatan. Menjadi karyawan di mana pun juga butuh ketaatan pada tata aturan kantor atau disiplin. Untuk taat pasti ada pergulatan ikut aturan atau tidak. Siapa yang tekun dan percaya akan Sabda Yesus ini akan mengarahkan hidup ini kepada Yesus yang memberikan hidup kekal. Mengapa percaya kepada Yesus? Karena Yesus yang hadir di tengah kita lebih besar dari nabi-nabi bahkan Abraham. Kuburan bukan tempat peristirahatan terakhir, tetapi tempat sementara. Ada penantian untuk hidup kekal (BTK).

 

Pelita Hati: Tanpa iman orang tak dapat berbuat sesuatu; dengan iman segala sesuatu menjadi mungkin.

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Rabu 28 Maret 2012

Renungan Harian: Rabu 28 Maret 2012

Yoh 8:31-42

Sekali peristiwa Yesus berkata kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya, "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, maka kamu benar-benar murid-Ku, dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." Jawab mereka,"Kami adalah keturunan Abraham dan tidak pernah menjadi hamba siapa pun. Bagaimana Engkau dapat berkata : Kamu akan merdeka?" Kata Yesus kepada mereka,"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa, dan hamba tidak tetap tinggal di rumah; yang tetap tinggal dalam rumah adalah anak. Tetapi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka. Aku tahu, bahwa kamu adalah keturunan Abraham, tetapi kamu berusaha untuk membunuh Aku karena firman-Ku tidak beroleh tempat di dalam kamu. Apa yang Kulihat pada Bapa, itulah yang Kukatakan, seperti halnya kamu melakukan apa yang kamu dengar dari bapamu." Jawab mereka kepada-Nya,"Bapa kami ialah Abraham." Kata Yesus kepada mereka, "Sekiranya kamu adalah anak-anak Abraham, tentulah kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham. Tetapi yang kamu kerjakan ialah berusaha membunuh Aku: Aku, seorang yang mengatakan kebenaran kepadamu, yaitu kebenaran yang Kudengar dari Allah! Pekerjaan yang demikian tidak dikerjakan oleh Abraham. Kamu mengerjakan pekerjaan kamu sendiri." Jawab mereka,"Kami tidak...

 

MEMBERIKAN GARANSI

Seorang pemuda membeli sepeda motor kredit. Baru dipakai dua minggu dengan kemudahan uang muka hanya ratusan ribu rupiah, kebosanan menggodanya. Lantas dia pergi ke sawah naik sepeda motor lalu sepeda motor itu digantungkannya pada cabang pohon. Sepeda motor itu pun dihidupkan dengan persneling tinggi selama beberapa waktu. Tak lama kemudian ia pulang ke rumah dengan membawa sepeda motor yang rusak. Dia membawa sepeda motor rusak itu pada dealer dan minta ganti dengan alasan rusak karena masih ada garansi sehingga bisa diganti dengan yang baru. Suatu pilihan dan perbuatan yang salah.

Dalam bacaan pertama kita melihat ada tiga pemuda yang disuruh memilih: mau menyembah patung emas atau dibakar hidup-hidup. Mereka memilih dibakar daripada taat kepada raja yang menyamakan dirinya sebagai tuhan. Lewat api mereka diselamatkan oleh Allah yang lebih kuasa daripada segala raja di bumi.

Banyak tantangan yang kita hadapi. Tidak cukup mengaku keturunan Abraham untuk jaminan hidup. Begitu juga kita sekarang. Tidak cukup hanya mengaku dirinya sebagai orang Katolik tetapi kewajiban lainnya diabaikan. Siapa yang berbuat dosa dia menjadi hamba dosa. Sabda Allah sanggup memberikan kebebasan sejati. Menerima Yesus sebagai Sang Sabda yang hidup maka kita akan diselamatkan (BTK).

 

Pelita Hati: Berbahagialah orang yang mendengarkan Sabda Allah dan tekun melaksanakannya.

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Kamis, 22 Maret 2012

Renungan Harian: Selasa 27 Maret 2012

Renungan Harian: Selasa 27 Maret 2012

Yoh. 8:21-30

Sekali peristiwa Yesus berkata kepada orang banyak, "Aku akan pergi, dan kamu akan mencari Aku; tetapi kamu akan mati dalam dosamu. Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang." Maka kata orang-orang Yahudi itu, "Apakah Ia mau bunuh diri, dan karena itu dikatakan-Nya: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang?" LaluYesus berkata kepada mereka, "Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini. Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu." Maka kata mereka kepada-Nya,"Siapakah Engkau?" Jawab Yesus kepada mereka, "Apakah gunanya lagi Aku berbicara dengan kamu? Banyak yang harus Kukatakan dan Kuhakimi tentang kamu. Akan tetapi Dia, yang mengutus Aku, adalah benar, dan apa yang Kudengar daripada-Nya, itulah yang Kukatakan kepada dunia." Mereka tidak mengerti, bahwa ia berbicara kepada mereka tentang Bapa. Maka kata Yesus,"Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi .....

 

TANGGA TURUN  NAIK

Ular dalam bacaan pertama melambangkan maut dan kehidupan. Orang yang dipagut ular berbisa dapat mati, namun jika vaksin bisa ular itu digunakan untuk mengobati maka orang yang dipagut ular itu dapat diselamatkan. Maka orang yang mengandalkan kekuatan diri sendiri dan terikat dengan dosa, akan mati. Namun, siapa yang tengadah melihat kekuatan Tuhan akan hidup dan selamat dari bahaya kematian.    

Yesus datang dari sorga dengan segala kuasa-Nya. Nyatanya Yesus ditolak, ditentang bahkan harus mengalami sengsara dan maut. Manusia berdosa melawan kuasa cinta-Nya. Dosa menghantar manusia kepada kematian, karena cinta Allah ditolak. Yesus jatuh bangun menegakkan cinta Allah. Yesus jatuh dan disalib, menurut pandangan orang banyak. Salib merupakan lambang kematian dan kehidupan. Saat ditinggikan itulah Dia naik. Seperti lambang ular tembaga yang bermakna ganda, demikian juga dengan makna salib di mana Yesus digantungkan.

Kehidupan di dunia ini tidaklah mendatar. Banyak pengalaman suka dan duka, turun dan naik. Lihat pengalaman para pejabat bahkan sampai tingkat menteri. Makin tinggi jabatannya makin banyak orang yang melihat, mengawasi, mengkritik bahkan ada yang berusaha menjatuhkannya. Hidup selalu mengalami pasang surut, grafiknya bukan lurus membentang tapi naik dan turun. Ketika Anda jatuh mulailah untuk melihat ke atas, lihat Salib Yesus. Dalam kasih-Nya ada kehidupan. ( BTK)

 

Pelita Hati: Satu pikiran yang penuh rasa syukur yang tertuju ke surga adalah doa yang paling sempurna.

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Senin 26 Maret 2012

Renungan Harian: Senin 26 Maret 2012

Yoh 8:1-11

Sekali peristiwa Yesus pergi ke bukit Zaitun. Dan pagi-pagi benar Ia berada lagi di bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Yesus duduk dan mengajar mereka. Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada Yesus seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah. Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah, lalu berkata kepada Yesus, "Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah. Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari dengan batu perempuan-perempuan demikian. Apakah pendapatmu tentang hal ini?" Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Yesus, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis di tanah dengan jari-Nya. Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Ia pun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka, "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan....

MEMBERI PENGAMPUNAN

Setiap orang begitu mudah menyalahkan seseorang dengan menghakimi orang itu secara beramai-ramai. Perbuatan ini banyak terjadi dalam kehidupan kita dewasa ini. Apabila ketahuan atau tertangkap seorang bersalah langsung dihakimi bukan diserahkan pada aparat hukum yang berwenang. Tidak jarang bahwa seorang yang bersalah telah meninggal baru diserahkan pada aparat hukum. Suatu perilaku yang sungguh mencerminkan ketidakberimanan dan ketidakmanusiawian. Setiap orang hanya bisa melihat dan menilai kesalahan orang lain sementara kesalahannya tidak.

Peristiwa mengerikan ini juga terjadi pada zaman Yesus. Dalam Injil yang kita dengar hari ini orang Farisi dan ahli-ahli Taurat membawa seorang perempuan berzinah ke hadapan Yesus. Mereka berharap agar perempuan yang tertangkap berbuat zinah itu dihukum mati. Akan tetapi, Yesus tidak sependapat dengan mereka, yaitu dengan memberi kesempatan untuk memperbaiki diri dan kembali dalam pelukan kasih-Nya. Maka Yesus berkata kepada mereka: "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melempar batu kepada perempuan itu". Perkataan Yesus itu membuat orang Farisi dan ahli-ahli Taurat kaget. Mereka pun tak berani melempar perempuan itu sebab mereka tak luput dari dosa.

Masihkah kita hendak mencobai Allah dengan memalingkan hidup kita daripada-Nya? Mari kita belajar dari Yesus Putera Allah yang selalu siap memberi pengampunan bagi kita orang berdosa. Berkat kerahiman-Nya dosa-dosa kita selalu diampuni-Nya, asal kita berusaha untuk tidak berbuat dosa yang sama lagi (SKb).

 

Pelita Hati: "Pengampunan adalah tanda kerendahan hati yang mendekatkan kita pada Tuhan"

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: 25 Minggu 2012

Renungan Harian: 25 Minggu 2012

Yoh 12:20-33

Di antara orang-orang yang datang ke  Yerusalem untuk merayakan Paskah terdapat beberapa orang Yunani. Orang-orang itu pergi kepada Filipus yang berasal dari Betsaida di Galilea, lalu katanya kepadanya, "Tuan, kami ingin bertemu Yesus." Filipus pergi memberitahukannya kepada Andreas, dan berdua mereka menyampaikannya pula kepada Yesus. Tetapi Yesus menjawab mereka, kata-Nya, "Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya, jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika mati, ia akan menghasilkan banyak buah. Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal. Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikuti Aku, dan di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa. Sekarang jiwa-Ku terharu, dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ....

 

KESELAMATAN

Dua orang bersahabat pergi ke luar kota naik sepeda motor. Mereka mengendarai sepeda motor masing-masing. Sebelum berangkat orangtua mereka menghimbau agar mereka berdoa dulu agar selamat diperjalanan. Tapi hanya seorang yang mengikuti saran orangtuanya dan seorang lagi kurang percaya akan kekuatan doa. Baginya untuk selamat diperjalanan cukup mengikuti peraturan berkendaraan, yakni  sesuai standar bersepeda motor. Begitu segalanya selesai mereka berangkat. Baru kira-kira satu jam mereka berangkat terjadi kecelakaan dan merenggut nyawa orang yang tidak mengikuti himbauan orangtuanya tadi. 

Injil hari ini mengisahkan bahwa barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal. Nyawa antara lain berarti gairah hidup, semangat, cita-cita, dambaan atau harapan. Maka menyerahkan nyawa di dunia ini berarti mengarahkan dan mempersembahkan hidup, semangat, cita-cita, dambaan atau harapan bagi keselamatan dan kebahagiaan umum atau orang lain, dengan demikian kita sendiri akan selamat dan bahagia.

Marilah dengan teliti, cermat, tekun, dan rendah hati kita merenungkan barang yang menolong kita untuk mengejar keselamatan jiwa kita, dan barang duniawi yang telah membawa kita ke gerbang kehancuran. Jika kita dapat membedakan itu, maka kita akan selamat dan berbahagia. Semoga kita dapat memilih hal yang dapat membawa kita pada keselamatan! (SKb)

 

Pelita Hati: Hendaklah isi batin dan hati kita adalah kehendak Tuhan, sehingga kita senantiasa mengusahakan dan melakukan apa yang terbaik demi keselamatan jiwa dan sesama kita.

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: 24 Sabtu 2012

Renungan Harian: 24 Sabtu 2012

Luk 1:26-38

Dalam bulan yang keenam Allah mengutus Malaikat Gabriel ke sebuah kota di Galilea, bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf, dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. Ketika masuk ke rumah Maria, malaikat itu berkata, "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau." Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hati, apakah arti salam itu. Kata malaikat itu kepadanya, "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhurnya. Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya, dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan." Kata Maria kepada malaikat itu, "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?" Jawab malaikat itu....

KABAR GEMBIRA

Suatu hari keluarga Pak Martin dihubungi oleh bank tempatnya menabung untuk memberitahu bahwa ia mendapat hadiah. Keluarga Pak Martin senang sekali mendengar kabar gembira itu. Tapi mereka penasaran dengan jenis hadiah yang akan mereka terima. Sebab pihak bank belum memberitahu jenis hadiah itu kepada mereka. Saat pengambilan hadiah pun tiba dan mereka diundang pihak bank ke bank. Setiba di sana baru diberitahu bahwa hadiahnya sebuah mobil. Keluarga Pak Martin pun gembira sekali atas hadiah itu karena sudah lama mereka idamkan.

Kegembiraan keluarga Pak Martin hampir serupa dengan Injil yang kita dengar hari ini. Di dalam Injil dikisahkan bahwa Maria menerima kabar gembira – dia akan menjadi ibu Tuhan. Lantas Maria pergi ke Yudea untuk menyampaikan kabar gembira itu kepada Elisabeth. Begitulah kebiasaan kita, ketika mendengar kabar gembira langsung bahagia dan membagikan kebahagiaan itu. Kabar gembira itu membawa semangat dan kebahagiaan tiada tara sehingga mereka yang menerimanya akan bahagia sekali. Begitu pula dengan orang yang mendengarnya turut bergembira atas kabar gembira itu.

Apakah kita juga turut gembira atas kabar gembira yang diterima Maria? Kiranya demikian sehingga kita bergegas untuk memberitahukan kabar gembira itu kepada sesama. Dengan demikian, kita dan sesama akan saling bergembira karena menerima kabar baik dan berkat dari Tuhan (SKb).

 

Pelita Hati: "Hati yang suci dan mulia memancarkan mahkota kebijaksanaan.

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Jumat 23 Maret 2012

Renungan Harian: Jumat 23 Maret 2012

Yoh 7:1-2.10.25-30

Yesus berjalan keliling Galilea; Ia tidak mau tetap tinggal di Yudea, karena di sana orang-orang Yahudi berusaha membunuh-Nya. Ketika itu sudah dekat hari raya orang Yahudi, yaitu hari raya Pondok Daun. Sesudah saudara-saudara Yesus berangkat ke pesta itu, Ia pun pergi juga ke sana, tidak terang-terangan tetapi diam-diam. Beberapa orang Yerusalem berkata, "Bukankah Dia ini yang mereka mau bunuh? Lihatlah, Ia berbicara dengan leluasa, dan mereka tidak mengatakan apa-apa kepada-Nya. Mungkinkah pemimpin kita benar-benar sudah tahu, bahwa Ia adalah Kristus? Tetapi tentang orang ini kita tahu darimana asal-Nya, padahal bila Kristus datang, tidak ada seorang pun yang tahu darimana asal-Nya." Waktu Yesus mengajar di Bait Allah, Ia berseru, "Memang...

 

MENGERJAKAN KEBENARAN

Kita tentu pernah mendengar istilah "Kanibal" (manusia memakan manusia). Apakah perilaku manusia seperti ini masih dapat dikategorikan sebagai manusia normal? Setiap manusia telah dilengkapi Tuhan dengan pikiran, perasaan, dan hati. Bagian-bagian ini amat penting dalam kelangsungan hidup kita selama dalam peziarahan ini. Tuhan berharap agar kita mempergunakan bagian-bagian ini dengan baik sehingga secara lahir dan batin kita bersih di hadapan Tuhan.  Apakah kita telah berbuat demikian?

Mengerjakan kebenaran memang sungguh sulit dilaksanakan. Jangankan oleh kita sedang Yesus sendiri mengalaminya. Hal itu nyata ketika Yesus mengerjakan kebenaran terhadap orang banyak. Orang banyak malah menolak, membenci, dan berusaha untuk membunuh-Nya. Perkataan Yesus saat mengerjakan kebaikan ini bagi mereka yang tidak menerima-Nya serasa seperti sayatan pisau yang diasami. Hal itu membuat banyak orang sakit hati pada Yesus, sehingga mereka ingin membunuh-Nya. Mereka tidak sadar jika perkataan-perkataan yang dilakukan Yesus itu sesungguhnya merupakan cara Yesus untuk menyadarkan banyak orang bahwa pekerjaan dan perbuatan mereka selama ini benar-benar salah. Tetapi hal itu tak bisa mereka lihat dari Yesus karena hati mereka digelapi oleh kebencian yang mendalam pada-Nya.

Kita pun dalam hidup sehari-hari tanpa kita sadari pasti pernah dinasihati atau dikritik. Kita dinasihati atau dikritik orang sesungguhnya karena mereka sayang pada kita. Maka, bila kita menerimanya kita akan berkembang, tetapi bila kita menolaknya, maka kita harus waspada sebab itulah bibit kejahatan yang akan menggelapkan mata iman kita. Saudara/ri apakah kita bertindak atas kebenaran ajaran Yesus Kristus? Maukah kita memperbaiki diri dan hidup suci di hadapan Tuhan? (SKb)

 

Pelita Hati: Pengorbanan hidup Yesus di Kayu salib, adalah bukti kebenaran ilahi.

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Kamis 22 Maret 2012

Renungan Harian: Kamis 22 Maret 2012

Yoh 5:31-47

Sekali peristiwa, Yesus berkata kepada orang Yahudi, "Kalau Aku bersaksi tentang diri-Ku sendiri, maka kesaksian-Ku itu tidak benar. Ada yang lain yang bersaksi tentang Aku, dan Aku tahu, bahwa kesaksian yang diberikan-Nya tentang Aku adalah benar. Kamu telah mengirim utusan kepada Yohanes, dan ia telah bersaksi tentang kebenaran. Tetapi Aku tidak memerlukan kesaksian dari manusia, namun Aku mengatakan hal ini, supaya kamu diselamatkan. Yohanes adalah pelita yang menyala dan bercahaya, dan kamu hanya mau menikmati seketika saja cahaya itu. Tetapi Aku mempunyai suatu kesaksian yang lebih penting daripada kesaksian Yohanes, yaitu segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Ku supaya Aku melaksanakannya. Pekerjaan itu jualah yang sekarang Kukerjakan, dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku. Dialah yang bersaksi tentang Aku! Kamu tidak pernah mendengar suara-Nya, rupa-Nya pun tidak pernah kamu lihat, dan firman-Nya tidak menetap di dalam dirimu, sebab kamu tidak percaya kepada Dia yang diutus-Nya. Kamu menyelidiki Kitab-Kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa olehnya kamu mempunyai hidup kekal. Tetapi walaupun Kitab-Kitab Suci itu memberi...

 

BERSAKSI AKAN ALLAH

Musa telah melakukan banyak cara untuk bersaksi tentang Allah. Ia mengajak umat Israel untuk setia dan memandang kebaikan Allah atas mereka. Namun, ketegaran hati telah membutakan mereka, hingga tak mampu lagi melihat apa yang nyata mereka alami. Umat Israel tidak pernah puas dengan kesaksian, pun dengan peristiwa menakjubkan. Melihat Allah secara nyata dan memimpin itulah yang mereka inginkan.   Sadar atau tidak kita pun kerap kali menyimpang dari Allah. Kita bahkan seperti menjadi "umat Israel" masa kini. 

Banyak hal telah dibuat Yesus untuk kita sebagaimana terdapat dalam Injil hari ini. Semua itu dilakukan Yesus agar kita semakin percaya dan dekat pada-Nya. Sayang, apa yang diperbuat Yesus itu tidak pernah kita hargai dan lihat dengan baik. Hal itu karena kasih Allah tidak ada dalam hati kita sehingga semua berlalu begitu saja. Kendati demikian, Allah tak membenci dan menahan kasih-Nya pada kita. Apabila kita mau kembali berbalik pada-Nya dengan segenap hati, Ia akan membuat rancangan yang jauh lebih indah untuk kita, yaitu kebahagiaan dan hidup kekal.

Maukah kita menerima kasih Allah dalam diri kita? Maukah kita bersaksi untuk Allah? Jika kita mau, Allah akan meraja dalam diri kita sehingga kita mampu melihat kebenaran dengan bersaksi akan Allah. Kebenaran dan kesaksian yang kita lakukan merupakan wujud kehadiran kasih Allah dalam diri kita (SKb).

 

Pelita Hati: "Membuka hati adalah satu langkah untuk percaya."

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Rabu 21 Maret 2012

Renungan Harian: Rabu 21 Maret 2012

Yoh 5:17-30

Sekali peristiwa, Yesus bekata kepada orang-orang Yahudi, "Bapaku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga." Karena perkataan itu, orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh Yesus, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri, dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah. Maka Yesus menjawab mereka,"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau Ia tidak melihat Bapa yang mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak. Sebab Bapa mengasihi Anak, dan Ia menunjukkan kepada-Nya pekerjaan yang lebih besar lagi daripada pekerjaan-pekerjaan itu, sehingga kamu menjadi heran. Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan siapa saja yang dikehendaki-Nya. Bapa tidak menghakimi siapa pun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak. Supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia. Aku berkata kepadamu: Sungguh, barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup kekal ....

 

SION ZAMAN SEKARANG

Dalam hidup sehari-hari, tak jarang kita mengalami berbagai bentuk "Penindasan" yang bukan dari luar diri, melainkan dari dalam diri kita sendiri. Bentuk penindasan itu berupa kekeringan perasaan, kesunyian yang tak ada ujungnya, kekosongan yang berlarut-larut, ketidakpedulian terhadap diri dan orang lain. Semua itu secara sadar atau tidak membuat diri kita "tertindas".

Namun, dalam pewartaan Yesaya kepada Sion hari ini, kita diibaratkan, Sion-sion pada zaman sekarang yang akan dipulihkan, disemangati oleh Sabda-Nya. Maka, jika kita mengalami hal-hal penindasan seperti itu, janganlah kita lari dari realitas yang ada, melainkan dengan berani menentang penindasan itu dengan bersorak-sorai dan memuji Allah serta menyerahkan itu kepada Yesus. Penyerahan diri seutuhnya kepada Yesus akan membuat hidup kita bersemangat dan terhindar dari penindasan diri yang dapat membuat kita terpuruk dan lupa akan Yesus.

Maka apabila kita mengalami penindasan diri sekali lagi mari kita bawa dalam Yesus. Yesus akan memberi kegembiraan dan kebahagiaan kepada kita sehingga kita terhindar dari penindasan. Mampukah kita melakukan hal itu? Jika kita mampu kita akan hidup bahagia dan ceria selalu. Sebaliknya, jika kita tidak mampu maka kita akan tertindas selamanya. Ayo, mana yang kita pilih? (SKb)

 

Pelita Hati: "Mari menjadikan hati kita penuh dengan sorak-sorai, bagaikan pujian di Sion."

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Sabtu, 17 Maret 2012

Renungan Harian: Selasa 20 Maret 2012

Renungan Harian: Selasa 20 Maret 2012

Yoh 5:1-16

Pada hari raya orang Yahudi, Yesus berangkat ke Yerusalem. Di Yerusalem, dekat pintu Gerbang Domba, ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda; serambinya ada lima, dan di serambi-serambi itu berbaring sejumlah besar orang sakit. Ada di situ seorang yang sudah tiga puluh delapan tahun lamanya sakit. Ketika Yesus melihat orang itu berbaring di sana, dan karena Ia tahu, bahwa ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya,"Maukah engkau sembuh?"

Jawab orang sakit itu kepada-Nya, "Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu, apabila airnya mulai goncang; dan sementara aku sendiri menuju kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku." Kata Yesus kepadanya, "Bangun, angkatlah tilammu dan berjalanlah." Dan pada saat itu juga sembuhlah orang itu, lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan. Tetapi hari itu hari Sabat. Karena itu orang-orang Yahudi berkata kepada orang yang baru sembuh itu, "Hari ini hari Sabat, dan tidak boleh engkau memikul tilammu." Akan tetapi ia menjawab mereka, "Orang yang telah menyembuhkan aku, Dia yang mengatakan kepadaku : Angkatlah tilammu dan berjalanlah." Mereka bertanya kepadanya, "Siapakah orang itu yang berkata kepadamu...

 

JANGAN LUPA PADA YESUS

Seorang ibu terbaring sakit parah di rumah sakit. Dokter memvonis ibu ini tidak dapat disembuhkan lagi. Vonis dokter ini membuat semua keluarga putus harapan. Tapi si ibu malah tenang dan berkata pada keluarganya, "Jangan takut. Itu kan vonis dokter, bukan vonis Tuhan. Hanya Tuhan yang berhak mencabut nyawa manusia. Jika Tuhan berkehendak manusia tak bisa mengelak. Maka mari kita memohon berkat dari Tuhan agar mencabut penyakit ini". Mereka pun berdoa dengan khusuk. Selesai berdoa penyakit ibu itu berangsur-angsur sembuh.

Kesembuhan ibu itu sejalan dengan kisah Injil hari ini. Dalam Injil dikisahkan bahwa selama 38 tahun si lumpuh merindukan penyembuhan. Namun, tak seorang pun menolongnya untuk turun ke kolam Betesda ketika air kolam itu bergoncang. Demikian jugalah gambaran hidup kita. Adakalanya saat kita mengalami masa-masa yang paling sulit, saat kita tidak dimengerti orang lain, dan saat semangat hidup kita lumpuh, tidak seorang pun mau menolong kita. Tetapi, janganlah putus harapan. Karena justru dalam situasi seperti inilah Yesus datang menawarkan penyembuhan bila kita beriman.

Dalam ketidakberdayaan, bangkitlah berdiri untuk mengangkat segala kerapuhan dan kelemahan yang ada karena kuasa Tuhan  akan turut bekerja. Yesus tak pernah melupakan orang yang sangat berharap akan belas kasihan-Nya dan sebaliknya kita pun hendaknya tidak pernah melupakan-Nya baik dalam suka maupun dalam duka (SKb).

 

Pelita hati: "Milikilah pengharapan yang pasti dalam Tuhan."

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Senin 19 Maret 2012

Renungan Harian: Senin 19 Maret 2012

Mat 1:16.18-21.24a

Menurut silsilah Yesus Kristus, Yakub memperanakkan Yusuf, suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus. Sebelum Kristus lahir, Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf. Ternyata Maria mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati, dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. Tetapi ketika Yusuf mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata, "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Maria akan melahirkan anak laki-laki, dan engkau akan menamai Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka." Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya.

 

TELADAN HIDUP

St. Yosef yang kita rayakan hari ini merupakan seorang kudus yang pantas diteladani. Ia mencari Yesus dengan penuh jiwa seorang Bapak yang penuh kasih sayang, setia sampai ia menemukan-Nya. Menghadapi kenyataan hidup dengan setia, benar, tepat, berdiam diri, jujur dan tanpa pernah mengeluh sama sekali. Kesederhanaan, kesetiaan, dan kebenaran yang ditunjukkan St. Yosef kiranya membangkitkan semangat hidup kita untuk berbuat kebaikan.

Mencari Yesus bukanlah dengan kegelisahan dan keragu-raguan. Tapi dengan tenang dan berdiam diri. Sedang demikian, tak jarang kita kehilangan jejak kaki Yesus. Maka dalam mencari-Nya dibutuhkan kesetiaan dan kesabaran bahkan usaha keras dan niat kuat untuk menemukan-Nya. Tanpa usaha keras yang dibarengi dengan keikhlasan niscaya kita akan menemukan-Nya. Hal paling hakiki, jangan pernah putus asa, teruslah mencari hingga menemukan-Nya.

Apakah kita berusaha mencari-Nya kembali seperti St. Yosef dan St. Maria? Mungkinkah kita kehilangan fokus, karena hati, jiwa serta pikiran kita tidak sederhana seperti St.Yosef? Kiranya kita bukan orang yang mudah menyerah dalam mencari-Nya. Penyerahan kita akan membuat kita makin jauh dari pencarian kita akan Yesus yang sungguh sangat mencintai kita (SKb).

 

Pelita hati: "Hidup yang sederhana, meningkatkan cinta, hidup doa dan suasana hati kita. Keabadian membagkitkan hidup kita untuk tetap berserah pada-Nya."

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Minggu, 18 Maret 2012

Renungan Harian: Minggu, 18 Maret 2012

Yoh 3:14-21

Sekali peristiwa, Yesus berkata kepada Nikodemus yang datang kepada-Nya pada waktu malam, "Sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dunia ini bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya. Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; tetapi barangsiapa yang tidak bercaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah. Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan daripada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat, sebab barangsiapa berbuat jahat, ia membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak; tetapi ....

MENGIKUT YESUS

Yesus tahu bahwa medan perang untuk menebus kita telah tiba saatnya. Ia tidak bisa menghindar dari hal itu. Sebab untuk itulah Ia diutus Allah Bapa ke dunia. Penyerahan diri-Nya yang sesungguhnya, siap akan kehilangan nyawa. Dengan kehilangan nyawa maka Ia akan berbuah melimpah. Demikianlah yang dilakukan Yesus. Segala kehendak Bapa Ia jalani dengan penuh kesabaran. Ia tidak pernah bersungut-sungut dalam melaksanakan tugas yang diemban-Nya dari Bapa. 

Injil hari ini mengisahkan bahwa Yesus harus mengalami sengsara. Dalam menjalani proses itu dalam  batin-Nya sempat terbersit: "Bapa selamatkanlah Aku dari saat ini! Tetapi bukan kehendak-Ku, sebab untuk itulah Aku datang". Yesus pun melaksanakan kehendak Bapa, dan pada saat itulah Bapa memperdengarkan suara-Nya kepada semua orang untuk menyatakan apa yang harus dilakukan Yesus. Yesus harus menyelamatkan semua orang yang telah berdosa agar mereka beroleh hidup yang kekal. 

Mari kita mengikuti Yesus dengan segenap hati, segenap jiwa dan segenap kekuatan, agar segala sesuatu yang kita perjuangkan, kebenaran, keadilan, cinta kasih, kelak dapat menghasilkan buah yang berlimpah. Buah yang akan menghantar kita masing-masing menjadi anak-anak yang bercahaya di hadapan Tuhan (SKb).

 

Pelita hati: "Jadikanlah kasih menjadi ratu di dalam setiap tindakanmu".

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan harian: Sabtu 17 Maret 2012

Renungan harian: Sabtu 17 Maret 2012

Luk 18:9-14

Sekali peristiwa, Yesus menyatakan perumpamaan ini kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain : "Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang satu adalah orang Farisi dan yang lain pemungut cukai. Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain; Aku bukan perampok, bukan orang lalim, bukan penzinah, dan bukan juga seperti pemungut cukai ini. Aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.

Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah, sedang orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan, dan barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan."

 

MEMPERSALAHKAN ORANG LAIN

Akhir-akhir ini banyak orang di negeri ini saling mempersalahkan. Persoalan saling mempersalahkan ini bahkan menjadi perdebatan sengit di berbagai media massa. Setiap orang yang dituding salah malah membela diri masing-masing dengan mengatakan tidak ada bukti dari kesalahannya. Anehnya, orang yang berwenang untuk itu, seperti polisi, KPK, Pengadilan, diam seribu bahasa sehingga tidak ada penyelesaian masalah.

Perbuatan saling mempersalahkan orang lain itu mirip dengan Injil yang kita dengar hari ini. Dalam Injil hari ini pun nyata kita dengar bahwa lebih mudah mempersalahkan orang lain daripada mempersalahkan diri sendiri. Kita akan mencari-cari alasan, argumen yang paling tepat untuk bisa diakui, sehingga bisa tampil sebagai orang benar. Demikianlah perumpamaan yang disampaikan oleh Yesus. Orang Farisi berdoa dan berkata, " Tuhan…aku tidak ini..itu dan aku tidak sama seperti orang ini." Sedangkan orang berdosa itu berdoa sampai ia tidak berani menengadah ke langit, sebab ia sadar dan memukul diri dalam pengakuan kesalahannya terhadap Allah.

Apakah kita merupakan orang yang selalu mempersalahkan orang lain? Jika kita orang yang demikian mulai hari ini mari kita ubah sikap itu. Yesus ingin kita tidak mencari-cari kesalahan orang lain. Yesus ingin kita sadar akan kesalahan kita sendiri sebab perbuatan menyalahkan orang lain dan selalu membenarkan diri merupakan perbuatan yang tidak bertanggung jawab (SKb).

 

Pelita hati: Berdoa dengan tulus hati jauh  lebih berguna daripada kurban-kurban lainnya

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Minggu, 11 Maret 2012

Renungan Harian: Jumat 16 Maret 2012

Renungan Harian: Jumat 16 Maret 2012

Mrk 12 : 28b-34

Sekali peristiwa datanglah seorang ahli Taurat kepada Yesus dan bertanya kepada-Nya, "Perintah manakah yang paling utama?" Jawab Yesus:"Perintah yang paling utama ialah : Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita Tuhan Yang Esa. Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dengan segenap akal budi, dan dengan segenap kekuatanmu. Dan perintah yang kedua ialah : Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada perintah lain yang lebih utama daripada perintah ini." Berkatalah ahli Taurat itu kepada Yesus, "Guru, tepat sekali apa yang Kaukatakan, bahwa Dia itu Esa, dan bahwa tidak ada Allah lain kecuali Dia. Memang mengasihi Dia dengan segenap hati, dengan segenap pengertian, dan dengan segenap kekuatan, serta mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri jauh lebih utama daripada semua kurban bakar dan persembahan." Yesus melihat betapa bijaksana jawaban orang itu. Maka Ia berkata kepadanya,

"Engkau tidak jauh dari kerajaan Allah!" Dan tak seorang pun berani lagi menanyakan sesuatu kepada Yesus.

 

PRIORITAS HIDUP

Apa prioritas hidupku? Ada empat daya spirit paling utama dalam diri manusia, yakni hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan. Allah mengaruniakan daya itu kepada kita untuk dihidupi dan diberi kebebasan untuk mengarahkannya. Namun demikian, dari kebebasan itu kita menyadari bahwa ada hal yang sangat prioritas dalam hidup kita. Hal prioritas itu wajib kita dahulukan sehingga tidak menjadi beban dalam hidup kita masing-masing.

Injil hari ini menegaskan bahwa prioritas hidup Kristiani adalah mengasihi Allah dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi, dan segenap kekuatan. Inilah hukum yang terutama. Buah dari Kasih akan Allah, akan menghasilkan kasih kepada sesama. Tanpa mampu mengasihi sesama mustahil kita mampu mengasihi Allah. Sesama merupakan wujud Allah yang hadir secara nyata di hadapan kita. Jadi, mengasihi sesama merupakan mengasihi Allah secara langsung. 

Apakah seluruh hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan seutuhnya telah kuarahkan kepada Allah? Jangan-jangan kita hanya pandai mengatakan bahwa kita mengasihi sesama. Tetapi ketika ada orang meminta bantuan kepada kita, eh ... kita malah cuek dan tidak peduli padanya. Bila demikian, artinya kasih kita terhadap Allah belum mantap. Benarkah? (SKb).

 

Pelita Hati: Hati yang lembut, akan membuahkan kasih yang terpancar dari Allah.

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Kamis 15 Maret 2012

Renungan Harian: Kamis 15 Maret 2012

Luk 11:14-23

Sekali peristiwa Yesus mengusir dari seseorang suatu setan yang membisukan. Ketika setan itu keluar, orang bisu itu dapat berkata-kata.

Maka heranlah orang banyak. Tetapi ada di antara mereka yang berkata,

"Ia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan." Ada pula yang meminta suatu tanda dari surga kepada Yesus untuk mencobai Dia. Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata, "Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah pasti runtuh. Jikalau Iblis itu terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan?

Sebab kamu berkata, bahwa Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul. Jadi, jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa apakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Nah, merekalah yang akan menjadi hakimmu! Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu. Apabila seorang yang kuat dan bersenjata lengkap menjaga..

 

PILIHAN HIDUP

Allah menghargai manusia, sehingga Allah memberikan pilihan bebas pada manusia. Pilihan bebas itu berupa beriman kepada-Nya atau tidak sama sekali. Jika kita beriman kepada Allah berarti kita wajib melaksanakan perintah Allah yakni menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan dosa. Suatu hal yang berat dan sulit dilaksanakan. Sebaliknya, jika tidak beriman kepada-Nya berarti tidak dituntut suatu apa pun. Jadi, tidak heran jika banyak orang memilih tidak beriman kepada-Nya. Selain tidak repot, juga tidak punya tanggung jawab apa pun dalam hidup. 

Injil hari ini mengisahkan, bagaimana orang-orang tidak beriman menolak ajaran Yesus Kristus.  Orang tidak beriman ini berpandangan bahwa apa pun yang dilakukan-Nya, semua buruk, karya setan (Beelzebul). Meskipun  demikian, Yesus tidak marah, tidak menyerang dan membenci orang-orang yang menolak ajaran-Nya. Ia dengan lembut menyapa dan berdialog dengan mereka. Suatu bukti nyata bahwa Yesus memberi pilihan bebas pada setiap orang. 

Pada masa prapaska ini Tuhan tetap lembut, sabar, setia menanti kita dengan pilihan hidup kita masing-masing. Berbuat kebajikan terhadap sesama, tekun dalam hidup doa, lebih bersemangat kembali, malas, dan sebagainya. Dengan demikian, kita menjadi bersahaja di hadapan hadirat-Nya. Yesus yang baik hati, masih tetap memberikan waktu kepada kita untuk meraih kebahagiaan sejati dari Allah melalui Yesus Kristus Putera-Nya. Memilih jalan Tuhan, maka kita akan selamat,aman sampai pada Bapa-Nya (SKb).

 

Pelita Hati: Setiap orang yang mengandalkan Roh Allah dalam hidupnya, akan sanggup melaksanakan setiap perintah dan ketetapan-Nya. Hidupnya akan memancarkan sinar Ilahi di mana pun dan bagi orang yang menjumpainya.

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Renungan Harian: Rabu 14 Maret 2012

Renungan harian: Rabu 14 Maret 2012

Mat 5:17-19

Dalam khotbah di bukit Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Janganlah kamu menyangka, bahwa aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sungguh, selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat-tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Surga. Tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Surga."

 

PENGGENAPAN HUKUM TAURAT

Sebelum segalanya ada, Allah sudah ada dan sangat sayang pada manusia ciptaan-Nya. Tetapi akibat dosa Adam, Allah seakan meninggalkan manusia hingga jauh. Lewat Musa, Allah kembali menunjukkan rasa sayangnya pada manusia dengan memberikan perintah dan hukum Taurat bagi umat Israel. Umat pilihan Allah. Suatu hukum yang menjadi pola hidup dan aturan bagi mereka. Tapi penderitaan dan pembuangan membuat bangsa itu rindu akan Mesias Sang penyelamat, seperti yang diberitakan oleh para nabi.

Dalam Injil yang kita dengar hari ini Yesus mengatakan bahwa Ia datang untuk menggenapi hukum Taurat. Hukum Taurat, surat kasih Allah sebagaimana dijanjikan oleh para nabi akhirnya menjadi nyata dalam diri Yesus. Allah datang dalam diri Yesus Putera-Nya. Dialah kegenapan hukum Taurat yang lama dirindukan oleh umat beriman. Yesus mengajak kita bukan sebagai pengajar tetapi sebagai pelaksana hukum Taurat yang penuh cinta kasih.

Sungguhkah kita mengimani Yesus sebagai kegenapan hukum Taurat? Sanggupkah kita menghayati ajaran-Nya? Apabila kita mengimani Yesus dan menghayati ajaran-Nya berarti kita dapat dan mampu melakukan kebaikan terhadap sesama sesuai ajaran-Nya. Tanpa melakukan kebaikan terhadap sesama sesuai ajaran-Nya berarti kita bukan mengimani Yesus sebagai penggenapan hukum Taurat (SKb).

 

Pelita Hati: " Janganlah hanya mengajarkan yang baik tapi tidak melakukan hal-hal baik."

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.