Rabu, 15 Februari 2012

RENUNGAN HARIAN: Sabtu, 18 Februari 2012

RENUNGAN HARIAN: Sabtu, 18 Februari 2012

Mrk 9:2-13

Pada suatu hari Yesus berbicara tentang bagaimana Ia akan menderita sengsara. Sesudah itu Ia membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes, dan bersama mereka naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendirian saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka dan pakaian-Nya menjadi sangat putih berkilat-kilat. Tak seorangpun di dunia ini yang sanggup mengelantang pakaian seperti itu. Maka nampaklah kepada mereka Elia dan Musa yang sedang berbicara dengan Yesus.

Lalu Petrus berkata kepada Yesus, "Rabi, betapa bahagianya kami berada disini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia." Petrus berkata demikian, sebab tidak tahu apa yang harus dikatakannya, karena mereka sangat ketakutan. Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan terdengar suara, "Inilah anak-Ku terkasih, dengarkanlah Dia." Dan sekonyong-konyong, waktu memandang sekeliling mereka tidak lagi melihat seorang pun kecuali Yesus sendiri. Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan supaya mereka jangan menceritakan kepada siapa pun apa yang telah mereka lihat itu sebelum Anak Manusia bangkit...

MESIAS YANG MULIA DAN BENAR

Hati setiap orang adalah antena untuk menangkap suara Tuhan. Untuk itu,  diperlukan suasana G. Tabor yang melambangkan keheningan. Keberadaan Yesus di gunung Tabor bersama ketiga murid-Nya untuk memberi kenangan indah sebagai nostalgia tak terlupakan bagi mereka. Yesus ingin memberikan semangat atau kekuatan khusus bagi mereka, ketika mereka kelak menyaksikan Yesus menderita di Taman Zaitun, memikul salib, dan wafat di salib, demi menyelamatkan semua manusia.

Para murid Yesus terpesona dalam kemuliaan di atas gunung Tabor. Namun, keterpesonaan mereka tidak lama sebab Yesus langsung mengajak mereka turun dari gunung ke dunia nyata. Tempat terjadinya segala relasi, kegiatan, dan situasi yang  kurang  simpati. Di sinilah iman mereka akan diuji. Dalam situasi yang demikian, apakah kita juga mampu  bertahan dan diharapkan  bercahaya menjadi kemuliaan bagi Allah dan semua manusia?

Beriman artinya mendengarkan Putra Allah yang dikasihi Bapa. Kita mendengarkan Kristus dengan sepenuh hati bila kita menyatu dengan Dia, demi kepentingan dan penyelamatan. Namun, mendengarkan itu sangat sulit. Orang lebih terbiasa untuk berbuat sesuatu. Tapi suara dari langit itu tidak mengatakan: "Inilah Anak yang Kukasihi; cintailah Dia atau Inilah Anak yang Kukasihi sembahlah Dia, melainkan Inilah Anak yang Kukasihi DENGARKANLAH DIA. Hal ini membuat kita bertanya, bagaimanakah aku mendengarkan Yesus selama ini? (SKw)

 

Pelita Hati: "Kita diharapkan  bercahaya dan menjadi kemuliaan bagi Allah dan semua manusia"

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar