Jumat, 24 Oktober 2008

Dialog antar umat beragama

Saudara-saudara tercinta,

Setelah tiba di Sumut tanggal 9 Oktober larut malam, sudah ada beberapa pengalaman di bidang kerja yang baru.  Saya diberi tugas memperkuat dan membangun jaringan kerja-sama dan dialog antara umat Islam dan Katolik di Sumut.



Bp. Uskup Agung meminta saya mewakili beliau bagi pertemuan Forum Lintas Agama dalam program KB di Sumatera Utara. Pertemuan itu diadakan di Hotel Grand Angkasa di Medan, tanggal 17 Oktober dari jam 9.00 sampai jam 17.00 dan diselenggarakan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Provinsi Sumatera Utara dalam kerja-sama dengan Kantor Agama Sumut.  Peserta pertemuan sekitar 100 orang dari keenam agama: Islam, Protestan, Katolik, Budha, Hindu dan Konghucu.  Bagi saya merupakan
kesempatan emas untuk mengenal tokoh-tokoh agama dan pejabat pemerintah.
Di samping itu juga berguna untuk membuat diri dikenal, sehingga sekurang-kurangnya wajahku mulai diingat orang.  Sempat juga berjabat tangan dengan Bp. Gubernur Sumatera Utara dan sejumlah pejabat lain yang hadir pada pertemuan itu.  Dari pihak katolik hadir juga Rm. Baru Alamsyah, Bp. Hubertus Lumban Batu dan Ibu Rita.


Pagi hari Selasa tanggal 21 Oktober saya mendapat kesempatan berbicara panjang lebar dengan Rm. Baru Alamsyah OSC mengenai pengalamannya di bidang hubungan antar-agama selama tahun-tahun terakhir ini.  Ternyata cukup luas lapangan kegiatan di bidang ini yang seyogyanya dikembangkan.

Hari Rabu tanggal 22 Oktober sore hari bertemu dengan Syech Ali Akbar Marbun, tokoh Islam yang sangat berpengaruh di Sumatera Utara. Pertemuan itu berupa kunjungan pribadi yang dapat diatur berkat bantuan Bp. Januari Siregar SH.  Kami diterima di ruang pertemuan pribadi dalam suasana sangat ramah dan bersahabat.  Ketika saya terangkan latar belakang kedatangan dan tujuan memperkuat dan membangun jaringan kerja-sama dan dialog antara umat Islam dan Katolik, ia langsung menyatakan sangat senang dengan itu.  Kita perlu hidup dalam damai, kata beliau, dan perlu menunjukkan kepada umat kita bahwa para pemuka agama saling mengenal dan saling menghargai, sanggup hidup dalam damai satu sama lain.  Pertemuan berlangsung selama satu jam penuh, di mana ada kesempatan saling mengenal dari lebih dekat.  Buya ini ramah, pembawa damai, terbuka dan jujur.  Pada akhir pertemuan diambil beberapa foto, kami menerima cendramata, dan beliau sendiri menemani kami sampai ke mobil dan menunggu kami berangkat.  Saya merasa diri benar-benar dihormati dan diterima.

Inilah pengalaman-pengalaman pertama di bidang kerja yang baru, membangun jaringan kerja-sama dan dialog Islam-katolik.

Salam damai,
Benitius Brevoort (Fr. Ben) OFMCap

2 komentar:

  1. Selamat kembali ke Sum.Ut. P. Benitius Brevoort OFM Cap.
    Benar, kita harus menjalin relasi dan kerjasama dengan umat lain, khususnya yang mayoritas di Indonesia ini. Kalau boleh saya usul, cobalah menjalin relasi dan kerjasama juga dengan kelompok-kelompok Islam yang masih menganut aliran keras dan menganggap di luar Islam itu adalah kafir. Ini penting juga supaya pengenalan dan pemahaman mereka tentang Katolik juga semakin diperkaya dengan dialog-dialog tersebut.
    Salam dan hormat saya,
    Ferdinandus

    BalasHapus
  2. kok gak ada contoh dialog antar agama???

    BalasHapus