Selasa, 02 Oktober 2007

Tersentuh dan Bertindak

PERTOBATAN FRANSISKUS
Oleh Sdr. Adelbertus Snijders, OFMCap.Fransiskus

Peringatan 800 tahun


Tahun 1206 disebut tahun pertobatan Fransiskus. Tahun 2006, para pengikut Fransiskus merayakan jubileum 800 tahun. Menurut ahli sejarah, dalam tahun 1206, ada tiga peristiwa yang sangat menentukan pertobatan Fransiskus. Dalam pertemuan dengan orang kusta, yang pahit menjadi manis. Pada hari pekan raya tahun 1206, Fransiskus ke Foligno dan menjual kain lenan dan kudanya. Dalam perjalanan kembali ke Asisi, ia tiba di San Damiano dan berdoa di depan Salib: "Allah yang mahatinggi dan penuh kemuliaan, terangilah kegelapan hatiku . . ." Suara dari Salib: "Bangunlah rumahku." 
Bulan Maret 1206, Fransiskus bersama Ayahnya di hadapan Uskup Guido. Fransiskus menanggalkan semua pakaian dan melemparkannya kepada ayahnya. Fransiskus di depan hadirin telanjang bulat. Ia berkata dengan suara nyaring: "Mulai sekarang dengan sungguh dapat kukatakan: 'Bapa kami yang ada di surga.' Pada saat yang sama itu juga, semua manusia dihayati sebagai anak-anak dari Bapa yang satu dan sama: Orang kusta dan cacat, miskin dan kaya, kristiani dan muslim, serta ibu dan ayahnya. Mereka semua dilihat Fransiskus sebagai saudara dan saudarinya.

Tersentuh dan Bertindak


Memang tiga peristiwa ini sangat berarti dan sangat menentukan bagi pertobatan Fransiskus. Namun, pertobatan Fransiskus adalah suatu proses. Pertobatan Fransiskus sudah mulai ketika ia masih muda dan bekerja di toko ayahnya, kemudian diteruskan beberapa saat sebelum ia meninggal: "Marilah kita mulai sekali lagi karena sampai sekarang belum berbuat apa-apa." Kalau saya merenungkan peristiwa-peristiwa dalam proses pertobatan Fransiskus, ada dua hal yang paling berkesan, yaitu Fransiskus disentuh dan . . . bertindak. Tiap langkah dalam pertobatan merupakan suatu langkah lebih dekat pada Tuhan dan lebih dekat pada sesama, dan lebih khusus pada orang kecil. Fransiskus menjadi saudara sekalian orang. Proses pertobatan Fransiskus, yaitu Tersentuh dan Bertindak.

Di Toko Ayahnya


Pertobatan sudah mulai di toko Bapanya. Fransiskus membantu ayahnya menjual kain. Tiba-tiba, seorang pengemis masuk untuk minta sedekah. Fransiskus marah karena merasa sangat terganggu. "Pergi kau, cepat-cepat. .!" Pengemis itu terkejut . . dan lari . . . Saat itu, Fransiskus tersentuh. Ia sangat menyesal. Ia mengambil kain yang paling indah lalu ke luar. Setelah menemukan orang miskin itu, Fransiskus berlutut di depannya, memberikan kepadanya kain yang paling indah, dan mohon ampun. Inilah Fransiskus:
disentuh. . dan bertindak. Celano mencatat bahwa mulai dari saat itu, Fransiskus tidak pernah lagi menolak orang yang mengharapkan
belas-kasihannya.'

Fransiskus Sakit (Tahun 1204)


Peristiwa lain dalam proses pertobatan Fransiskus ialah pada saat ia jatuh sakit. Ketika pertempuran kota Asisi melawan Perugia, Fransiskus ikut dan kalah. Fransiskus ditangkap dan dipenjarakan. Sekembalinya ke Asisi, ia ditimpa oleh penyakit menahun. Lama ia mesti berbaring di tempat tidur.
Dari jauh, ia mendengar keramaian teman-temannya yang pernah sangat akrab dengannya. Ia terganggu tidur. Pesta berjalan juga tanpa Fransiskus. Mereka sudah mulai melupakan Fransiskus. Fransiskus merasa sepi dan merenung. Bonaventura mencatat bahwa pada saat itu Fransiskus merenungkan arti hidupnya dalam dunia yang fana ini.

Mimpi di Spoleto (Tahun 1205)


Cita-citanya tetap mau menjadi satria. Setelah sembuh, ia melamar untuk ikut dalam pembebasan Tanah Suci dari tangan kaum muslim tahun 1205. 'Nanti, saya akan kembali sebagai satria.' Perjalanan gagal. Di Spoleto, ketika ia berbaring di tempat tidur, dalam suatu mimpi, ia melihat rumah ayahnya penuh dengan senjata-senjata yang ditandai salib. Ia mendengar suatu suara yang berkata: "Fransiskus apa yang lebih luhur: mengabdi kepada Tuhan atau kepada hambanya?" Fransiskus sadar: "Itulah Tuhan!" Doa Fransiskus: "Tuhan apa yang Kau kehendaki untuk kuperbuat ?" Inilah menjadi doa Fransiskus yang sering diulang-ulanginya.

Pertemuan dengan Orang Kusta (Tahun 1206)


Tidak lama kemudian, apa yang dikehendaki Tuhan menjadi jelas. Pada suatu hari, Fransiskus pergi ke luar kota. Ia naik kuda. Tiba-tiba terdengar bunyi lonceng seorang kusta. Awas, jangan mendekat! Suatu perjuangan hebat dalam hati Fransiskus: "Apa yang Kau kehendaki untuk kuperbuat?" Fransiskus melompat dari kudanya, memeluk orang kusta dan mencium tangannya. Pada awal Wasiatnya, ia menulis: "Ketika aku berada dalam dosa, amat pahitlah kelihatan bagiku melihat orang kusta. Tetapi Tuhan sendiri mengantar aku ke tempat mereka dan aku pun menaruh belas-kasihan kepada mereka, maka apa yang pahit kelihatan bagiku, berubah bagiku menjadi kemanisan jiwa dan
badan. Dan aku diam bermenung lalu tinggalkan dunia." Fransiskus disentuh dan bertindak!

San Damiano (Tahun 1206)


Di depan Salib San Damiano, ia berdoa: "Allah yang mahatinggi dan penuh kemuliaan, terangilah kegelapan hatiku . . . ." Suara dari Salib:
"Bangunlah rumah-Ku." Fransiskus bertindak, ia menjadi tukang semen. Gambar Fransiskus menahan Gereja yang mau runtuh dilihat Paus Innocentius dalam mimpi pada malam sebelum Fransiskus ke Roma untuk minta ijin bagi ordonya.

Di depan Uskup Guido di Asisi (Tahun 1206)


Satu peristiwa lagi dalam tahun 1206 yang mengharukan ialah saat Fransiskus bersama ayahnya di depan Uskup Asisi. Ayahnya menuntut: "Fransiskus lepaskan!" Ia membuka pakaian dan meletakkannya di depan kaki ayahnya.
Memang dunia yang sangat bertentangan: dunia Pietro Bernardone dan dunia Fransiskus. Pietro Bernardone adalah 'orang yang cerdik pandai' (Mt 11:25-30). Jalan menuju kebahagiaan untuk Pietro Bernardone ialah apa yang berharga di mata orang, yaitu harta milik, kesuksesan, prestasi, kedudukan, kepandaian, dan lebih dari orang lain. Dunia Pietro Bernardone ialah persaingan, iri hati, perang, sinis, kritik, dan keluhan. Memuji orang dianggap merugikan. Fransiskus memang melawan arus! Apa yang tersembunyi untuk orang cerdik pandai, namun dinyatakan kepada orang kecil. Jalan Fransiskus ialah miskin, telanjang, melepaskan, dan tangan terbuka.
Fransiskus miskin dan telanjang, menjadi sahabat segala mahluk. Tak ada apapun dalam diri Fransiskus yang ditakuti. Pada diri Fransiskus, segala mahluk at home. Ia pergi ke kaum muslimin. Senjatanya tidak lain daripada cinta dan damai. Sultan menjadi sahabatnya. Ibu Jacoba disayangi sebagai ibunya. Klara dan Agnes dicintainya dengan cinta yang murni. Ia makan bersama dengan pencuri dan perampok. Orang kusta dipeluk dan dicium.
Serigala dari Gubbio menjadi jinak. Ia berkotbah pada ikan-ikan di laut. Burung-burung hinggap di bahunya, merasa at home, aman, dan tidak ada yang mereka takuti. Matahari, bulan dan bintang menjadi saudara dan saudarinya. Seluruh pergaulannya disemangati oleh cinta persaudaraan dan cinta persahabatan, makin mendalam dan meluas.

Portiuncula (Tahun 1209)


Di gereja Portiuncula, kapel St. Maria Degli Angeli, pada pesta St. Matias, 24 Februari 1209, Fransiskus mendengar Injil tentang Yesus mengutus rasul-rasul-Nya (Mt 10: 9-10): "Juallah segala milikmu . . ." Mereka diutus berdua-dua. Fransiskus berseru: "Itulah yang kucari!." Ternyata inilah yang menjadi panggilan ordonya, bukan untuk tinggal di biara yang terpisah dari dunia. Mereka perantau, berdua tetapi secara bersama-sama mewartakan pertobatan. Sekali-kali mereka berkumpul, mensharingkan pengalaman di Portiuncula, tempat kesayangan mereka. Di tempat inilah, Fransiskus mau meninggal di tengah-tengah saudara-saudaranya, telanjang seperti pada saat ia berkaul-kekal di hadapan Uskup, ayahnya, dan semua hadirin. Fransiskus pada saat ini pun miskin dan telanjang. Guardian meminjamkan jubahnya.
Dengan penuh semangat, ia berkata: "Marilah kita mulai sekali lagi!" Fransiskus meninggal pada tahun 1181 / 1182.

Pertemuan yang Berrahmat


Dalam hidup kita, ada ribuan macam pertemuan, kebanyakan agak dangkal tetapi di antaranya juga ada yang sangat berarti dan sangat mendalam pengaruhnya. Kita menyebut pertemuan itu pertemuan yang berrahmat. Atas pertemuan semacam itu, kita melihat kembali dengan rasa syukur. Pertemuan itu memberikan arti yang baru kepada hidupku, memperdalam dan mewarnai pergaulanku dengan Tuhan, dengan sesama, menjadi subur dalam perkembanganku menuju diri-aku yang sejati, diri-aku yang baik, dan diri-aku yang indah.
Salah satu pertemuan yang pantas untuk kita semua ialah pertemuan dengan Fransiskus. Kapan pertama kali kita mendengar namanya? Kapan pertama kali aku membaca riwayat hidupnya? Mungkin kita tidak ingat lagi. Tidak penting!
Hal yang penting ialah kapan pertemuan dengan Fransiskus sungguh kuhayati sebagai suatu pertemuan yang berrahmat. Suatu pertemuan yang sangat berkesan mulai mempengaruhi dan mengubah hidupku, pergaulanku, dan doaku.
Kapan pertemuan itu menjadi suatu pertobatan bagiku?

Pertemuan yang berrahmat pada umumnya tidak direncanakan dan gratis. Suatu rahmat, yaitu Aku disentuh! Itulah suatu anugerah yang kuhayati sebagai suatu rahmat, sehingga saya tidak hanya sebagai anggota dari salah satu ordo fransiskan, tetapi membuat saya menjadi pengikut Fransiskus; bukan 'mirip' tetapi saya sangat tertarik. Pengaruhnya makin nyata dalam hidup, pergaulan,dan doaku. Saya tertarik pada Fransiskus, Bapaku, dan teladan hidupku. Mungkin pada awalnya, itu dangkal dan suatu kebetulan saja. Saya masuk Seminari yang kebetulan Seminari Kapusin. Waktu itu, saya mendengar tentang seminari untuk pertama kali! Melihat kembali, lama-kelamaan saya
mulai tertarik. Pertemuan dengan Fransiskus adalah suatu proses yang tidak pernah selesai. Siapakah Fransiskus bagi saya? Jawaban pasti akan berbeda-beda! Kadang-kadang orang mengatakan bahwa semua sama saja baik Fransiskan, Dominikan, Ignatian, Vinsentian, Karmelitan ataupun Klarentian.
Aku belum menemukan identitasku sebagai Kapusin, Tetapi pada suatu ketika dapat terjadi, saya disentuh salah satu ungkapan misalnya "kita adalah perantau", "orang yang bersahaja dan rendah hati", atau doa Fransiskus di gereja San Damiano, lagu Gita Sang Surya, atau mungkin salah satu peristiwa dalam riwayat hidup Fransiskus seperti mimpinya di Spoleto, doa Fransiskus:
Lord what do You want me to do!, Fransiskus mencium orang kusta, Fransiskus dengan ayahnya di depan uskup Asisi, ceritera Fransiskus tentang kebahagiaan sejati kepada bruder Leo, Fransiskus dengan serigala di Gubbio, Fransiskus di Laverna, ajal Fransiskus di Portiuncula, dan "Marilah kita mulai sekali lagi."

Mungkin dengan melihat itu semua, saya dapat mengatakan bahwa saya sudah sering disentuh. Ingat saja, kapitel yang baru lewat dan juga
kapital-kapitel yang lain, retret, dan pertemuan. Memang saya sungguh tersentuh tetapi tidak bertindak, tidak diperkaya, tidak melihat kembali dengan syukur, sudah lupa, tidak terpengaruh, dan tidak bertobat. Kapitel selesai . . , pulang . . , dan tak nampak pengaruhnya! Saya dengan sengaja atau tidak sengaja lupa dan tidak diperkaya. Saya tidak bertindak!
Tersentuh adalah suatu rahmat, gratis, dan tidak selesai dengan sekali saja. Kapan saya sungguh tersentuh dan sungguh bertindak?

Suatu Pengalaman Pribadi


Ketika saya pastor di Medan, saya pernah diminta untuk berkotbah pada Pesta Fransiskus. Meskipun hanya satu minggu sebelumnya, saya sulit menolak permintaan itu. Langsung saya mulai dengan pelbagai catatan. Tetapi satu atau dua hari sebelumnya, panitia mengatakan bahwa tema kotbah ialah "Fransiskus dan orang sakit." Saya terkejut! Tema yang agak spesifik dan membutuhkan persiapan yang lebih serius lagi. Selain tema tambah subtema.
Bacaanpun telah ditentukan. Saya mengharapkan bahwa bacaan pasti inspiratif.

Bacaan pertama dari Perjanjian Lama: Nabi Elia dengan orang sakit. Orang sakit kusta yakni Naaman. Ia sembuh kembali. Bacaan kedua: Petrus dan orang sakit. Seorang lumpuh yang duduk di pintu Bait Allah. Orang lumpuh pun sembuh kembali. Ia melompat-lompat dan memuji Tuhan. Bacaan Injil yaitu Yesus dan orang sakit, seorang buta yang duduk di pinggir jalan. Orang buta pun sembuh.

Tema saya ialah Fransiskus dan orang sakit. Kupikir-pikir bagaimana hubungan bacaan dan kotbah saya tentang Fransiskus dan orang sakit.
Tiba-tiba aku disentuh. Fransiskus dan orang sakit lain sekali! Dalam sejarah hidup Fransiskus, tidak ada orang kusta, orang lumpuh ataupun orang buta yang datang ke hadapan Fransiskus dengan permohonan: "Buatlah aku sembuh". Dalam wasiatnya, Fransiskus berkata: "Tuhan sendiri mengantar aku ke tengah-tengah mereka." Juga tidak dikatakan bahwa orang kusta secara ajaib sembuh, atau orang lumpuh melompat-lompat. Jenis mukjijat ini tidak kutemukan dalam riwayat hidup Fransiskus. Yang menonjol dalam riwayat hidup Fransiskus bukan orang kusta yang datang kepada Fransiskus dengan harapan untuk menjadi sembuh secara ajaib tetapi sebaliknya! Kata Fransiskus:
"Tuhan sendiri yang mengantar aku ke tengah-tengah mereka . . dan aku tinggal bersama mereka." Fransiskus menjadi sesama bagi mereka, sahabat, saudara, dan famili mereka. Memang inilah permohonan yang paling mendalam dalam hati setiap manusia, lebih khusus lagi bagi orang kusta, dan orang cacat: "Terimalah aku . . ." Setiap manusia, lebih khusus orang sakit, mengharapkan teman yang dekat sepenuh hati. Fransiskus sungguh mau dekat dan memberikan mereka harga diri. Ia turun dari kudanya, memeluk orang kusta itu dan mencium tangannya. Perhatian kepada orang sakit dalam semangat Fransiskus berarti mempertinggi mutu kehadiran.

Saya disentuh oleh sentuhan yang tidak saya rencanakan dan gratis! Hadir pada orang sakit dalam semangat Fransiskus mendapat arti baru. Waktu sebagai pastor paroki, saya sering menemani orang sakit dalam fase terminal, tidak ada harapan sembuh. Mungkin satu bulan, atau satu minggu saja. Saya merasa sangat tidak dapat berbuat apa-apa, tidak tahu apa yang mau saya katakan. Padahal, orang yang sakit itu mengharapkan saya agar datang dan hadir. Apa yang saya buat tidak lain daripada duduk di sampingnya. Saya memegang tangannya dan mendoakan doa yang sangat sederhana. Kadang-kadang tidak lain daripada doa Yesus; mengulang-ulangi kata: "Yesus . . .Yesus, Damai . . . Yesus, Maria, Yosef." Kotbah yang hampir saya tolak menjadi suatu rahmat bagi saya. Saya makin sering mengunjungi orang sakit walaupun sebentar saja, duduk di sampingnya, memegang tangannya, berdoa, menjadi sesama, teman, saudara, dan menjadi familinya.

1 komentar:

  1. Benget Simanullang21 Mei 2009 pukul 05.36

    semoga di tahun yg semakin carut marut ini lahir fransiskus-fransiskus baru yang mampu memperdaikan dunia khususnya di kalangan saudara dina kapusin. proficiat.

    BalasHapus