Selasa, 28 Februari 2012

RENUNGAN HARIAN: Minggu, 4 Maret 2012

RENUNGAN HARIAN: Minggu, 4 Maret 2012

Mrk 9:2-10

Pada suatu hari Yesus berbicara  tentang bagaimana Ia akan menderita sengsara. Sesudah itu Ia membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes, dan bersama mereka naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendirian saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka, dan pakaian-Nya sangat putih dan berkilat-kilat. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang sanggup mengelantang pakaian seperti itu. Maka nampaklah kepada mereka Elia dan Musa, keduanya sedang berbicara dengan Yesus. Lalu Petrus berkata kepada Yesus, "Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini! Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia." Petrus berkata demikian, sebab ia tidak tahu apa yang harus dikatakannya, karena mereka sangat ketakutan. Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara, "Inilah Anak-Ku terkasih, dengarkanlah Dia!" Dan sekonyong-konyong, waktu memandang sekeliling, mereka tidak lagi melihat seorang pun bersama mereka, kecuali Yesus sendiri. Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan supaya jangan menceritakan kepada siapa pun apa yang telah mereka lihat itu, sebelum Anak Manusia bangkit dari antara orang mati. Mereka memegang pesan tadi sambil mempersoalkan di antara mereka apa yang dimaksud dengan "bangkit dari antara orang mati."

 

"INILAH ANAK YANG KUKASIHI, DENGARKANLAH DIA"

Di dunia sekarang ini kita berhadapan dengan banyak hal yang menyilaukan mata dan mengenyangkan telinga. Semua hal ini membuat kita bimbang dan ragu, sehingga kita tidak tahu mau berbuat apa dan tidak tahu apa yang harus dipilih. Di satu sisi, semuanya tampak menarik dan menyenangkan. Tetapi di sisi lain, semua itu membuat kita masuk dalam kegelapan iman.

Dalam kegalauan, kebingungan, dan kegelapan iman itu, Injil meneguhkan kita. Dalam Injil yang kita dengar hari ini Tuhan menampakkan kemuliaan-Nya, mengenai siapa yang harus kita dengarkan: "Dialah, Putera-Nya yang terkasih..." Mendengarkan Dia, itulah yang terbaik. Karena segala sesuatu yang disampaikan kepada kita bukanlah kata-kata kosong tanpa makna, melainkan sabda hidup yang  kekal dan menyelamatkan.

Mampukah kita mendengar kata-kata Yesus pada zaman serba ada ini? Jika kita mampu, maka iman kita akan terang. Sebaliknya, jika kita tidak mampu maka kita akan masuk ke dalam kegelapan iman yang luar biasa. Kita akan buta oleh kilauan dunia yang selalu merayu kita untuk masuk dan menikmatinya. Kiranya kita mampu ... (SKw)

 

Pelita Hati: "Mendengarkan Putera  Allah adalah jalan keselamatan kita, karena Dia adalah Sabda yang menyelamatkan."

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

RENUNGAN HARIAN: Sabtu, 3 Maret 2012

RENUNGAN HARIAN: Sabtu, 3 Maret  2012

Mat  5 : 43 – 48

Dalam khotbah di bukit, Yesus berkata, "Kalian telah mendengar bahwa disabdakan, 'Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu.' Tetapi Aku berkata kepadamu, 'Kasihilah musuh-musuhmu, dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kalian.' Karena dengan demikian  kalian menjadi anak-anak Bapamu di surga. Sebab Ia menerbitkan matahari-Nya bagi orang yang jahat, dan juga bagi orang yang baik. Hujan pun diturunkan-Nya bagi orang yang benar dan juga bagi orang yang tidak benar. Apabila kalian mengasihi orang yang mengasihi kalian, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kalian hanya memberikan salam kepada saudaramu saja, apakah lebihnya dari perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tak mengenal Allah pun berbuat demikian? Karena itu kalian harus sempurna sebagaimana Bapamu di surga sempurna adanya."

 

SEMPURNA SEPERTI  BAPA DI SURGA

Seringkali kita dengar orang bertanya: "Anak siapa itu?" Lalu kita jawab: "Anak si anu..." dan mereka akan menyambung: "Oh..... pantas ya seperti ayahnya! Ayahnya itu orang baik, makanya anaknya juga baik." Demikian dalam keseharian hidup kita, kebaikan anak selalu dikaitkan dengan kebaikan orangtuanya.

Pengaitan kebaikan anak dengan orangtua ini senada dengan Injil hari ini. Dalam Injil hari ini Tuhan Yesus mengatakan hal yang sama kepada kita ketika Ia mengatakan: "Hendaklah kamu sempurna seperti Bapa-Mu yang di Surga adalah sempurna." Dia memberitahu caranya menjadi sempurna, yakni mengasihi semua orang tanpa memandang muka, bahkan juga musuh-musuh kita.

Kita semua tahu, bahwa hal itu tidak mudah. Tetapi pada prinsipnya kalau kita memang anak-anak Bapa di Surga, kita juga akan memancarkan kebaikan Bapa itu kepada dunia, meskipun kecil dan terbatas. Kata-kata Yesus dalam Injil hari ini adalah panggilan bagi kita semua. Tidak perlu kita berkecil hati atas kekurangan dan kekecilan kita, justru karena kita kecil dan berkekurangan kita dipanggil untuk menjadi sempurna. Hal yang paling penting bagi kita adalah ada kemauan dan usaha untuk melakukannya. Selebihnya, Bapa sendiri akan menyempurnakannya (SKw).

 

Pelita Hati: "Hendaklah kamu sempurna seperti Bapa-Mu yang di Surga adalah sempurna."

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

RENUNGAN HARIAN: Jumat, 2 Maret 2012

RENUNGAN HARIAN: Jumat, 2 Maret  2012

Mat 5: 20-26

Dalam khotbah di bukit berkatalah Yesus kepada murid-murid-Nya,

"Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar daripada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, kalian tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga. Kalian telah mendengar apa yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum; Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; barangsiapa berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke mahkamah Agama, dan siapa yang berkata: Jahil!  harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala. Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahan di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkan persembahan di depan mezbah itu, dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahan itu. Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim, dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya, dan engkau....

 

NILAI PLUS PENGIKUT KRISTUS

Seorang bapak berkomentar: "Menjadi pengikut Kristus itu susah. Karena yang diminta dari para pengikut Kristus itu sulit-sulit. Misalnya, tidak boleh bercerai, tidak boleh poligami, kalau diminta berjalan satu mil harus berjalan dua mil, kalau ditampar pipi kiri harus memberikan pipi kanan dan seterusnya..., maka saya tidak mau jadi orang Kristen. Coba kalau mudah, pasti dari dulu saya sudah jadi pengikut Kristus."

Komentar bapak itu, memang benar. Menjadi pengikut Kristus memang tidak mudah. Yesus sendiri bersabda dalam Injil hari ini: "Kalau hidup keagamaanmu tidak lebih benar daripada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam kerajaan Surga." Kita tahu bahwa orang-orang Farisi dan para ahli Taurat adalah orang beragama tingkat atas di kalangan Yahudi. Mereka menguasai hukum Taurat dan terkenal saleh dalam penampilan mereka. Tetapi Yesus tidak ingin para pengikut-Nya hanya seperti itu.

Pengikut Yesus bukan hanya tidak boleh membunuh melainkan lebih dari itu. Marah, merendahkan, memusuhi sesama saudara juga tidak dibenarkan bagi para pengikut Kristus. Di sini Kristus menunjuk pada apa yang paling dasar dan yang menjadi akar. Tindakan membunuh bisa disebabkan oleh marah, berkata kasar, sikap merendahkan, dan lain-lain. Maka larangan membunuh dalam hukum Kristus menyangkut hal yang lebih mendasar, yakni akarnya. Seperti orang mencabut rumput; bukan hanya dipotong melainkan dicabut sampai ke akar-akarnya (SKw).

 

Pelita Hati: "Lebih baik mencabut akarnya daripada menebas batangnya."

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

RENUNGAN HARIAN: Kamis, 1 Maret 2012

RENUNGAN HARIAN: Kamis, 1 Maret 2012

Mat 7 : 7 – 12

Dalam khotbah di bukit Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Mintalah, maka kamu akan diberi ; carilah, maka kamu akan mendapat ;

ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta akan menerima, setiap orang yang mencari akan mendapat, dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu akan dibukakan.

Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberikan yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di surga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya." Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.

 

PILIHAN HIDUP

Ratu Ester memanfaatkan posisi hidupnya untuk membela bangsanya dengan minta dukungan puasa dan doa dari kaum keluarganya. Setelah menerima dukungan puasa dan doa, ia dengan gagah berani menghadap raja dengan mau menanggung risiko dibunuh demi membela kebenaran. Baginya menegakkan kebenaran lebih berharga dibanding posisi sebagai ratu. Maka ia rela mati untuk mempertahankannya.

Risiko yang hampir sama juga terjadi pada orang-orang Majus. Orang-orang Majus mencari Yesus yang baru dilahirkan lewat bimbingan bintang. Setelah mereka menemukan Yesus, mereka bergembira, memberi kado tetapi mereka tidak kembali pada Herodes karena diingatkan lewat mimpi. Ester dan orang-orang Majus memiliki kesamaan sikap, yaitu mereka lebih mendengarkan, percaya, dan bertindak sesuai dengan hati nurani yang dari Allah daripada menaati kehendak penguasa dunia.

Apa dan bagaimana keberadaan kita dalam hidup sehari-hari khususnya pola pikir, pola rasa, dan pola bertindak? Semoga Allah Roh Kudus lahir dan menjiwai kita dalam seluruh hidup, apa pun keadaannya dapat membahagiakan batin kita. Kita harus berani memilih berbuat baik walau menderita daripada menderita karena berbuat jahat. Tetapi, sejauh mana kita memiliki kepercayaan pada Yesus? Apakah kita masih banyak menuntut tanda atau percaya seutuhnya dan menyerahkan segalanya pada Yesus? Bila hal itu kita miliki kita pasti akan hidup berbahagia (SKw).

 

Pelita Hati: "Kita harus berani berbuat baik walau menderita daripada menderita karena berbuat jahat."

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Sabtu, 25 Februari 2012

RENUNGAN HARIAN: Rabu, 29 Februari 2012

RENUNGAN HARIAN: Rabu, 29 Februari 2012

Luk 11 : 29 – 32

Sekali peristiwa Yesus berbicara kepada orang banyak yang mengerumuni Dia, "Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menuntut suatu tanda, tetapi mereka tidak akan diberi tanda selain tanda Nabi Yunus. Sebab sebagaimana Yunus menjadi tanda bagi orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak manusia akan menjadi tanda bagi angkatan ini. Pada waktu penghakiman ratu dari selatan akan bangkit bersama orang dari angkatan ini dan akan menghukum mereka : Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengarkan hikmat Salomo, dan sungguh, yang ada di sini lebih daripada Salomo! Pada waktu penghakiman orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan mereka akan menghukumnya. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat waktu mereka mendengarkan pemberitaan Yunus, dan sungguh, yang ada di sini lebih daripada Yunus!"

 

PERTOBATAN

Sangat menarik bahwa raja kota Niniwe menjadi sehati dan sejiwa dengan semua rakyat dewasa, anak-anak bahkan ternak pun berpuasa. Mereka bertobat dari kejahatannya karena mereka percaya kepada nabi Yunus yang diutus Allah untuk menyampaikan firman-Nya. Firman itu mereka laksanakan dalam hidup mereka melalui pertobatan. Allah melihat pertobatan mereka itu sehingga tidak jadi membinasakan kota Niniwe yang indah dan permai.

Nabi Yunus dan Yesus memiliki kesamaan yakni sama-sama utusan Allah. Bedanya Yesus bukan sekadar nabi tetapi manusia Allah yang diutus oleh Bapa. Hal ini Ia buktikan melalui berbagai mukjizat dan tanda yang dihadirkan-Nya. Tetapi orang-orang tetap tidak percaya dan tidak mau menerima pewartaan-Nya bahkan menuntut tanda. Yesus tidak mau membuat tanda kecuali mengetengahkan contoh nabi Yunus sebagai utusan dan tanda kuasa Allah untuk menghakimi.

Bagaimana dengan kita? Apakah kita seperti orang-orang Niniwe yang percaya dan mau mengubah diri dari tingkah laku yang kurang berkenan di hadapan Allah hakim yang adil? Hanya kita sendirilah yang dapat menjawabnya. Jawaban kita merupakan gambaran diri kita di hadapan Allah yang Mahabaik (SKw).

 

Pelita Hati: "Pengikut Yesus harus berani mengubah diri dari tingkah laku yang kurang berkenan di hadapan-Nya"

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

RENUNGAN HARIAN: Selasa, 28 Februari 2012

RENUNGAN HARIAN: Selasa, 28 Februari 2012

Luk 11 : 29 – 32

Dalam khotbah di bukit Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Dalam doamu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doa mereka dikabulkan. Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta pada-Nya. Karena itu berdoalah begini : "Bapa kami yang di surga, dikuduskanlah nama-Mu. Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga, Berilah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya, dan ampunilah kami atas kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam percobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. Amin." Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang,

Bapamu yang di surga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang. Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu."

 

DOA DAN BERKAT

Seorang anak berusia sekitar 11 tahun dengan polos berkata kepada pastor parokinya, "Pastor saya mohon berkat dan doa dari Pastor karena besok saya akan menghadapi ujian sekolah. Dia berlutut, kedua tangannya terkatub sujud di hadapan pastor parokinya dan pastor paroki itu memberi berkat dan berdoa untuknya. Setelah selesai menerima berkat dan doa dia menyalam pastor parokinya sambil berterima kasih dan pergi dengan sukacita."

Betapa besar peranan doa bagi anak itu dalam menghadapi ujian sekolah. Ia percaya bahwa doa dapat mengantarnya untuk mengikuti ujian dengan tenang dan penuh konsentrasi sebab Tuhan akan mendampingi dan mengajarinya yang terbaik. Keyakinan itulah yang membuat anak itu meminta doa dan berkat kepada pastor parokinya.

Saudara-saudari terkasih, bacaan Injil hari ini mengingatkan kepada kita, betapa besar peranan Bapa dalam hidup kita sehari-hari. Ilustrasi di atas mau menggambarkan betapa Bapa itu lemah-lembut, sabar lagi penyayang, mendengarkan setiap doa dan permohonan dari anak-anak-Nya, dan mengabulkan permohonan itu sejauh hal itu dianggap baik dan tidak merugikan keselamatan nyawa anak-anak-Nya. Nah, marilah kita terus-menerus berusaha untuk bertekun di dalam doa sehingga kita boleh tetap setia kepada Allah Bapa yang mengasihi dan mencintai kita umat-Nya (SKw).

 

Pelita Hati: "Doa yang tulus dan penuh kepercayaan akan mengetuk pintu hati Allah."

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan

Selasa, 21 Februari 2012

RENUNGAN HARIAN: Senin, 27 Februari 2012

RENUNGAN HARIAN: Senin, 27 Februari 2012

Mat 25 : 31 – 46

Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya, dan Ia akan memisahkan mereka seorang daripada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing; Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya, dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya. Lalu Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. Maka orang-orang benar itu akan bertanya kepada-Nya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum?....

 

PERBUATAN BAIK

Suatu hari tinggallah seorang gadis remaja di rumah. Dia bertugas menjaga rumah dan seluruh isinya. Ayah dan ibunya sibuk dengan aktivitas harian mereka. Ketika ia sedang duduk santai di teras rumah datanglah seorang "Salesman" yang berpenampilan rapi dan sopan menghampiri dia sambil menawarkan barang dagangannya. Di sela-sela percakapan, salesman itu meminta segelas air putih, dengan berkata, "Saya haus". Tanpa pikir panjang, gadis itu segera mengambil segelas air putih dan memberikan kepadanya tanpa menaruh rasa curiga sedikit pun.

Kebaikan dan keikhlasan gadis itu memberikan segelas air putih kepada salesman itu sungguh terpuji. Ia tidak sedikit pun curiga pada salesman itu. Niat dan pikirannya hanya menolong agar salesman itu tidak kehausan lagi. Niat itu spontan ia laksanakan ketika ada permintaan dari salesman itu.

Injil hari ini berbicara mengenai upah yang akan diterima oleh seseorang di kehidupan yang akan datang. Perbuatan baik yang kita lakukan semasa hidup di dunia ini sangat menentukan kehidupan kita di masa yang akan datang. Singkatnya, jika di dunia ini kita berbuat baik terhadap sesama maka di masa akan datang Tuhan akan menimbangnya untuk memberikan yang terbaik pula bagi kita. Sebaliknya, bila di dunia kita tidak melakukan perbuatan yang baik maka Tuhan pun akan menimbangnya untuk memberikan apa yang terbaik bagi kita sesuai perbuatan tidak baik yang kita lakukan. Semoga kita dapat memilih perbuatan yang baik selama hidup di dunia ini ... (SKw)

 

Pelita Hati: "Berilah apa yang bisa kamu beri, lakukanlah apa yang bisa kamu perbuat karena itu semua adalah jalan menuju Bapa."

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

RENUNGAN HARIAN: Minggu, 26 Februari 2012

RENUNGAN HARIAN: Minggu, 26 Februari 2012

Mrk 1 : 12 – 15

Sekali peristiwa Roh memimpin Yesus  ke padang gurun. Di padang gurun itu Ia tinggal empat puluh hari lamanya, dan dicobai oleh Iblis. Yesus berada di sana di antara binatang-binatang liar, dan malaikat-malaikat melayani Dia. Sesudah Yohanes Pembaptis ditangkap, datanglah Yesus ke Galilea memberitakan Injil Allah. Yesus memberitakan, "Waktunya telah genap. Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!"

 

BERTOBATLAH

Dalam kitab Kejadian, Allah mengadakan perjanjian dengan nabi Nuh. Isi perjanjian itu mengatakan bahwa tidak akan ada lagi air bah atau permusuhan di bumi ini. Allah mengajak manusia agar hidup dalam perdamaian, baik dengan Allah maupun dengan sesama. Begitu pula dalam bacaan surat St. Petrus, Tuhan menjanjikan keselamatan. Untuk memperoleh keselamatan, manusia harus tetap memelihara hidup yang baik dan benar di hadapan Allah.

Dalam Injil Markus hari ini Yesus menunjukkan sikap dan komitmen-Nya terhadap godaan iblis. Yesus datang ke dunia untuk menjalankan misi pewartaan supaya manusia selamat melalui pertobatan. Pertobatan dapat kita lakukan dengan mengakui segala dosa-dosa kita di hadapan Allah dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Dengan itu Allah akan menghapus dosa-dosa kita sehingga hubungan kita terhadap-Nya akan menjadi baik kembali.

Minggu Prapaska I ini, mengajak kita untuk masuk dalam permenungan supaya  bersatu dengan Allah dan menjalankan misi Yesus. Misi Yesus yakni menjadi pewarta yang setia dan menjadi orang yang terus-menerus bertobat, sehingga buah-buah pewartaan membawa kasih yang menyelamatkan dan membahagiakan bagi sesama maupun diri sendiri (SKw).

 

Pelita Hati: "Jadilah pewarta yang setia dengan terus-menerus bertobat sehingga buah-buah pewartaan membawa kasih yang menyelamatkan dan membahagiakan."

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

RENUNGAN HARIAN: Sabtu, 25 Februari 2012

RENUNGAN HARIAN: Sabtu, 25 Februari 2012

Luk 5 : 27 – 32

Sekali peristiwa Yesus melihat seorang pemungut cukai, yang bernama Lewi, sedang duduk di rumah cukai. Yesus berkata kepadanya,"Ikutlah Aku!" Maka berdirilah Lewi dan meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Dia. Lalu Lewi mengadakan suatu perjamuan besar untuk Yesus di rumahnya. Sejumlah besar pemungut cukai dan orang-oang lain ikut makan  bersama-sama dengan Dia. Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat bersungut-sungut kepada murid-murid Yesus, "Mengapa kamu makan dan minum bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?" Lalu jawab Yesus kepada mereka,  "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit! Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat."

 

PERHATIAN DAN BELAS KASIH

Dalam tulisan nabi Yesaya maupun Injil dikatakan bahwa Allah penuh perhatian dan berbelas kasih kepada orang yang dipojokkan dan dianggap berdosa oleh sesamanya. Hal itu terbukti dari pertemuan Yesus dengan Lewi pemungut cukai. Pertemuan itu merupakan perjumpaan kasih yang sungguh membahagiakan. Lewi yang dianggap oleh orang Farisi dan ahli Taurat sebagai koruptor dan pendosa diangkat oleh Yesus menjadi manusia yang berbahagia serta mengalami kesembuhan secara lahir batin.

Sebagai tanda ucapan syukur, Lewi pun mengadakan perjamuan bersama Yesus serta rekan seprofesinya untuk menjalin kasih persaudaraan. Lewat ucapan syukur ini Lewi membulatkan tekad untuk menjadi pengikut Yesus. Akhirnya Lewi melaksanakan niatnya itu dengan meninggalkan segala-galanya dan mengikuti Yesus dengan setia.

Dalam doa Prapaskah ini Injil mengajak kita untuk masuk dalam refleksi dan bertanya pada diri bagaimana sikap kita, baik terhadap Tuhan maupun terhadap sesama. Apakah kita mampu mengikuti Lewi untuk menjadi pengikut Yesus dengan meninggalkan segala perbuatan-perbuatan yang kurang berkenan kepada Yesus selama ini? Hanya kita yang tahu (SKw).

 

Pelita Hati: "Pengikut Yesus harus rela meninggalkan segala perbuatan-perbuatan yang kurang berkenan kepada-Nya."

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

RENUNGAN HARIAN: Jumat, 24 Februari 2012

RENUNGAN HARIAN: Jumat, 24 Februari 2012

Mat 9 : 14 – 15

Sekali peristiwa datanglah murid-murid Yohanes kepada Yesus dan berkata, "Mengapa kami dan orang-orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?" Jawab Yesus kepada mereka, "Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka, dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa."

 

KEWAJIBAN BERPUASA

Segala sesuatu ada waktunya, demikianlah kata pengkhotbah. Begitu pula dalam hal berpuasa seperti terdapat dalam perikop Injil hari ini yang ditanyakan oleh murid-murid Yohanes kepada Yesus: Mengapa murid-murid Yesus tidak berpuasa seperti yang mereka lakukan. Yesus menjawab dengan sangat bijaksana bahwa waktunya akan datang ... berarti bahwa murid-murid-Nya tetap akan berpuasa tapi belum waktunya.

Melihat peristiwa ini banyak hal yang dapat kita renungkan dan ambil maknanya. Salah satunya adalah kewajiban berpuasa tetap harus dijalankan oleh umat beriman dengan segala macam wujud tapi itu ada waktunya. Segala sesuatunya dapat berjalan sebagaimana mestinya. Tapi jangan sampai terlena, ketika tiba pada waktu yang sudah ditentukan malah tidak melakukan puasa, hal seperti ini kurang tepat. Bukankah Yesus sudah mengatakan kalau Ia sudah tidak bersama-sama dengan murid-murid-Nya lagi maka mereka tetap harus berpuasa...? Lalu bagaimana dengan kita...? Hanya diri kita sendirilah yang tahu. Tuhan  melihat niat baik kita dalam hal yang sederhana sekalipun, demi keselamatan jiwa kita (SKw).

 

Pelita Hati: "Berpuasalah dengan membuat hal-hal baik dalam hidupmu yang berkenan di hati Allah"

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Minggu, 19 Februari 2012

RENUNGAN HARIAN: Kamis, 23 Februari 2012

RENUNGAN HARIAN: Kamis, 23 Februari 2012

Luk. 9 : 22 – 25

Sekali peristiwa Yesus berkata kepada murid-murid-Nya bahwa Anak Manusia harus menanggung penderitaan, dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat lalu dibunuh, tetapi dibangkitkan pada hari ketiga. Kata-Nya kepada mereka semua,  "Setiap orang yang mau mengikut Aku, harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku ia akan menyelamatkannya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri?"

 

BERKORBAN MENCINTAI

Cinta seringkali menuntut sebuah pengorbanan dari setiap orang yang mau mencintai. Demikianlah Yesus mengingatkan para pengikut-Nya bahwa mencintai Dia berarti juga harus mencintai penderitaan di dunia ini yang Ia sebut sebagai salib. Padahal salib justru seringkali dihindari oleh manusia pada umumnya. Tapi konsekuensi cinta memang harus demikian adanya. Bukankah Yesus telah memberikan contoh ideal bagi kita?

Mencintai sebenarnya sudah tidak asing lagi bagi kita tapi sering diterjemahkan lain dalam praktik hidup. Kita tidak ingin mengalami penderitaan, kesulitan ataupun bencana. Kita hanya ingin mengalami kebahagiaan dan senang-senang saja. Ketika terjadi pengkhianatan, kita seperti cacing kepanasan tidak terima dan lain sebagainya. Kita menuntut untuk dicintai, hidup bahagia seperti yang kita inginkan. Padahal mencintai berarti memberi tanpa menuntut balas, menerima setiap perlakuan yang tidak berkenan di hati, menanggungnya sebagai salib, seperti yang dilakukan oleh St. Polikarpus yang kita peringati hari ini (SKw).

 

Pelita Hati: "Salib Yesus selalu mengajar dan mengajak kita untuk mencintai dengan tulus dan murni."

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

RENUNGAN HARIAN: Rabu, 22 Februari 2012

RENUNGAN HARIAN: Rabu, 22 Februari 2012

Mat 6 : 1-6; 16 -18

Dalam khotbah di bukit Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya, "Hati-hatilah, jangan sampai melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat. Karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di surga. Jadi, apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong supaya dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi.

Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri di rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu,'Mereka sudah mendapat upahnya.'

Tetapi jika engkau berdoa masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu, dan berdolah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.

Dan apabila kamu berpuasa. Janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu,'Mereka sudah...

 

NILAI TERSEMBUNYI

"Aku selalu berpuasa. Empat jam sehari doa hening. Tengah malam saya bangun untuk berdoa." Demikian cerita seseorang kepada teman-temannya. Apa yang dia katakan memang tampak pada penampilannya; selalu serius, berjalan dengan kepala tertunduk dan agak miring sedikit. Suatu hari, tanpa sengaja seorang teman menyepak kucing kesayangannya. Ia marah besar sampai-sampai semua barang yang ada di sekitarnya jadi sasaran kemarahannya.

Dalam bacaan Injil hari ini, dilukiskan tentang hal berpuasa. Jika berpuasa tidak perlu diperlihatkan kepada orang lain cukup kepada Bapa yang ada di tempat tersembunyi. Puasa itu untuk diamalkan bukan dipamerkan pada orang lain agar dipandang orang benar. Hendaknya puasa kita memiliki wujud nyata terhadap sesama bukan seremonial semata. Bukan sekadar ikut kebiasaan yang ditanamkan tetapi tidak memiliki makna.

Puasa hendaknya menjadi suatu perbuatan yang terpaut pada hati bukan lahiriah saja. Perbuatan yang berakar dalam hati, tidak terikat pada penampilan lahiriah. Allah yang tersembunyi menjadi sumber perbuatan itu, sehingga kita dapat bertahan meskipun mengalami gangguan dan kesulitan. Gangguan dan kesulitan bersumber dari Allah sebagai ujian bagi aplikasi puasa kita masing-masing. Jika kita tidak mampu menghadapinya maka puasa kita masih perlu dipertanyakan, sebaliknya jika kita mampu menghadapinya maka Allah akan makin dekat pada kita. Semoga ... (SKw)

 

Pelita Hati: "Nilai sebuah perbuatan bukan bergantung pada yang lahiriah melainkan pada sikap hati yang baik."

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

RENUNGAN HARIAN: Selasa, 21 Februari 2012

RENUNGAN HARIAN: Selasa, 21 Februari 2012

Mat 16 : 13 – 19

Sekali peristiwa Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi. Ia bertanya kepada murid-murid-Nya, "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?" Jawab mereka, "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi." Lalu Yesus bertanya kepada mereka, "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Simon Petrus, "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" Kata Yesus kepadanya, "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus, sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di surga. Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus, dan di atas batu karang ini akan Kudirikan jemaat-Ku, dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Surga, dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di surga."

 

YANG MENCINTA: MENGENAL DENGAN BAIK

Pengenalan yang benar pada seseorang tidak dapat dilepaskan dari rasa cinta. Dapat dikatakan bahwa hanya orang yang mencintailah yang dapat mengenal seseorang secara benar. Jika tidak, cintanya tentu masih boleh diragukan. Keraguan muncul akibat dangkalnya perkenalan atau mengenal hanya sepintas. Maka tidak heran jika ada kata orang bijak yang mengatakan tak kenal maka tak sayang setelah kenal maka sayang. 

Dalam bacaan Injil hari ini, Petrus dengan tegas menjawab pertanyaan Yesus mengenai siapa Dia dengan mengatakan,  "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" Jawaban Petrus atas pertanyaan Yesus itu lahir dari dalam hatinya yang paling dalam. Hal itu membuktikan bahwa Petrus sangat mengenal Yesus dengan baik. Petrus sungguh pantas dikatakan berbahagia karena Bapa berkenan menyatakan rahasia yang tersembunyi bagi banyak orang kepadanya. 

Pengenalan akan Yesus ini berkembang dalam perjalanan hidupnya. Hal itu nyata dalam suratnya dalam bacaan yang pertama. Dalam surat itu nyata bahwa ia bukan hanya sekadar tahu menyebutkan siapa Yesus, melainkan ia tahu apa yang dikehendaki Yesus dan melaksanakannya. Itulah bukti pengenalan yang sejati. Mari kita juga merenungkan: sejauh mana pengenalan kita akan Yesus? (SKw)

 

Pelita Hati: "Tak kenal maka tak sayang."

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Rabu, 15 Februari 2012

RENUNGAN HARIAN: Senin, 20 Februari 2012

RENUNGAN HARIAN: Senin, 20 Februari 2012

Mrk 9:14-29

Pada suatu hari Yesus bersama Petrus, Yakobus dan Yohanes, turun dari gunung, lalu kembali pada murid-murid lain. Mereka melihat orang banyak mengerumuni para murid itu, dan beberapa ahli Taurat sedang mempersoalkan sesuatu dengan mereka. Ketika melihat Yesus, orang banyak itu tercengang-cengang semua, dan bergegas menyambut Dia.

Yesus lalu bertanya kepada mereka, "Apa yang kamu persoalkan dengan mereka? " Kata seorang dari orang banyak itu, "Guru, anakku ini kubawa kepada-Mu karena ia kerasukan roh yang membisukan dia. Setiap kali roh itu menyerang, anakku dibantingnya ke tanah. Lalu mulutnya berbusa, giginya berkertakan, dan tubuhnya menjadi kejang. Aku sudah meminta kepada murid-murid-Mu, supaya mereka mengusir roh itu, tetapi mereka tidak dapat." Maka kata Yesus kepada mereka, "Hai kamu angkatan yang tidak percaya, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu kemari!" Lalu mereka membawanya kepada Yesus. Dan ketika roh itu melihat Yesus, anak itu segera digoncang-goncangnya; dan anak itu terpelanting di tanah dan terguling-guling, sedang mulutnya berbusa. Kemudian Yesus bertanya kepada ayah anak itu, "Sudah berapa lama ia mengalami ini?" Jawabnya,"Sejak masa kecilnya! Seringkali roh itu menyeretnya ke dalam api ataupun ke dalam air untuk...

 

BEKAL DALAM KARYA

Sebelum seseorang diutus untuk melaksanakan tugas ke suatu tempat maka kepadanya lebih dulu dilakukan pembekalan khusus. Pembekalan khusus ini bisa berupa penyerahan wewenang atau tugas sebagai bentuk tanggung jawab dan pekerjaannya di tempat yang baru. Dengan itu orang yang diutus akan betul-betul siap dengan situasi baru dari hal kecil hingga hal besar sekalipun.

Hal serupa juga dilakukan Yesus pada murid-murid-Nya. Ketika Yesus mengutus murid-murid-Nya mewartakan kabar gembira, kepada mereka diberi kuasa untuk mengusir roh-roh jahat. Kuasa serupa juga diberikan pada para pengikut Yesus zaman ini, yakni kita yang percaya pada-Nya. Bukan hanya itu, bahkan ada orang-orang dan imam-imam tertentu yang secara resmi diberi tugas untuk mengusir roh jahat (para exorsis).

Tentu bukan hal yang mudah untuk mengetahui seseorang kerasukan roh jahat. Apabila terjadi demikian sementara orang atau imam yang diberi kuasa untuk itu tidak ada maka kita sendiri dapat melakukannya. Kita dapat melakukannya dengan penuh iman dengan berkata: "Dalam nama Yesus, aku katakan, keluarlah dari orang ini dan jangan datang lagi!" Atau kita dapat berdoa, sebab seperti kata Yesus dalam Injil hari ini, bahwa jenis yang paling bandal pun dapat diusir dengan doa (SKw).

 

Pelita Hati: "Setiap pengikut Kristus diberi kuasa untuk mengusir roh jahat"

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

RENUNGAN HARIAN: Minggu, 19 Februari 2012

RENUNGAN HARIAN: Minggu, 19 Februari 2012

Mrk 2:1-12

Selang beberapa hari sesudah Yesus  datang ke Kapernaum, tersiarlah kabar bahwa Ia ada di rumah. Maka datanglah orang-orang berkerumun sehingga tidak ada lagi tempat, bahkan di muka pintu pun tidak. Sementara Yesus memberitakan firman kepada mereka, beberapa orang datang membawa kepada-Nya seorang lumpuh, digotong oleh empat orang. Tetapi mereka tidak dapat membawanya kepada Yesus karena orang banyak itu. Maka mereka membuka atap yang di atas Yesus. Sesudah atap terbuka, mereka menurunkan tilam, tempat orang lumpuh itu terbaring. Melihat iman mereka, berkatalah Yesus kepada orang lumpuh itu, "Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!" Tetapi di situ duduk juga beberapa ahli Taurat. Mereka berpikir dalam hati, "Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapakah yang dapat mengampuni selain Allah sendiri? Tetapi Yesus langsung tahu dalam hati-Nya bahwa mereka berpikir demikian. Maka Yesus berkata kepada mereka, "Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu? Manakah lebih mudah: Mengatakan kepada orang lumpuh ini 'Dosamu sudah diampuni', atau mengatakan 'Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah? Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa, ...

 

IMAN YANG MENYEMBUHKAN

Ketika salah satu anggota keluarga orang kaya sakit, seluruh keluarga akan berusaha sekuat tenaga untuk mengobatinya hingga sembuh. Ada yang mencari dokter ahli, rumah sakit paling hebat (bahkan ke luar negeri) hingga biaya pengobatan. Besar biaya dan ke mana pun berobat tidak masalah yang penting sembuh.

Injil hari ini bercerita tentang orang lumpuh yang disembuhkan Yesus. Keempat orang yang menggotong orang lumpuh di tempat tidurnya mencari cara, bagaimana agar si lumpuh itu bisa sampai pada Yesus. Akhirnya mereka membongkar sebagian atap rumah tepat di mana Yesus berada. Mereka tidak peduli pada rasa kesal pemilik rumah itu. Mereka percaya bahwa Yesus mampu menyembuhkan sahabat mereka itu. Usaha luar biasa dan berani ini menunjukkan betapa besar kepercayaan mereka akan kuasa Yesus. Maka Yesus melakukan penyembuhan dan yang pertama ialah penyembuhan batin: "Dosamu sudah diampuni," kata Yesus. Setelah batinnya sembuh dilanjutkan dengan penyembuhan badannya: "Bangunlah dan angkatlah tempat tidurmu."

Jika kita mencari pertolongan dari Tuhan maka kita harus percaya pada kuasa Tuhan itu sendiri. Kuasa Tuhan dapat menyembuhkan segala penyakit yang kita derita apa pun jenisnya. Tentu jalan untuk mencari kesembuhan itu tidak mudah melainkan membutuhkan perjuangan yang keras. Beranikah kita datang pada Yesus untuk meminta kesembuhan kita? (SKw)

 

Pelita Hati: "Tiada yang mustahil bagi Tuhan karena Dia punya kuasa atas langit dan bumi."

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

RENUNGAN HARIAN: Sabtu, 18 Februari 2012

RENUNGAN HARIAN: Sabtu, 18 Februari 2012

Mrk 9:2-13

Pada suatu hari Yesus berbicara tentang bagaimana Ia akan menderita sengsara. Sesudah itu Ia membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes, dan bersama mereka naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendirian saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka dan pakaian-Nya menjadi sangat putih berkilat-kilat. Tak seorangpun di dunia ini yang sanggup mengelantang pakaian seperti itu. Maka nampaklah kepada mereka Elia dan Musa yang sedang berbicara dengan Yesus.

Lalu Petrus berkata kepada Yesus, "Rabi, betapa bahagianya kami berada disini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia." Petrus berkata demikian, sebab tidak tahu apa yang harus dikatakannya, karena mereka sangat ketakutan. Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan terdengar suara, "Inilah anak-Ku terkasih, dengarkanlah Dia." Dan sekonyong-konyong, waktu memandang sekeliling mereka tidak lagi melihat seorang pun kecuali Yesus sendiri. Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan supaya mereka jangan menceritakan kepada siapa pun apa yang telah mereka lihat itu sebelum Anak Manusia bangkit...

MESIAS YANG MULIA DAN BENAR

Hati setiap orang adalah antena untuk menangkap suara Tuhan. Untuk itu,  diperlukan suasana G. Tabor yang melambangkan keheningan. Keberadaan Yesus di gunung Tabor bersama ketiga murid-Nya untuk memberi kenangan indah sebagai nostalgia tak terlupakan bagi mereka. Yesus ingin memberikan semangat atau kekuatan khusus bagi mereka, ketika mereka kelak menyaksikan Yesus menderita di Taman Zaitun, memikul salib, dan wafat di salib, demi menyelamatkan semua manusia.

Para murid Yesus terpesona dalam kemuliaan di atas gunung Tabor. Namun, keterpesonaan mereka tidak lama sebab Yesus langsung mengajak mereka turun dari gunung ke dunia nyata. Tempat terjadinya segala relasi, kegiatan, dan situasi yang  kurang  simpati. Di sinilah iman mereka akan diuji. Dalam situasi yang demikian, apakah kita juga mampu  bertahan dan diharapkan  bercahaya menjadi kemuliaan bagi Allah dan semua manusia?

Beriman artinya mendengarkan Putra Allah yang dikasihi Bapa. Kita mendengarkan Kristus dengan sepenuh hati bila kita menyatu dengan Dia, demi kepentingan dan penyelamatan. Namun, mendengarkan itu sangat sulit. Orang lebih terbiasa untuk berbuat sesuatu. Tapi suara dari langit itu tidak mengatakan: "Inilah Anak yang Kukasihi; cintailah Dia atau Inilah Anak yang Kukasihi sembahlah Dia, melainkan Inilah Anak yang Kukasihi DENGARKANLAH DIA. Hal ini membuat kita bertanya, bagaimanakah aku mendengarkan Yesus selama ini? (SKw)

 

Pelita Hati: "Kita diharapkan  bercahaya dan menjadi kemuliaan bagi Allah dan semua manusia"

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

Minggu, 12 Februari 2012

RENUNGAN HARIAN: Jumat, 17 Februari 2012

RENUNGAN HARIAN: Jumat, 17 Februari 2012

Mrk 8:34-9:1

Pada suatu ketika Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya, dan berkata kepada mereka,"Setiap orang yang mau mengikuti Aku, harus menyangkal diri, memikul salibnya, dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkan nyawanya. Apa gunanya seseorang memperoleh seluruh dunia, tetapi kehilangan nyawanya? Karena apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? Kalau seseorang malu karena Aku dan karena perkataan-Ku di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, maka Anak Manusia pun akan malu karena orang itu apabila ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diiringi malaikat-malaikat kudus." Kata Yesus lagi kepada mereka ,"Aku berkata kepadamu; Sungguh, di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat kerajaan Allah datang dengan kuasa."

 

IMAN  PRIBADI  YANG  HIDUP

Yesus menanti jawabku, bukan menurut kata orang atau buku rohani; Yesus mendambakan jawaban yang bertolak dari pengalaman dan pengenalan pribadi tentang siapakah Yesus, bagiku dan bagi masing-masing dan itu bersumber pada hubungan pribadi dengan Yesus. Iman kita kepada Yesus tidak bisa hanya membebek orang lain. Kita harus mengimani, menghayati, dan memperdalam relasi kita dengan Yesus.

Jawaban Petrus amat jelas dan tepat, Engkau Mesias, tapi isi iman di balik jawaban itu masih  perlu diolah lagi. Mungkin bagi Petrus Mesias pada saat itu berarti menjadi Pemimpin yang identik dengan raja yang berkelimpahan, dihormati, dan dilayani. Pengertian Mesias yang demikian sangat berseberangan dengan tujuan Misi Yesus. Maka Yesus berkata: "Enyahlah iblis sebab pikiranmu lain dari pikiran-Ku!"

 Memang menyelaraskan pikiran kita dengan Kehendak Allah tidaklah mudah. Dari peristiwa penderitaan Yesus nyatalah bagi kita bahwa penderitaan memang bagian yang tak terpisahkan dari hidup kita, kendati kemanusiaan kita menolaknya. Tapi kita harus berani mengatakan (meski sulit) terjadilah KEHENDAKMU YA BAPA (SKw).

 

Pelita Hati: "Penderitaan merupakan bagian tak terpisahkan dari hidup manusia untuk sampai pada Bapa"

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

RENUNGAN HARIAN: Kamis, 16 Februari 2012

RENUNGAN HARIAN: Kamis, 16 Februari 2012

Mrk 8:27-33

Pada suatu hari Yesus bersama murid-murid-Nya pergi ke kampung-kampung di sekitar Kaisarea Filipi. Di tengah jalan ia bertanya kepada murid-murid-Nya, "Kata orang, siapakah Aku ini?" Para murid menjawab,"Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan: seorang dari para nabi." Yesus bertanya lagi kepada mereka, "Tetapi menurut kamu, siapakah Aku ini?" Maka Petrus menjawab,"Engkaulah Mesias!" Dan Yesus melarang mereka dengan keras, supaya jangan memberitahukan kepada siapa pun tentang Dia. Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan. Ia akan ditolak oleh para tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh, dan bangkit sesudah tiga hari. Hal itu dikatakan-Nya dengan terus terang. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegur-Nya. Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, kata-Nya,"Enyahlah Iblis! Sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.

 

TANDA CINTA

Petrus manusia yang gagal dengan pernyataan sendiri, kecil dan takut, mendengar pemberitahuan tentang derita: inilah manusia yang sebenarnya, tetapi ia menolak. Sikap Yesus begitu tegas ketika mengoreksi sikap Petrus, sabda-Nya, "Enyahlah iblis!" Penolakan itu sama seperti kepada iblis juga total, tidak kepalang tanggung.

Kita tahu bahwa Dia adalah Mesias, Tuhan yang menebus kita dengan penderitaan-Nya. Namun demikian, Yesus tidak mengandalkan sesuatu dari manusia khususnya para murid-Nya, sebab sengsara dan salib yang dipikul-Nya adalah tanda cinta yang paling agung pada manusia. Meskipun demikian, kerap kali kita ingin Yesus mau menjadi Tuhan seperti yang kita pikirkan. Untuk itu, sering kita tidak sadar "mengharuskan" Yesus mengabulkan doa-doa kita.

Hati manusia sulit diduga, bisa memuji dan mengagungkan Tuhan, yang di dunia tidak ada bandingannya, tetapi juga dapat menjadi penghambat, mau menyelewengkan rencana Tuhan bagi Mesias, seperti dilakukan iblis di padang gurun. Adakah kita memiliki kepercayaan terhadap Yesus yang memiliki kuasa membangunkan kita? (SKw)

 

Pelita Hati: "Tinggi rendahnya rohani bergantung dari rahmat Allah"

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

RENUNGAN HARIAN: Rabu, 15 Februari 2012

RENUNGAN HARIAN: Rabu, 15 Februari 2012

Mrk 8:22-26

Pada suatu hari Yesus dan murid-murid-Nya tiba di Betsaida. Di situ orang membawa kepada Yesus seorang buta dan mereka memohon supaya Ia menjamah dia. Lalu Yesus memegang tangan orang buta itu dan membawa dia keluar kampung. Lalu Ia meludahi mata si buta, dan meletakkan tangan di atasnya,  Ia bertanya,"Sudahkah kaulihat sesuatu?"

Orang itu memandang ke depan, lalu berkata,"Aku melihat orang! Kulihat mereka berjalan-jalan, tetapi tampaknya seperti pohon-pohon yang berjalan." Yesus kemudian meletakkan tangan-Nya lagi pada mata orang itu. Maka orang itu sungguh-sungguh melihat dan telah sembuh, sehingga ia dapat melihat segala sesuatu dengan jelas. Sesudah itu Yesus menyuruh dia pulang ke rumahnya dan berkata,"Jangan masuk kampung!"

 

KERJA SAMA

Apa yang dibawa dan diwartakan oleh Yesus merupakan pembaharuan situasi yang ada. Yesus lebih banyak berinisiatif mendekati orang, sehingga Yesus memerlukan kerja sama kita. Iman orang membawa seorang buta kepada Yesus menjadi pelaku aktif situasi sesama yang membutuhkan pertolongan tanpa pamrih. Penerangan iman berjalan tahap demi tahap. Yesus harus berkarya secara pribadi terhadap si buta. Sentuhan Yesus dengan daya kekuatan-Nya dibarengi pertanyaan pribadi, membawa kesadaran pada si buta akan situasi, dengan perkembangan terang di dalam dirinya.

Kita buta akan firman yang hidup, kita buta melihat kebaikan, keindahan segala makhluk ciptaan, kita abaikan tanpa mensyukurinya. Kita buta akan bantuan sesama sebaliknya akan sesama yang memohon bantuan. Kebutaan akibat dosa menjadi penghalang sukacita sejati keselamatan yang diwartakan oleh Yesus.

Yesus sendirilah yang bekerja, mendampingi, memegang tangan, menuntun dan menjadi penyebab timbul, tumbuh, dan perkembangan iman di bawah pewartaan Injil. Antara Yesus dan orang beriman ada hubungan pribadi sebagai seorang tabib dan seorang penderita. Yesus menyertai kita dan Roh Kudus-Nya pasti membimbing dan menguatkan kita (SKw).

 

Pelita Hati: "Kebutaan akibat dosa menjadi penghalang sukacita sejati keselamatan."

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

RENUNGAN HARIAN: Selasa, 14 Februari 2012

RENUNGAN HARIAN: Selasa, 14 Februari 2012

Mrk 8:14-21

Pada suatu hari murid-murid Yesus lupa membawa roti. Hanya sebuah roti saja yang ada pada mereka dalam perahu. Lalu Yesus memperingatkan mereka, kata-Nya, "Berjaga-jaga dan awaslah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes." Maka mereka berpikir-pikir, dan seorang berkata kepada yang lain, "Itu dikatakan-Nya karena kita tidak mempunyai roti." Ketika Yesus tahu apa yang mereka perbincangkan,

Ia berkata,"Mengapa kalian memperbincangkan soal tidak ada roti? Belum jugakah kalian memahami dan mengerti? Telah degilkah hatimu? Kalian mempunyai mata, tidakkah kalian melihat? Dan kalian mempunyai telinga, tidakkah kalian mendengar? Sudah lupakah kalian waktu  Aku memecah-mecahkan lima roti untuk lima ribu orang itu, berapa bakul penuh potongan-potongan roti yang kalian kumpulkan?" Jawab mereka,"Dua belas bakul." "Dan pada waktu tujuh roti untuk empat ribu orang itu, berapa bakul penuh potongan-potongan roti yang kalian kumpulkan?

Jawab mereka,"Tujuh bakul." Lalu kata Yesus kepada mereka, "Masihkah kalian belum mengerti?"

 

TETAP WASPADA

Pertengahan Mei yang lalu beberapa suster berangkat ke suatu daerah yang cukup jauh. Seperti biasanya kalau mau bepergian dalam waktu yang lama, segala sesuatu perlu dipersiapkan. Maka mereka pun mempersiapkan segala keperluan di tempat yang akan mereka tinggali.  Dari hal makan dan minum sampai peralatan tidur dan sebagainya.

Dalam Injil hari ini Yesus mengingatkan para murid-Nya dalam suatu perjalanan agar waspada terhadap pengaruh ajaran orang Farisi dan para ahli Taurat. Yesus sungguh tidak mau bahwa para murid-Nya terpengaruh oleh ajaran-ajaran yang sesat dari kaum Farisi. Ia dengan tegas menyadarkan mereka supaya tetap waspada. Namun, rupanya para murid Yesus itu lamban menangkap maksud perkataan Yesus. Akibatnya, mereka sibuk dengan urusan jasmani, yaitu mengenai roti yang tidak mereka bawa. Padahal mereka ikut menyaksikan waktu Yesus memperbanyak roti, tetapi para murid belum juga memahami apa yang telah dibuat Yesus.

Dalam hidup sehari-hari tidak jarang kita pun seperti para murid yang sibuk dengan urusan-urusan duniawi sehingga kurang peduli dengan peringatan Yesus untuk keselamatan jiwa. Kadang-kadang kita pun lamban hati untuk memahami atau mengerti dengan jelas ajaran Yesus. Orang yang  membuka hati untuk mendengarkan pesan-pesan Yesus adalah orang yang selalu waspada terhadap pengaruh ajaran-ajaran kaum Farisi. Kedua orang kudus hari ini, St.Sirilus dan Metodius, mengajak kita untuk selalu setia mempertahankan iman kita akan Yesus (SKw).

 

Pelita Hati: "Setialah mempertahankan iman akan Yesus apa pun yang terjadi."

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.

RENUNGAN HARIAN: Senin, 13 Februari 2012

RENUNGAN HARIAN: Senin, 13 Februari 2012

Mrk 8:11-13

Sekali peristiwa datanglah orang-orang Farisi dan bersoal jawab dengan Yesus. Untuk mencobai Dia mereka meminta daripada-Nya suatu tanda dari surga. Maka mengeluhlah Yesus dalam hati dan berkata,  "Mengapa angkatan ini meminta tanda? Aku berkata kepadamu,  Sungguh kepada angkatan ini sekali-kali tidak akan diberikan tanda." Lalu Yesus meninggalkan mereka. Ia naik ke perahu dan bertolak ke seberang.

 

TANDA DARI SURGA

Seorang ibu histeris serta memberontak ketika mendapat berita bahwa putranya meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas. Kesedihan ibu itu sangat mendalam sebab dia hanya memiliki seorang putra dan putranya ini baru selesai studi. Bahkan putranya ini telah diterima bekerja pada perusahaan besar luar negeri. Maut tidak bisa dielakkan saat pengendara melanggar peraturan lalu lintas yang sungguh rawan kecelakaan. Tetapi banyak pengendara tidak menaati tanda-tanda lalu lintas dengan baik. Jika setiap pengendara memperhatikan tanda-tanda lalu lintas dan tidak melanggarnya maka peristiwa kecelakaan itu tidak terjadi. Namun, sering kali para pengendara tak mau tahu pokoknya tancap gas akibatnya, maut menanti.

Injil hari ini berbicara mengenai tanda-tanda dari surga. Di mana orang-orang Farisi meminta tanda yang pernah dibuat oleh Yesus selama hidup-Nya padahal sudah banyak tanda yang dibuat Yesus, hanya orang Farisi itu tidak  mengindahkannya. Maka Yesus sangat kecewa pada pernyataan kaum Farisi itu, sehingga Yesus tidak memberikan tanda apa pun kepada mereka. Mereka mau menjebak Yesus untuk mempersalahkan-Nya. Yesus pun tidak menghiraukan orang-orang yang mencobai-Nya. Yesus malah meninggalkan mereka tanpa diberi tanda karena Yesus mengetahui isi hati mereka yang tidak murni.

Demikian juga dengan kita, Yesus telah membuat tanda-tanda agar kita selalu memperhatikan keselamatan kita dengan baik yang mana jika kita tidak menaati ajaran-ajaran Yesus maka kita tidak akan selamat atau mati.  Kalau saya merenungkan dalam hidup saya, bahwa keterbukaan hati untuk mengindahkan semua perintah Tuhan maka hidup saya akan selalu dilindungi Tuhan. Semoga kita tidak buta dan tuli dalam melihat dan mengindahkan tanda-tanda keselamatan kita.  Amin (SKw).  

 

Pelita Hati: "Jika kita tidak menaati ajaran-ajaran Yesus maka kita tidak akan selamat."

 

Diambil dari Nyalakanlah Pelita Hatimu, Renungan Harian 2012, Penerbit Bina Media Perintis, Medan.